31. Hidup Tidak Selalu Indah (Part 1)

Mulai dari awal
                                    

Tiba-tiba Jaemin ingat, Jeno pernah mengatakan bahwa keluarganya hanya bertemu sekali dalam setahun. Dia merasa kasihan pada Jeno.

Jaemin sudah tidak bertenaga untuk membuka pintu dan juga terlalu lemah untuk berbalik pergi dari tempat itu.

"Aku akan menggunakan segala cara untuk memisahkan kalian berdua, kau lebih baik bersiap-siap!"

"Wah...sungguh kebetulan. Tidak masalah dengan cara apapun yang akan kau lakukan. Aku tidak akan meninggalkan Jaemin. Lebih baik kau juga bersiap-siap."

Ayah Jeno mundur selangkah dan menatapnya.

"Seperti ini caramu saat berbicara dengan Ayahmu sendiri? Kau sudah melakukan hal yang memalukan, dan sekarang kau masih berani berkata seperti itu? Jika kau tetap terus bersamanya. Langkahi dulu mayatku."

"Cara kuno seperti itu hanya kau yang menggunakannya. Asal kau tau cara itu tidak akan berguna untukku."

Jeno melipat kedua tangannya dan duduk di atas sofa. Kata-kata Ayah Jeno tadi mungkin tidak akan berpengaruh pada Jeno. Tetapi tidak pada Jaemin. Jaemin tidak sanggup kalau harus terus mendengarkan percakapan mereka lagi. Akhirnya Jaemin berbalik dan pergi. Di dalam kepalanya pembicaraan yang dia dengar terus terulang-ulang.

"Na Jaemin itu, apa dia bisa memberikanmu seorang anak? Apa dia bisa melanjutkan garis keturunan kita? Kau masih terlalu muda, kau mungkin belum merasa terlalu penting untuk memilki seorang anak saat ini, tapi bagaimana nanti? Saat kau sudah mulai cukup matang, apa kau sudah mempertimbangkan segalanya dengan serius? Kau selalu menjadi anak pintar. Bagaimana kali ini kau begitu ceroboh?"

Masih ada masa depan.

Saat ini mereka berdua mungkin belum terpikirkan mengenai anak. Tapi bagaimana kedepan nanti? Bagaimana jika suatu hari nanti Jeno menginginkan seorang anak dari darah dagingnya sendiri, apa yang harus Jaemin lakukan?"

Melihat Ayah Jeno yang terluka, membuat Jaemin semakin bertambah sedih. Hubungan Jeno dengan Ayahnya benar-benar buruk dari awal dan sekarang bertambah buruk dengan adanya masalah ini.

Jaemin sedang berada di dalam Bus. Dia menatap keluar jendela, memikirkan bahwa hubungan mereka berdua kini sudah berada di jenjang yang berbeda sejak Jeno mulai bekerja.

Jaemin ragu, bisakah dia menghadapi tantangan yang akan datang nantinya? Ini adalah tahapan baru yang akan semakin menyulitkan bagi hubungan mereka. Kali ini tidak sama seperti saat mereka berdua masih di bangku kuliah. Jaemin tidak pernah berani membayangkan bagaimana jika sampai kedua orangtuanya tahu soal hubungan mereka. Semakin dia ragu, semakin keras Jaemin menggigit bibirnya.

Jika mereka berdua tidak bisa bersama-sama, mereka akan menikah dengan seorang wanita dan mulai menjalani kehidupan mereka masing-masing yang mungkin berakhir bahagia. Jika mereka memilih jalan yang sedang mereka jalani sekarang, siapa yang bisa menjamin hubungan mereka akan bahagia?

Saat Jaemin turun dari dalam Bus, dia berputar kembali dan berjalan menuju rumah Jeno.

🐁🐁🐁

Saat Jaemin membuka pintu, Jeno sudah berada di dalam rumah. Dia sedang duduk di sofa sambil menonton TV. Jeno baru saja memperbaiki TV nya.

Saat dia mendengar suara pintu di buka. Jeno menoleh melihat sosok yang ditunggu. "Mengapa kau baru datang jam segini?"

Jaemin berjalan gontai, tubuhnya bergetar hebat.

"Itu—-Jeno—-Kau akan segera lulus. Kau bukan lagi seorang mahasiswa sepertiku. Kita tidak bisa tetap seperti ini tanpa memikirkan masa depan kita. Aku sudah memikirkannya, kurasa hal ini yang terbaik." Jaemin menarik napasnya berat. "Ku kira lebih baik kita berpisah."

[✔️] Boyfriend | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang