Beberapa pelayan juga bercampur dengan tamu, menawarkan minuman atau sekadar makanan pencuci mulut yang berada di wadah kertas warna perak.
Orang-orang berbaju putih terlihat sangat kontras sekaligus serasi dengan suasana kehijauan yang menjadi latar belakang. Sesekali, angin dingin yang menyegarkan berembus.
Speaker yang tidak terlihat melantunkan lagu Davici , membuat suasana makin terasa magis.
"Wow," komentar Yena, merangkum semua yang diterima oleh indranya. Mereka kembali melangkah memasuki arena pesta.
"Pantesan Chaeyeon bela-belain nikahnya di sini. Asyik banget!" Hyewon tertawa gugup, teringat dengan rencana pemikahannya sendiri yang sebelumnya sudah dianggap lumayan mewah dengan menyewa ballroom hotel bintang lima.
Tapi melihat ini, Hyewon jadi ingin melakukan pesta kebun juga.
....
"Konon resor ini punya suaminya sepupu Chaeyeon," bisik Yena. Mereka kini berjalan menuju tenda katering.
Hyewon dan Yena sudah menyelamati Chaeyeon dan Wooseok seusai upacara pernikahan mereka, jadi akan menunggu sampai tamu-tamu berkurang, baru mengobrol lagi dengan mereka.
Karena tidak ada pelaminan, pengantin juga sedang berbaur dengan para tamu dan mengobrol. Tadi mereka sempat melihat Chaeyeon dikelilingi sekelompok lelaki dan perempuan di dekat tenda utama.
"Suaminya sepupu Chaeyeon? Ruwet amat. Memangnya sepupu Chaeyeon yang mana yang beruntung banget punya resor secantik ini?" Hyewon berhenti di pancuran cokelat, mengambil satu buah stroberi dingin yang sudah ditusuk.
Yena melakukan hal yang sama dan menjawab, "Kamu tahu Sinhe Sumbenim, kan? Yang pernah beberapa kali jalan sama kita sebelum dia kuliah di Inggris?" Yena menjauhi tenda katering, Hyewon berjalan mengikutinya.
"Sepupunya Chaeyeon yang pinter banget itu?" Hyewon menggigit ujung stroberi. Stroberi yang segar dan manis berpadu dengan cokelat susu terasa pas di lidahnya.
"Dia kan nikah sama Han Seungwoo Sii, " kata Hyewon sambil mengangkat bahu, tahu persis bahwa Yena bisa menebak dengan tepat siapa yang dimaksud.
"Seungwoo siapa? Yang dari keluarga Han"
Hyewon membulat.
"Tuh... lihat!" bisik Yena, menunjuk ke satu arah menggunakan stoberi cokelatnya.
Kerumunan tamu undangan membuka sebentar, memperlihatkan seorang wanita yang sedang duduk di bangku kayu dengan seorang pria yang berdiri di sisinya.
Tangan si pria sepertinya tanpa sadar mengelus-elus bahu si wanita dengan lembut. Pasangan itu sedang mengobrol dengan beberapa orang lain dan tertawa. Kemudian pandangan Hyewon dan Yena kembali terhalang oleh tamu-tamu yang lain.
Merasa mendapat bahan untuk dijadikan bahan obrolan selama pesta, dengan bersemangat Hyewon dan Yena mencari tempat yang lebih strategis untuk bisa melihat pasangan yang baru mencuri perhatian mereka.
Hyewon dan Yena berdiri di dekat pohon, masing-masing membawa semangkuk salad.
Kini mereka bisa lebih jelas melihat. Sinhe mengenakan gaun panjang berbahan sifon berwarna putih tanpa lengan, rambutnya tergerai dan diikal di bagian ujung.
Sebuah jepitan dengan bunga-bunga disematkan di sisi kiri rambutnya, seperti yang tersemat di rambut beberapa perempuan lain, menandakan Sinhe adalah keluarga yang punya acara.
Sinhe duduk di bangku kayu sementara Seungwoo tetap berdiri di sampingnya, rambutnya agak panjang tapi tidak menyentuh leher.
Seungwoo mengenakan kemeja yang beberapa kancing atasnya tidak dikancing, jas, dan celana kain. Apalagi tangannya tidak beranjak dari punggung istrinya, mengelus lengan Sinhe yang terbuka.
Konon dari berita yang beredar, Han Seungwoo sedang membuka resor keduanya di Korea bagian barat.
"Ih, Sinhe Sumbenim perutnya gendut amat. Hamil ya?" ujar Hyewon retoris, sambil mengunyah daun saladnya yang renyah dan manis.
Sudah tidak ada lagi orang-orang yang mengajak pasangan itu mengobrol, kini mereka hanya tinggal berdua, sesekali melambaikan tangan kepada tamu yang menyapa. Perut Sinhe yang membesar membuatnya terlihat kepayahan. Beberapa kali dia mengembuskan napas.
"Ya biarin aja. Udah punya suami ini, nikahnya sejak tahun lalu pula," sergah Yena, menikmati pemandangan di depannya.
Sekali-dua kali Seungwoo menunduk, mungkin bertanya apakah Sinhe menginginkan sesuatu, tapi selalu dijawab dengan gelengan.
"Oooh...Sosweett " Hyewon dan Yena mendesah bersamaan sambil saling menatap dan tersenyum penuh arti.
Saat kembali memperhatikan Seungwoo dan Sinhe, mereka melihat bagaimana Sinhe membisikkan sesuatu pada Seungwoo yang dibalas Seungwoo dengan tersenyum lebar dan mengecap dahi Sinhe. Seungwoo lalu berlutut dan mencium perut istrinya. Sinhe mengelus kepala Seungwoo, senyumnya terlihat lega.
Tidak butuh ilmuwan untuk melihat mereka berdua saling menyayangi.
"Manis banget, mereka berdua," gumam Hyewon. Dia dan Yuna kini meninggalkan posisi mereka dan kembali menuju tenda katering.
"Iya, mereka beruntung. Enak banget melihatnya. Pasti hidup mereka mulus terus. Dan biarpun mereka menikah karena perjodohan, nggak pakai banyak masalah, nggak perlu pakai banyak perjuangan, udah langsung cocok. Malah kayak udah saling cinta mati gitu sekarang," komentar Yena, tidak berusaha menunjukkan rasa irinya.
"Hidup kadang nggak adil ya " Sekali lagi, untuk terakhir kalinya .
Hyewon menoleh ke belakang, melihat Sinhe berpegangan pada Seungwoo dan dibantu berdiri oleh lelaki itu.
Sayup-sayup lagu Davici masih mengalun, membawa suasana musim panas di tengah sejuknya udara di sini saat bulan Juni.
____________________________________________
Selesai deh... kalo kalian suka ,
please , di Share ya ke Chingu2 lain , agar mereka juga bisa merasakan Feel cerita ini.
Thanks , bantu Support nya ya
YOU ARE READING
Simple With You | END
Romance"bersamamu cinta menjadi sangat sederhana" Mereka menikah bukan karena cinta. Baik Seungwoo maupun Sinhe punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan tercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapk...
✓ [ Epilog ] ✓
Start from the beginning
