DUA

874 120 59
                                    

Tadinya Seokjin akan pulang bersama Jackson, tapi saat tahu Jackson punya janji dengan Nayeon, jadilah dia pulang sendiri.

Seokjin sudah memakai jaketnya, bahkan dia sudah memakai helmnya. Tapi tiba-tiba dia hampir tersedak tatkala melihat Sojung bersama Chungha berjalan tak jauh dari tempatnya sekarang ini.

Ternyata Jackson benar, Sojung memang berkuliah di sini. Hati Seokjin sekarang jadi berdebar tak karuan, apalagi saat melihat Sojung tertawa kecil bersama Chungha.

Aduh ... senyumannya manis sekali.

Tin! Tin!

Seokjin terkejut saat mobil temannya mengeluarkan suara. Ternyata suara mobil itu menarik perhatian Sojung dan Chungha. Kedua gadis itu langsung menatap Seokjin ... sampai Seokjin salah tingkah dibuatnya.

Seokjin sebenarnya juga sempat takut, kalau Sojung melihat wajahnya. Tapi ternyata dia sedang menggunakan helm sekarang, beruntunglah dia. Semoga saja Sojung tidak mengenalinya.

Seokjin lantas mundur ke belakang, memberikan jalan untuk mobil temannya.

Setelah mobil itu pergi, Seokjin melihat Chungha dan Sojung melanjutkan perjalanannya. Dia pun mulai naik ke motornya, kemudian menyalakan mesin dan mengendarai motornya keluar dari area kampus.

Di perjalanan, dia masih terus memikirkan gadis manis itu. Dirinya pun ikut tersenyum ketika kembali mengingat senyuman Sojung tadi ... meskipun senyuman itu bukan ditujukan untuk dirinya.

Sayang sekali Seokjin melepaskan gadis itu dua tahun yang lalu ... seharusnya dia tidak menuruti permintaan Ibunya untuk menjemput anak temannya di bandara. Jadi dia tidak harus putus dengan Sojung.

๑🔹๑

Sojung merebahkan tubuhnya di atas ranjang pembaringan. Menarik napas panjang, kemudian membuang napasnya perlahan.

Suasana kamarnya yang sunyi, membuat pikiran Sojung melambung jauh. Jauh sekali sampai gadis yang memiliki senyuman manis itu kembali teringat perkataan temannya.

Temannya bilang, mantan kekasihnya saat SMA dulu ternyata juga berkuliah di tempat yang sama dengan dirinya.

Jujur saja, kalau tahu begitu ... dia akan pilih universitas yang lain. Tak masalah jauh dari rumah, asal dirinya juga jauh dari pertemuan antara dia dan mantan kekasihnya.

Sojung kesal dengan Seokjin memang ... tapi kalau untuk membenci laki-laki itu, dia agak ragu. Iya ... Sojung ragu, karena sejujurnya sampai sekarang pun dia masih memikirkan Seokjin.

Merindukan laki-laki itu.

Argh! Dasar gila!

Maksudnya bukan Sojung yang gila. Tapi Seokjin ... kenapa dia tega melukai hati Sojung, padahal dia tau betul kalau Sojung sangat mencintainya?

Kenapa laki-laki itu harus mempermainkan hatinya? Dan membuat Sojung menangis semalaman.

Sojung tidak mau kalau dia jatuh cinta lagi pada Seokjin, mantan kekasihnya itu. Tapi dia tidak bisa juga menahan rasa rindunya.

"Okay, Sojung. Cukup sampai di sini! Jangan terus memikirkan dia, si laki-laki sialan!"

Jessica yang baru saja membuka pintu kamar adiknya pun dibuat bingung. Karena adiknya; Sojung dia dapati sedang berbicara sendiri.

"Kenapa, Sojung?"

Mendengar ada suara Jessica, Sojung membelalakan matanya dan lantas buru-buru mengubah posisinya menjadi duduk. "Sejak kapan kau ada di situ? Ada apa kemari?"

Jessica lantas menjawab, "bantu aku mengepel lantai. Mau, ya?"

"Oh ... ya. Nanti akan kubantu, kau keluar duluan saja."

"Benar langsung bantu aku, ya? Jangan memikirkan mantanmu lagi ... aku tahu, tadi kau sedang memikirkan Seokjin, 'kan?"

"Tidak!"

"... dan aku tahu satu hal lagi, kau sedang berupaya bohong sekarang!"

Jessica cekikikan usai berkata begitu, kemudian pergi menutup kamar Sojung lagi. Meninggalkan Sojung dengan raut wajah kesalnya karena Jessica ternyata tahu apa yang sedang ia pikirkan sekarang.

๑🔹๑

Sore ini Seokjin ditinggal berdua dengan adik perempuannya. Kedua orang tuanya lagi-lagi sibuk berlibur ... pergi berkeliling dunia dan melupakan dua anaknya.

Memang tidak salah sih berlibur. Tapi Seokjin 'kan bosan kalau harus mencuci baju, memasak makanan, sampai menyetrika pakaian sendiri.

Adik perempuannya setiap kali dimintai tolong malah berkata, "kau itu 'kan kakakku. Harusnya kau yang menyetrika pakaianku, memasak makananku bahkan mencuci bajuku."

Menyebalkan memang Yena itu. Adik perempuan yang tidak ada gunanya! Tidak bisa membantu kakaknya!

"Makanya kalau tidak mau repot begini, segeralah menikah. Kalau kau bingung mau menikahi siapa, nikahi saja Kak Sojung. Dia baik, cantik, rajin, idaman para pria. Bahkan ayah sangat merestui hubungan kalian."

Seokjin menggeram, matanya menatap tajam adiknya itu. "Diam, Yena! Kalau kau tidak mau membantu, setidaknya jangan banyak bicara!"

"Loh, aku 'kan hanya memberi saran. Dari pada kau harus repot-repot terus begini? Lebih baik nikahi saja Kak Sojung."

"Kau 'kan tahu kalau aku dan dia sudah putus sejak lama. Jadi jangan sebut nama dia lagi. Lagi pula aku belum lulus, dan belum ingin menikah."

"Itu masalah kecil. Kau hanya perlu mengajak Kak Sojung kencan lagi, kalau perlu kalian tunangan saja. Biar saling terikat, meskipun belum menikah."

"Aku yakin kalau kau terus berbicara begitu, mulutmu akan semakin besar."

"Kak Seokjin!"

"Diam, Yena! Lebih baik sekarang kau bantu aku menjemur pakaian."

"Tidak mau!"

"Yena!"

"Aku tidak mau, Kak Seokjin!"

Yena melenggang pergi meninggalkan kakaknya, kemudian membanting pintu kamarnya. Lumayan keras ... sengaja supaya Seokjin mendengarnya.

"Dasar gila!"

๑🔹๑

Pemain pendukung:

Iz*one Yena sebagai Yena

Catatan:Aku gak tahu apa ada yang pernah pasangin Yena sama Jin sebagai adik-kakak, tapi ya kupikir lucu aja gitu kalau mereka jadi adik-kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Catatan:
Aku gak tahu apa ada yang pernah pasangin Yena sama Jin sebagai adik-kakak, tapi ya kupikir lucu aja gitu kalau mereka jadi adik-kakak. Dari mukanya, keliatan sama-sama bawel sih, wkwkkwkwk.
Anyways, jangan lupa tekan bintangnya! 🌟⭐

Rindu; SowjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang