✓ [ Epilog ] ✓

125 13 1
                                    

Hyewon dan Yena berjalan keluar dari kamar, memakai baju pesta putih yang berpotongan pas dengan tubuh mereka. Keduanya mengenakan gaun sepanjang lutut dengan rok lebar.

Hanya saja gaun Hyewon tak berlengan dengan potongan leher rendah bentuk V, sementara gaun Yena bertali tipis.

Perhiasan mereka tidak berlebihan. Hyewon memakai seutas kalung mutira yang berbentuk tetesan air mata, sementara Yena sedang membenahi gelang berliannya sembari berjalan.

Mereka melintasi atrium resor yang mewah dengan Iangkah anggun, jenis keanggunan yang bisa dicapai oleh pagar pemakai sepatu atau sandal berhak di atas tujuh sentimeter.

Puluhan perempuan berbaju pesta warna putih dan lelaki yang mengenakan baju formal berlalu-lalang di sekitar mereka. Sepertinya mereka tamu undangan pernikahan yang juga sedang dihadiri oleh Hyewon dan Yena.

Pernikahan sudah dilaksanakan pukul delapan pagi tadi di aula.

"Eh, itu kan..." Hyewon tidak menyelesaikan kalimatnya setelah dia yakin Yena juga sudah melirik ke arah yang mereka tuju.

Seorang pria berperawakan tegap dengan gigi putih dan senyum menawan bersandar di dinding kaca koridor yang menghubungkan atrium dengan kebun belakang, sedang meladeni obrolan beberapa gadis muda yang berpakaian mengundang.

"Jangan melirik, jangan menoleh," bisik Yena yang melangkah tanpa menurunkan kecepatannya, begitu pun Hyewon.

"Aturan pertama setiap melihat artis, tetaplah berwajah datar." Yena melirik ke arah si lelaki, yang diketahuinya sebagai vokalis boyband terkenal.

Para wartawan pasti akan heboh mengetahui buruan mereka ada di sini. Vokalis ini dicurigai terciduk dispact dating.

Dia menghilang berminggu-minggu dari Seoul sehingga tidak bisa dimintai keterangan, sementara pasangan dating sibuk mengarap drama di televisi.

Sambil kembali melirik, Yena melanjutkan dengan bibir tidak bergerak Biarpun dalam hati penasaran pengen deket dia.

Hyewon terkikik geli, lalu memajukan wajahnya ke arah Yena.

"Bagaimana maskaraku?" tanya Hyewon. Tinggal beberapa meter lagi sebelum mereka sampai di lokasi pesta.

Yena membuka tas pestanya. "Nih, tisu. Agak beleber Sedikit di ujung. Kalau aku gimana?"

Hyewon mengambil tisu yang ditawarkan Yena dan menyeka sudut matanya sambil memperhatikan riasan Yena.

"Tanpa cela," kata Hyewon sambil tersenyum.

Saat sudah sampai di kebun belakang, mereka berhenti sebentar karena harus menahan napas takjub. Beberapa orang yang berjalan di samping mereka pun melakukan hal yang sama.

Hari sebelumnya, mereka datang terlalu malam sehingga tidak sempat melihat kebun belakang. Karena Hyewon ada rapat di kantor, mereka baru berangkat nyaris tengah malam ke sini.

Namun yang akan menikah adalah sahabat dekat mereka, mereka tidak mungkin tidak datang.

Pemandangan yang terhampar tepat di depan mata mereka . Danau buatan yang permukaannya tenang seperti kaca memantulkan bayangan perbukitan.

Di tepiannya, sebuah tenda utama berwarna putih berdiri dan diisi kursi-kursi dan meja panjang. Bunga lili putih dan mawar merah jambu segar menjadi dewa korasi utama, mengisi pot-pot yang berjajar di tengah meja.

Cahaya matahari membuat bagian dalam itu terang-benderang, hampir seterang bagian luar.

Namun tidak banyak yang duduk di situ, kebanyakantamu undangan mengobrol di bawah sinar matahari hangat. Sebaris tenda yang lebih kecil didirikan memanjang, berisi meja-meja katering yang dilayani pelayan berbaju hitam.

Simple With You | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang