[27] Scared

84 15 0
                                    

Sinhe langsung membuka matanya. Napas nya memburu. Dia mimpi buruk lagi. Tapi kali ini dia hampir bisa mengingat apa yang terjadi dalam mimpinya.

  Kali ini mimpinya jauh lebih jelas. Dia dikejar-kejar seseorang, dia jatuh-bangun berlari menghindar.
  Dia tahu, jika suatu saat dia berhenti berlari, hal yang buruk akan menimpanya. Sinhe sedang menggandeng seseorang, anak kecil.

  Anak itu tidak berhenti menangis sampai Sinhe harus menggendongnya. Dia lalu bertemu seseorang di jalan, meminta bantuannya.

  Orang itu membelakanginya. Namun ketika Sinhe tak sengaja nubruknya, meminta orang itu menolong Sinhe dan anak kecil dalam gendongan, orang itu berbalik dan Sinhe tahu bahwa orang itulah yang mengejarnya.

Dalam ketakutan yang amat sangat, Sinhe menjerit dan berlari dengan anak kecil di dalam gendongannya. Dia kembali berlari, tidak mau berhenti meskipun harus terjatuh berulang kali.

”Seungwoo?” bisik Sinhe. Dia menoleh ke ranjang sampingnya, tidak ada siapa-siapa. Kepanikan segera menjalari sinhe

”Seungwooo!” Kali ini Sinhe berteriak, merasakan ketakutan yang amat sangat. Seolah-olah mimpinya adalah urusan hidup dan mati.

”Seungwoo!”Sinhe kembali berteriak. kali ini matanya sudah panas oleh air mata. Napasnya memburu, namun dia masih bisa mendengar suara langkah kaki Seungwoo menaiki tangga. '

wae yo ?” Seungwoo membuka pintu dengan kasar. Dia langsung berlari setelah melihat Sinhe mengulurkan tangan, meminta Seungwoo memeluknya.

Sinhe tersedak dalam tangis.
”Kau habis dari mana? Aku tidak mau kau pergi. Kau bilang kau tidak akan meninggalkan aku.”

”Sttt..., mian, mian.  Aku turun sebentar untuk bekerja. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku akan membawa laptopku ke sini.”

  Seungwoo mengelus punggung Sinhe perlahan, mendengarkan napasnya yang sudah jauh lebih tenang

"jadi apa yang terjadi? Kau mimpi buruk?” tanya Seungwoo.

Sinhe mengangguk.

”Apa kau ingat soal mimpimu?”

”Aku hanya ingat aku harus pergi. Seseorang mengejarku. Selalu sama setiap kali. Tapi kali ini ceritanya lebih utuh, aku bisa melihatnya dengan jelas.”

”Sudah berapa lama kau bermimpi soal itu?”

Sinhe menggeleng kuat-kuat, sambil berusaha mengingat.

”Saat di rumah sakit, tapi hanya samar-samar.” Tangan Sinhe mencengkeram bagian depan kaus Seungwoo yang sudah basah oleh air mata.

”Semakin lama aku merasa mimpi mimpi itu semakin intens. Semakin jelas. Aku bisa melihat orang yang mengejarku. Aku berlari bersama anak kecil. Aku tidak bisa berhenti, aku tidak mau berhenti.”

Sinhe menarik napas panjang. Dia menatap Seungwoo dengan mata yang merah oleh air mata. ”na dulyeobda..” rengeknya.

Seungwoo merengkuh Sinhe kembali dalam pelukannya.

  ”Ya Tuhan, sinhe...,” bisik Seungwoo. Dia merasa tidak berdaya. Dia memeluk Sinhe erat, mengecup puncak kepalanya.

Sinhe mungkin tidak memahami apa arti mimpinya, tapi Seungwoo tahu.

.......

Mulanya Seungwoo mengira itu hanya mimpi, tapi kemudian dia menyadari ada suara ketukan dari pintu depan.

Kini mata Jagad terbuka lebar. Dengan tangan kiri dia mengusap wajah

Dia menoleh ke samping Sinhe masih tidur, posisinya masih menindih lengan kanan Seungwoo .

