DUA PULUH EMPAT

443 67 40
                                    

Seokjin datang menemui Nayeon dan Chungha, dia melakukan itu dengan tujuan agar bisa bertemu Sojung dan langsung membicarakan kasus Jin Ho kemarin malam bertiga dengan ayahnya siang ini di Kemangi Restaurant.

Tapi saat mereka bertiga; Seokjin, Nayeon dan Chungha benar-benar bertemu, Seokjin malah tidak bertemu dengan Sojung lantaran Nayeon bilang, "Sojung itu tidak masuk. Kami juga tidak tahu dia kemana dan apa alasan dia tidak masuk hari ini," dengan nada agak ketus.

"Sejak kelas pertama memang dia tidak masuk?" tanya Seokjin.

"Aduh! Apa kalimatku yang sebelumnya kurang jelas? Sojung tidak masuk hari ini!" tekan Nayeon sekali lagi membuat Chungha dan terutama Seokjin tersentak.

"Kalau begitu terimakasih, aku permisi."

"Jangan temui Sojung lagi!" tekan Nayeon saat Seokjin berbalik dan berjalan dua langkah menjauh dari mereka.

Seokjin terpaksa berbalik lagi. "Aku ada urusan dengannya kali ini. Kalian tenang saja, ini bukan tentang hubungan kami, melainkan tentang Sojung sendiri."

"Asal kau tahu ya, urusan Sojung itu bukan lagi urusanmu! Dia sudah punya kekasih baru, jadi kau jangan berharap kalau kau bisa kembali lagi padanya karena Sojung lebih mencintai Jin Ho dibandingkan denganmu!"

Seokjin tersenyum satu sudut menanggapi ucapan teman Sojung yang notabenenya adalah kekasih Jackson juga. "Dengar ya, Nayeon ... dan kau, Chungha. Aku bertemu dengan Sojung sama sekali tidak membawa niat untuk mengganggunya. Aku bertemu dengan Sojung untuk membicarakan perkara suatu hal," jelas Seokjin.

Seokjin menunjukkan jari telunjuknya, dan menekuk empat jari tangan kanan lainnya kemudian berkata, "Oh ya, satu lagi. Bisakah kalian menghormatiku sebagai kakak tingkat kalian? Atau setidaknya hormati aku sebagaimana kalian menghormati orang-orang lain yang tidak begitu dekat dengan kalian berdua. Jangan terus berprasangka yang tidak-tidak padaku."

Chungha spontan menarik kedua sudut bibirnya ke atas, tersenyum kuda sebentar sebelum bilang, "Maafkan kami ya, Kak Seokjin ... terutama Nayeon. Dia sedang dalam masa periode makanya― aw!"

Lagi-lagi kaki Chungha diinjak dengan sengaja oleh Nayeon. Giginya menggertak geram. Karena yang perlu kalian tahu, kali ini Nayeon menginjak kakinya dengan amat sangat keras. Nayeon sialan!

"Tidak perlu minta maaf, toh dia juga yang menyebalkan," kata Nayeon cepat. "Sudah, ayo kita pergi dari sini! Kita cari tempat yang suasananya lebih baik dari ini!"

Seokjin mengangkat bahu tak mau acuh dengan sikap Nayeon barusan. Dia lantas ikut berbalik arah lagi, dan pergi dari tempat mereka bertemu pagi ini.

๑🔹๑

Selesai membantu Sojung keluar dari kamar dan membuatnya duduk di sofa ruang tengah, Jessica berjalan keluar untuk membukakan pintu yang sedaritadi diketuk.

Matanya melebar, tatapannya berubah jadi marah, dan ada sirat kebencian di sana saat dia berhasil menarik pintunya ke belakang. "Kau mau apa kemari?"

Laki-laki yang mendapat ucapan sambutan begitu dari Jessica lantas tersenyum satu sudut. "Jadi begini ya, caramu menyambut kedatangan mantan suamimu?"

Jessica memutar bola matanya malas. "Dari awal, aku tidak pernah berharap akan kedatanganmu. Jadi apa kau masih perlu kata sambutan manis dariku?"

Laki-laki itu berdecak sebal. "Oke, aku berterus terang apa tujuanku datang kemari. Di mana Lacey? Aku mau bertemu dengan anakku."

"Tunggu ... apa? Kau bilang Lacey anakmu? Bukannya dulu kau itu bil―"

"Cukup, Jessica!" sergah lelaki itu dengan cepat. "Tidak perlu mengungkit masa lalu! Cukup bilang dan beri tahu aku di mana Lacey, juga izinkan aku bertemu dengannya."

"Lacey tidak ada di rumah."

"Lalu di mana dia?"

"Tentu saja di sekolah!"

"Kalau begitu di mana alamat sekolahnya? Biar kususul sekarang juga."

"Tidak boleh, Kevin! Kau tidak boleh menyusul Lacey, aku juga tidak mengizinkanmu untuk bertemu dengan putriku!"

"Tapi Jes―"

"Sekarang lebih baik kau pergi ... atau aku akan panggil petugas untuk mengusirmu dari sini!"

Sampai di puncak sudah kemarahan Kevin, dia mengepalkan tangannya kuat, hampir meninju Jessica kalau saja dia tidak ingat bahwa mantan istrinya ini adalah perempuan.

"Pergi, Kevin!"

Jessica dengan bahu naik turunnya akhirnya melihat pergerakkan Kevin yang menjauh dari tempatnya berdiri sekarang. Setelah itu dia kembali masuk ke dalam dan membanting pintu dengan keras.

Tapi, belum juga lima langkah dia berjalan menjauh dari pintu, pintu itu kembali terketuk dan membuat Jessica kian menggeram.

"Mau apa lagi sih kemari? Aku tadi 'kan sudah mengusir ... Seokjin?"

Seokjin yang awalnya terkejut atas teriakan Jessica, kini pelan-pelan menetralkan kembali perasaannya. "H-hai ...."

"Mau apa kau kemari? Bertemu dengan adikku? Tidak akan kuizinkan!"

"Tapi Kak Jessica, ini perihal penting. Aku perlu bertemu dengan Sojung," kata Seokjin terdengar memohon.

Sojung yang sejak tadi penasaran akan apa yang terjadi di luar akhirnya memaksakan diri untuk menghampiri Jessica. "Kak Jessica?"

Jessica spontan menoleh ke belakang. Dia berjalan ke arah Sojung kemudian meraih kedua tangan gadis itu. "Kenapa bangun dan menyusulku ke sini? Aku 'kan sudah bilang, tunggu saja aku di dalam."

"Habis kau lama, aku jadi penasaran. Apalagi tadi aku dengar kau berteriak ...."

"Masalah itu, lupakan. Tidak perlu dipikirkan, oke?"

Sojung mengangguk. Kemudian menoleh menatap Seokjin yang baru saja memanggilnya. "Kau sakit? Wajahmu terlihat pucat."

Sojung lantas menjawab, "Hanya sedikit pusing dan demam."

"Oh ya, tadinya aku kemari mau mengajakmu pergi makan siang, bersama ayahku juga."

"Kau gila? Kau mengajak kencan adikku setelah apa yang terjadi pada kalian berdua?" tanya Jessica geram. "Oke kalau kemarin malam kau bilang hanya mencuri ciuman Sojung, tapi kalau kali ini kau malah ... astaga! Aku tidak akan mengizinkanmu pergi dengan adikku!"

"Kak Jessica ... tadi aku sudah bilang 'kan, kalau jangan pernah mengungkit kejadian semalam lagi. Aku bahkan sudah memohon padamu, dan kau juga sudah berjanji."

"Tapi Sojung―"

"Sudah cukup," lerai Seokjin, "Aku tidak jadi membawa Sojung untuk pergi makan siang bersama ayahku. Tapi pertemuan ini harus tetap dilakukan, agar masalahnya bisa cepat dapat jalan keluar. Nanti, akan kukirim pesan pada ayahku untuk datang saja ke sini. Kalau begitu diizinkan, 'kan?"

"Memangnya mau membicarakan apa sih? Melakukan pertemuan untuk membahas masalah apa?"

"Jin Ho," jawab Seokjin, "Ayahku bersedia menjadi pengacara Sojung untuk menuntut keadilan. Sojung juga sudah setuju untuk membawa perkara ini ke jalur hukum."

"Jalur hukum?"

Seokjin mengangguk. "Kita harus berdoa supaya Jin Ho kali ini tidak bisa lolos dari hukum yang berlaku. Dia harus mendapat pelajaran atas apa yang sudah ia perbuat kepada Sojung dan mahasiswi fakultas sebelumnya."

"Kalau begitu aku setuju. Adikku dan mahasiswi lain yang pernah menjadi korbannya harus dapat keadilan! Jin Ho brengsek itu harus dihukum seberat-beratnya!"

๑🔹๑

Catatan:
Kayaknya bagian-bagian masalah hukum gini nggak bakal aku paparin dengan jelas deh:) Selain karena aku nggak terlalu paham sama hukum-hukum yang berlaku di negara ini, aku juga takut nanti konfliknya malah rembes kemana-mana. Jadi nggak nyambung sama judul dan garis besar ceritanya.

Oh ya, bintangnya tetep jangan lupa, ya! Semangat!🌟⭐

Rindu; SowjinWhere stories live. Discover now