[30] Be Discovered

60 16 0
                                    

Untuk alasan yang tidak Seungwoo ketahui, jantungnya berdebar kencang ketika dia memasuki pintu Seuweden Hills. Seungwoo menutup pintu di belakangnya dengan pelan.

Dia menarik napas panjang, menikmati aroma bunga yang makin samar. Keheningan ini tidak mengganggunya, karena Sinhe ada di rumah ini. Tidak seperti saat Sinhe di rumah sakit.

Tanpa sadar Seungwoo tersenyum. Perasaan bahwa Sinhe ada di Seuwden Hills membuatnya tenang seketika. Mungkin ini perasaan yang disebut sebagai pulang ke rumah.

Seungwoo berjalan memasuki koridor, menaruh kunci dan tas kerjanya di meja. Dia sempat melirik ke arah dapur, tidak ada Sinhe. Hanya ada sebuah mug di meja makan.

Seungwoo menaiki tangga perlahan, berharap jika sinhe sedang tidur, dia tidak akan membangunkannya. Untuk alasan tertentu Seungwoo ingin menikmati kedamaian memperhatikan wajah Sinhe saat istrinya itu sedang terpejam.

Seungwoo memutar kenop pintu, dan ketika pintu sudah sepenuhnya terbuka, Seungwoo menyadari bahwa kedamaian tidak bisa diharapkannya dari Sinhe siang ini.

Seungwoo mengangkat tangan, menunjukkan bahwa dia tidak berniat melawan.

”Sinhe… ,” panggil Seungwoo dengan suara tenang yang mendominasi. Hatinya hancur melihat Sinhe di seberang mangan, dengan pisau teracung ke arah Seungwoo.

Satu langkah saja dapat membuatnya kehilangan Sinhe. Dan dia tidak menginginkannya.

......

Sinhe bergeming Dia berdiri membelakangi jendela, menghadap ke arah Seungwoo. Tangannya yang menggenggam pisau terlihat gemetar.

”Mundur,” suara Sinhe pelan dan bergetar, kontras dengan sinar matanya yang penuh tekad.

”Mundur atau aku akan membunuhmu.”

”Sinhe…” bujuk Seungwoo lembut.

Dia maju dua langkah dengan pelan.

”Kau tidak bisa membunuhku dengan pisau mentega.”

Sinhe menatap pisau di genggamannya, lalu melemparkannya ke arah Seungwoo, mengenai dada Seungwoo, memantul dan jatuh ke lantai.

Sakit, pasti sakit. Sinhe menatap Jagad dengan tatapan kebencian, berharap ada seberkas kesakitan yang terbaca di wajah lelaki di depannya ini.

Itu yang Sinhe inginkan.

Dia ingin menyakiti lelaki di hadapannya ini. Lelaki jahat penipu yang sudah menyakitinya. Sinhe nyaris tidak dapat menguasai diri sendiri. Dia menarik napas pendek pendek. Debar jantungnya terlalu keras, Sinhe nyaris tidak bisa berpikir jernih.

Matanya nyalang melihat ke sekeliling ruangan, lalu mengambil sebuah gelas di meja dekat sofa. Dia kembali mundur ke tempatnya semula, di dekat jendela.

Dengan menggenggam bagian bawah gelas, sinhe lalu memecahkan bibir gelas, menjadikannya senjata baru, Dia mengacung nya ke arah Seungwoo yang memandangnya dengan wajah sedu.

”Aku berharap aku mati saja ketika kecelakaan itu. Agar? aku tidak usah bertemu lagi denganmu. Agar kau bisa menikahi pacarmu,” desis Sinhe.

Mata Seungwoo terbelalak. Dia terkejut bagaimana ucapan Sinhe berpengaruh secara fisik padanya. Ulu hatinya seperti habis ditonjok, tangan tak kasat mata seakan meremas jantungnya.

Pemikiran bahwa Sinhe meninggal saat kecelakaan sudah membayangi benak Seungwoo saat pertama kali melihat sedannya hancur. Bahkan saat pertama kali dia melihat Sinhe di ranjang ICU, melihatnya dengan berbagai slang dan kabel, dia tahu bahwa dia bisa kehilangan sinhe saat itu.

Simple With You | ENDWhere stories live. Discover now