Sementara mereka juga tidak bisa mengubah manusia menjadi serigala.

"Berbeda dengan kita, Bluemoon dan Redmoon tidak memiliki peraturan seperti itu. Bila ada yang memilih hidup bersama pasangannya sebagai manusia biasa, para tetua akan membiarkannya. Itu pilihan mereka. Namun, tidak dengan kita, Jaehyun-ah. Kita tidak punya pilihan seperti itu."

"Lalu, bagaimana jika seandainya salah satu dari kita memiliki mate seorang manusia?"

Johnny melangkahkan kakinya menuju restoran daging, Jaehyun mengikuti. Meski ia tak yakin, apa Johnny membawa uang tadi?

Suasana restoran itu sedikit sepi, mungkin karena sudah lewat dari jam makan siang. Lagipula restoran daging panggang akan lebih banyak pengunjungnya jika hari sudah mulai malam. Jaehyun sendiri jarang berada di tempat seperti ini dulu. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di perpustakaan untuk membaca -mengingat betapa terobsesinya ia dengan apa saja yang ada di dunia luar sana.

Jaehyun menghela napas dan Johnny meraih tangannya.

"Kau bisa memilih untuk menolaknya. Me-reject mate tidak dilarang. Namun, itu akan menyiksa dirimu sendiri pada akhirnya."

Johnny masih menggenggam tangan Jaehyun sembari menuju ke bangku paling pojok. Tangan besarnya baru melepas genggaman mereka saat memanggil pelayan. Mencoba mengenyahkan perasaan kehilangan di hatinya, Jaehyun memalingkan wajahnya dari Johnny yang tanpa ragu meminta dua porsi besar daging sapi panggang. Sepertinya Johnny langsung tertarik begitu melihat pilihan makanan itu dari buku menu. Tentu saja, daging itu tampak lezat dan menggiurkan. Johnny bahkan bisa merasakan air liurnya hampir menetes hanya dengan melihat gambarnya saja. Sementara di mata Jaehyun, dilihat dari gelagatnya saja, serigala yang lahir lebih dulu dari dirinya itu seperti tidak merasa canggung sama sekali, seolah sudah terbiasa berada di tempat seperti ini.

Jaehyun bertanya dengan curiga, "Johnny, apa kau pernah ke sini sebelumnya?"

Namun, tanpa ia duga Johnny menjawabnya dengan santai, "Belum. Apa kau pernah melihatku meninggalkan hutan? Hanya kau satu-satunya pembangkang yang tersisa, Jaehyun-ah."

Seringaian Johnny membuat Jaehyun berdecih. Pria menyebalkan itu jelas sedang mengejek dirinya. Sayangnya, mau menyangkal pun ia tak bisa karena itu memang benar adanya. Sekalipun pernah pergi ke tempat ini, Jaehyun yakin Johnny tak sendiri. Tujuannya pun pasti tak seperti dirinya. Ia pemberontak dan Johnny tidak. Dari situ saja sudah jelas betapa besarnya perbedaan di antara mereka.

Jaehyun mendesah pelan, "Lalu, apa kau membawa uang?"

Johnny menggeleng tanpa ragu, dan tingkahnya itu tak ayal membuat Jaehyun hampir menjerit histeris. Jika tidak ingat bahwa saat ini mereka sedang berada tempat umum, Jaehyun yakin dia sudah menerjang dan menggigit Johnny tanpa ampun.

"Kau-"

"Aku lapar, dan lagi kau yang selalu datang ke tempat ini. Kau pasti membawa uang, 'kan?"

Jaehyun mengelus dadanya dan mencoba menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan. "Ya, tapi itu hanya cukup untuk membayar makanan kita. Tidak ada lagi yang tersisa untuk membayar tiket kereta."

"Tidak masalah, kita bisa berjalan sampai di perbatasan."

"Kau gila?! Itu jauh sekali, Johnny!"

Two Alpha✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang