34. Hidup Tidak Selalu Indah (Part 4)

Depuis le début
                                    

Di hari berikutnya, Jaemin akhirnya berjalan keluar dari dalam kamar. Jaemin terlihat semakin kurus, dia sudah kehilangan banyak berat badannya selama beberapa hari.

Saat dia melihat sorot khawatir di kedua mata Mamanya, Jaemin pun memberikan sebuah senyuman.

"Mama, masakkan aku nasi. Aku lapar."

Mama Jaemin terus memuji Tuhan saat dia melihat Jaemin yang akhirnya kembali seperti semula. Dia cepat-cepat pergi ke dapur dan memasak tanpa bertanya apapun.

Jaemin menyelesaikan makannya lalu kembali ke kampus. Dia menghadiri kelas seperti biasanya, mengobrol dan bermain dengan teman-teman sekamarnya. Tetapi dia tidak pernah lagi menyebut nama Jeno. Itu adalah lukanya, maka dia akan dengan berhati-hati menyembunyikannya.

🐁🐁🐁

Hari demi hari telah terlewati....

Segalanya kini kembali seperti saat dia belum mengenal Jeno. Satu hal yang terlihat berbeda adalah Jaemin yang sekarang tidak terlihat sama seperti Jaemin yang dulu.

Waktu terus berjalan, sementara mereka berdua hidup dengan lukanya masing-masing.

Beberapa hari lagi ujian akan dimulai, mahasiswa tahun ke empat yang pergi praktek kerja di luar akan kembali lagi ke kampus. Mereka semua tampak sibuk mempersiapkan keperluan untuk wisuda mereka.

Jaemin setiap hari selalu duduk di dekat jendela, berharap bisa melihat seseorang yang sangat ingin dia lihat. Tetapi hingga hari kelulusan, dia tidak melihat Jeno.

Setelah pertemuan wisuda selesai, Jaemin dan teman-temannya masih ada kelas. Tepat setelah kelas hari itu selesai, Jaemin pun langsung bergegas keluar. Tetapi saat Jaemin keluar, dia bisa melihat seseorang yang sedang berdiri tidak jauh dari kelasnya.

Itu Jeno.

Ketika pria itu melihat Jaemin, dia tampak segera membuang puntung rokoknya, kemudian melambai kearah Jaemin.

Jaemin berjalan menghampiri. Sebenarnya dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Jaemin tidak tahu harus memulainya darimana. Mereka sudah lama tidak bertemu satu sama lain, hampir 3 bulan lamanya.

Jeno semakin terlihat lebih dewasa dan tampan. Saat sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Jaemin tersenyum pahit. Pada akhirnya Jeno lah yang memulai pembicaraan.

"Aku akan kembali ke Busan."

Jaemin merasa sebilah pisau tajam tengah ditancapkan tepat di jantungnya. Jeno akan kembali ke Busan? Dia akan pergi?

"Aku datang kesini hanya untuk memberitahukan hal itu padamu."

Selesai berkata seperti itu, Jeno kemudian berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Jaemin yang masih terdiam kaku.

Baru beberapa langkah, Jeno sudah berbalik dan kembali menatap Jaemin. "Na Jaemin, selamat tinggal!"

Kemudian Jeno pun benar-benar pergi.

Kepala Jaemin terasa kosong. Dia terus menatap ke arah dimana Jeno pergi.






"Na Jaemin, selamat tinggal!"

Kata-kata itu masih terngiang di kepalanya.

Bagaimana Jeno bisa dengan mudah mengatakannya? Dia akan meninggalkan Jaemin dan pergi begitu saja? Melupakannya? bisakah dia benar-benar melupakannya?

Jaemin tidak bergerak seinci pun. Hingga Nancy kini berdiri tepat di depannya.

"Apa kau ingin berakhir seperti ini?" tanya Nancy.

Jaemin menjawab, "Apa yang perlu dipermasalahkan? Ini semua juga untuk kebaikan semua orang."

Nancy mengangkat tangannya, lalu memberikan Jaemin sebuah tamparan keras.

"Na Jaemin! Sadarlah! Coba kau lihat wajahmu sekarang! Kau terlihat menyedihkan! Mengapa kau harus memilih antara keluarga dan cinta? Kenapa kau tidak berusaha keras agar keluarga mu bisa menerima cintamu?"

Jaemin seperti baru saja dibangunkan dari tidur panjangnya. Mengapa dia tidak pernah memikirkan hal seperti itu?

Saat itu ponsel Jaemin bergetar, Jaemin dengan gugup membuka pesan yang masuk.

"Na Jaemin... selama ini aku sudah memikirkannya. Kau tidak mencintaiku."

Setelah mengirim pesan itu, Jeno membuang ponselnya. Jika ini yang Jaemin inginkan, maka dia akan memberikannya.

Ketika Jaemin ingin menghubung Jeno, nomor itu sudah tidak aktif. Nancy melihat jam di tangannya.

"Penerbangannya jam 3 sore ini."

Jaemin segera berlari keluar gerbang kampus.

'Jeno tolong jangan tinggalkan aku dan pergi begitu saja. Masih banyak hal yang ingin aku katakan padamu. Masih banyak hal ingin aku lakukan denganmu.'

Jaemin tiba di bandara saat jam menunjukkan pukul 3 lebih. Dia berdiri di luar menatap pesawat yang terbang tinggi dan semakin tinggi.

Dia tidak perduli dengan orang-orang yang sedang berlalu lalang disekitarnya dan berteriak.

"Bukankah kau bilang kau tidak akan pernah meninggalkanku?! PEMBOHONG! KAU PEMBOHONG! Kau bilang kau akan terus melangkah maju bersamaku! Tidak bisakah kau menungguku sedikit lebih lama? Apa kau bilang? Aku tidak mencintaimu? Jika bukan kau, siapa lagi yang bisa aku cintai?!"

Jaemin mengeluarkan ponselnya dan melemparkannya begitu saja.

Jika ini bukan cinta, lalu hari-hari yang sudah mereka lalui bersama itu apa?





THE END




















Tapi boong✌️





















Tbc~



[ piceboo & Angelina, 2020 ]

[✔️] Boyfriend | NominOù les histoires vivent. Découvrez maintenant