EMPAT BELAS

495 71 70
                                    

Malam ini Seokjin kembali pulang dalam keadaan mabuk. Padahal tadi pagi, dia sudah berjanji pada Yena untuk tidak akan mabuk lagi. Tapi mau bagaimana lagi, gadis yang selalu dicintainya, hari ini malah menghancurkan hatinya.

Sojung sudah benar-benar melupakan cintanya untuk Seokjin. Jadi Seokjin benar-benar frustrasi.

Yena yang melihat keadaan Seokjin saat membuka pintu, langsung kembali panik bukan kepalang. Masalahnya, hari ini ayah dan ibunya sudah pulang! Dia takut kalau Seokjin akan ketahuan mabuk oleh ibunya.

"Yena, siapa yang datang, Sayang?"

Sialan, suara sang ibu yang kian semakin dekat tambah membuat Yena khawatir. Dia benar-benar takut, takut kalau ibunya sampai melihat keadaan Seokjin yang mabuk dalam papahannya.

Saat Yena berusaha membawa tubuh kakaknya ke kamar lebih cepat, sang ibu justru lebih dulu tiba menemui mereka dan sontak membelalakan matanya terkejut. "Ya ampun, Seokjin!"

Yena meneguk ludahnya. Sekarang ibunya sudah tahu kalau kakaknya ini pulang dalam keadaan mabuk. "Yena, ayo bawa kakakmu ke kamarnya!"

Yena menuruti perkataan ibunya. Dengan bantuan ibunya, Yena berhasil merebahkan tubuh Seokjin di atas ranjang pembaringannya.

Sang ibu tiba-tiba menatapnya. "Kau pasti tahu sesuatu, 'kan? Ibu yakin kalau kau pasti tahu apa yang membuat Seokjin jadi mabuk begini."

Yena sontak menggeleng. "T-tidak ... aku tidak tahu apa-apa."

"Bohong! Kau pasti tahu masalah kakakmu!"

Ibunya terus menuntut penjelasan dari Yena, tapi Yena tak kunjung mau menjelaskan permasalahannya pada sang ibu.

"Pasti ini ada hubungannya dengan Sojung, 'kan? ... Yena, jawab Ibu!"

"Kak Sojung dan Kak Seokjin 'kan sudah putus sejak lama, Bu. Jadi ini tidak ada hubungannya dengan Kak Sojung."

"Bohong! Ibu yakin sekali kalau kau tahu bahwa ini memang ada hubungannya dengan Sojung!"

"Bu, Kak Sojung tidak tahu apa-apa. Jangan terus menyalahkan Kak Sojung, Bu."

"Kalau begitu Ibu akan ke rumah Sojung. Akan Ibu beri pelajaran gadis itu, karena telah membuat kakakmu sampai mabuk begini!"

Yena menahan lengan Ibunya. "Bu, jangan, Bu ... Kak Sojung tidak ada hubungannya dengan ini."

"Lepaskan Ibu!" titah Ibu Seokjin, "dengar! Kau tunggu di sini, dan jaga kakakmu sampai Ibu kembali!"

"Bu ...."

Ibunya tidak lagi memedulikan lirihan Yena, dia malah terus berjalan dan membanting pintu kamar Seokjin. Meninggalkan Yena dengan segala kehawatirannya.

"Kak Seokjin ... ayo bangun! Ibu mau melakukan sesuatu pada Kak Sojung, tolong cegah Ibu!"

Yena berbicara pada Seokjin yang bahkan sama sekali tidak mengindahkan pembicaraan Yena. Seokjin sudah mabuk, dia tidak sadarkan diri.

๑🔹๑

Sojung yang masih membiarkan kakinya dipijat oleh Jin Ho, terpaksa harus meminta Jin Ho menjeda aksi memijatnya karena sepertinya ada tamu yang datang.

Sojung agak geram sebenarnya karena tamu itu terkesan tidak sabaran, pasalnya dia terus mengetuk pintu dengan kasar tanpa jeda.

Sampai pada saat gadis itu membuka pintunya, matanya membelalak, pergerakannya seakan terkunci. "Bibi?"

Wanita yang disebut Sojung sebagai Bibi adalah Ibu Seokjin.

Plak

Sojung tersentak ketika pipi kirinya ditampar begitu saja oleh Ibu Seokjin, dia meneguk ludah, menahan air matanya kemudian memberanikan diri untuk menatap Ibu Seokjin lagi.

Tapi,

Plak

tamparan kedua diterima Sojung di pipi sebelah kanannya. Sojung sudah tidak bisa menahan rasa nyerinya, juga air matanya. Jadi dia menangis di sana.

Jin Ho datang ketika mendengar ada suara tamparan, dan dia tak segan untuk ikut campur demi menolong Sojung. "Nyonya, saya tidak tahu siapa Nyonya. Tapi sudah dua kali anda menampar Sojung tanpa alasan."

"Diam, anak muda! Aku sama sekali tidak punya urusan denganmu!"

Ibu Seokjin beralih pada Sojung. "Kau apakan anakku? Kau guna-guna dia, ya? Atau kau goda dia lagi, lalu setelah itu kau tinggalkan anakku dan buat dia jadi menyesal sampai akhirnya anakku mabuk!"

Sojung menggeleng. "Aku berani bersumpah, aku tidak melakukan itu pada Seokjin,"-Sojung sesenggukan-"kami sudah tidak saling berhubungan lagi setelah kami putus, Bi ...."

"Bohong! Kalau benar seperti itu, harusnya anakku sudah bisa melupakanmu! Kalian 'kan sudah berpisah selama dua tahun," kata Ibu Seokjin, "tapi kenyataannya anakku belum melupakanmu ... dan itu artinya, kau masih sering berhubungan dengannya. Kau masih menggodanya! Benar begitu, 'kan?"

"Aku bukan perempuan penggoda!"

Ibu Seokjin hampir saja mendaratkan satu tamparan lagi pada wajah Sojung, tapi Jin Ho dengan segera mencegahnya. "Sekali lagi anda berani menyentuh wajah Sojung, saya bisa menuntut anda dengan pasal berlapis. Pertama karena penganiayaan yang anda lakukan, lalu kedua atas tuduhan anda yang tidak berdasar!"

Ibu Seokjin geram. "Kau itu sebenarnya siapa, sih? Sudah kubilang jangan ikut campur!"

"Saya berhak ikut campur, karena saya adalah laki-laki. Perlu sekali anda tahu kalau tugas laki-laki adalah melindungi seorang perempuan, apalagi dalam keadaan bahaya seperti ini. Sojung berada dalam ancaman, dia bisa lebih dianiaya olehmu kalau aku tidak ikut berdiri di sini!"

"Tapi aku sama seka―"

"Lebih baik sekarang anda pergi ... atau saya akan telfon polisi? Saya jelas bisa langsung memperkarakan masalah ini kalau anda masih kekeuh mau berdiri di sini."

"Argh!" Ibu Seokjin menggeram, lalu pada akhirnya dia memilih pergi dari rumah Sojung juga.

Sementara Jin Ho harus ditinggal sendirian karena setelah itu Sojung langsung buru-buru masuk ke dalam, dan pergi menuju kamarnya.

Jessica yang melihat itu lantas bertanya pada Jin Ho. "Sojung kenapa? Aku dengar dari dalam, tadi ada keributan. Memangnya siapa yang datang?"

Jin Ho mengangkat kedua bahunya. "Ibu Seokjin yang datang. Dia marah-marah, kemudian menampar pipi Sojung."

"Kenapa dia bisa menampar pipi adikku?"

"Seokjin mabuk. Jadi ibunya menyalahkan Sojung atas itu," kata Jin Ho, "aku juga tidak paham betul kenapa ibu Seokjin kekeuh sekali menyalahkan Sojung. Padahal Sojung sendiri tidak tahu apa-apa."

"Ibu Seokjin memang selalu begitu, dia tidak suka dengan adikku," lirih Jessica.

Jin Ho mengangguk-angguk mengerti. Sekarang dia paham kenapa ibu Seokjin tadi bersikap begitu.

"Kalau begitu, aku mau temui adikku dulu. Dia pasti butuh aku."

Jin Ho mengangguk setuju. "Aku juga sekalian mau pamit. Suasananya sudah tidak kondusif, lain kali aku akan mampir ke sini lagi."

"Mau kuantar sampai depan?"

Jin Ho menggeleng dan tersenyum. "Tidak perlu, Sojung lebih membutuhkanmu. Sana ... segera temui Sojung."

"Kalau begitu kau hati-hati di jalan, ya? Sampai jumpa!"

"Ya, Bye! Aku titip Sojung padamu, tenangkan pikirannya."

๑🔹๑

Catatan:
Dulu sih di fanfic sebelah, Ibu Seokjin selalu jadi Ibu idaman. Baik, pengertian banget, huhuhuhuhu. Tapi sekarang aku mau buat karakter Ibu Seokjin bertentangan banget sama fanfic sebelumnya, aowokwokwok.

Rindu; SowjinDove le storie prendono vita. Scoprilo ora