  Ketukan pintu kembali terdengar.

Seungwoo tidak punya janji bertemu dengan siapa pun hari ini, namun bisa saja ada kabar dan resor.

Dengan hati-hati Seungwoo menarik lengannya dan tubuh Sinhe. Sinhe hanya mengerjap sedikit, kelopak matanya terlihat bengkak karena lelah.

Melihat seungwoo beranjak . Sinhe bertanya dengan suara mengantuk, ”eodi ga..?”

”Ke bawah sebentar. Kau masih capek, tidurlah lagi.” Seungwo mengusap dahi Sinhe.

Sinhe mengerjapkan mata, berusaha mengenyahkan keinginan nya untuk  kembali tidur.

Dia juga mendengar suara ketukan pintu, mau tak mau dia penasaran siapa yang datang ke Seuweden Hills.

Seungwo bergegas menggosok gigi dan mencuci muka, lalu keluar kamar, berjalan cepat menuju pintu depan. Dia ingin menemui tamunya, lekas-lekas menyelesaikan urusannya dan kembali lagi pada Sinhe

Sinhe membuka pintu dan langsung menyumpah begitu melihat siapa yang berdiri di depannya.

”Aku tidak mengharapkan pelukan mesra seperti biasanya, tapi aku tidak menyangka kau akan begitu marah melihatku.” Eunji masuk sambil membuka kacamata hitamnya.

”Jangan sekarang.” Seungwoo merentangkan lengan kirinya di depan pintu, melarang Eunji masuk.

”Kapan lagi? Bukankah istrimu sedang gila?” Eunji berkacak pinggang, menatap Seungwoo dengan pandangan menyelidik.

Seungwoo mengeraskan rahang. ”Dia hanya sedang sakit.”

”Apa bedanya?” Eunji tertawa sinis.

”Dia bahkan tidak tahu soal dirimu. Oh, ayolah, Seungwoo, tidak perlu berlagak kaget begitu. Kau tentu tahu aku tidak mungkin tidak mendengar kabar semacam ini, kan?”

”Hubungan kita sudah berakhir. ”

Seungwoo mulai tidak sabar. Dia tidak bisa mengambil risiko. Sinhe memang sedang tergolek di kamar, tapi bukan berarti dia tidak bisa turun dan mendapati Eunji di sini.

”Aku sudah memaafkanmu. ” Eunji bersedekap sambil menyandarkan sisi kiri tubuhnya ke bingkai pintu. Matanya mulai menunjukkan sinar menggoda.

”Untuk apa?” tanya Seungwoo tidak mengerti.

”Untuk yang kaukatakan di hotel sore itu.” Eunji mengulurkan telunjuknya, menyusuri tulang rahang Seungwoo .

”Aku akan berpura-pura tidak mendengarnya"

”Enyahlah.” seungwoo menampik tangan Eunji dengan kasar. Mata Eunjj menyipit marah.

  Bibirnya mulai berkerut, bersiap memuntahkan amarahnya...

”Siapa dia?”

Tubuh Seungwoo langsung kaku mendengar suara Sinhe dari belakang. Dia menatap benci Eunji yang tersenyum menang di hadapannya.

Seungwoo memutar tubuh, memandang Sinhe yang berdiri di depan tangga dengan kaki telanjang dan hanya mengenakan  daster sepanjang lutut. Matanya terlihat bingung, pandangannya nyaris kosong.

Seungwoo masih belum tahu apa yang harus dia katakan pada Sinhe soal Eunji.”Ini...”

Eunji bereaksi lebih cepat. Dia mendorong tubuh Seungwoo agar memberinya jalan untuk masuk ke dalam rumah.

Seungwoo tidak bisa berbuat apa-apa. Menghalangi Eunji malah akan membuat keadaan makin tidak terkendali.

Dengan penuh percaya diri Eunji melangkah mendekati Sinhe, lalu  mengulurkan tangan.

”Halo, aku Park Eunji. Kau istrinya Seungwoo?"

Simple With You | ENDWhere stories live. Discover now