TIGA PULUH SATU

447 67 32
                                    

Selama perjalanan menuju rumah Sojung, Seokjin tertidur pulas. Kepalanya bertumpu pada kepala Lacey yang juga sama tertidur.

Di sini, hanya Sojung dan si pengemudi taksi yang masih membuka mata. Saat mengetahui keduanya tertidur, Sojung cukup mengerti. Mereka berdua pasti kelelahan, sebab hampir satu hari penuh mereka berada di rumah sakit.

Mau dibangunkan pun rasanya tidak tega. Bahkan saat mereka sudah tiba ditujuan, Sojung berhati-hati sekali dalam membangunkan Lacey dan Seokjin.

Seokjin sudah membuka mata, Lacey juga sudah membuka mata. "Maaf ya, bibi jadi membangunkanmu. Tapi nanti Lacey bisa langsung tidur lagi kalau sudah turun dari sini," katanya pada Lacey.

Lacey yang masih dalam keadaan setengah sadar, hanya mengangguk-anggukkan kepala.

"Kak Seokjin, terimakasih banyak untuk hari ini. Kau sudah banyak membantuku. Sekali lagi, terimakasih."

Seokjin ikut mengangguk-angguk. Saat Sojung akan turun bersama dengan Lacey, Seokjin menahannya sebentar. "Apa boleh ... aku istirahat di rumahmu?"

Sojung bingung. "T-tapi―"

"Kau tahu 'kan bagaimana cerewetnya ibuku? Kalau aku pulang sekarang, bukannya tidur aku malah harus terjaga karena ocehannya," potong Seokjin.

"Bibi ... ayo kita turun!"

Seruan Lacey telah memaksa Sojung untuk mengeluarkan jawaban 'iya' secepat mungkin.

Akhirnya mereka bertiga sama-sama memasuki area dalam rumah. Sojung mengantar Lacey ke kamarnya, sementara Seokjin menuju sofa di ruang tamu.

Bukannya tidak sopan, tapi rasa kantuk Seokjin benar-benar besar. Seokjin jadi langsung tertidur pulas, walau tidak tidur di atas ranjang pembaringan.

Sekembalinya Sojung dari kamar Lacey, dia membawa selimut tebal miliknya untuk Seokjin. Melihat Seokjin sudah tertidur pulas, tangannya pun terulur untuk melebarkan selimut itu kemudian meletakkannya di tubuh Seokjin hingga semua bagian tertutup kecuali kepala.

Saat Sojung membenarkan posisi selimut di area bahu Seokjin, tangan Seokjin tiba-tiba menggenggam tangannya. Sojung jadi bingung harus bagaimana. Masalahnya, genggamannya lumayan kuat. Kalau dipaksa, dia khawatir akan mengganggu tidur Seokjin lagi.

Jadi berakhirlah dengan dia yang mengalah, dia mendudukkan dirinya. Menatap wajah Seokjin yang tertidur sebentar, sebelum akhirnya dia juga ikut menutup mata, melelapkan diri dalam tidurnya.

๑🔹๑

Saat pagi datang menyapa, Seokjin bangun dari tidur malamnya. Hatinya berdebar kencang, aliran darahnya juga mendadak lancar sekali sejak saat dia mendapati wajah Sojung yang tertidur di depan matanya.

Dia baru sadar, ternyata semalaman dia tertidur sembari memegang tangan Sojung. Dia tidak enak hati, gara-gara dia Sojung jadi tidur di sini ... tapi di sisi lain dia juga senang karena ternyata semalam dia tidak tidur sendirian. Ada Sojung yang menemaninya.

"Sojung?"

Panggil Seokjin dengan lembut seraya mengelus halus surai Sojung.

Sojung yang merasa terganggu, menaikkan kedua alisnya sebelum akhirnya membuka mata. "Kak Seokjin? Sudah bangun?"

Sojung mengangkat kepalanya kemudian mengusak pelan matanya. Pemandangan menggemaskan ini tidak Seokjin lewatkan, dia menikmati bagaimana rasanya melihat Sojung mengusak matanya dengan lucu seperti anak kecil.

Mirip Yena ... tapi lebih lucu Sojung, begitu pikirnya.

"Aku mau ke kamar Lacey dulu, mau membangunkan dia dan menyuruhnya untuk bersiap sekolah," ujar Sojung sembari berusaha berdiri.

Rindu; SowjinWhere stories live. Discover now