[17] Huft

81 22 0
                                    

  Flashback off

"Sedang bernostalgia?"

  Seungwoo berbalik cepat, menatap Sinhe yang sudah berdiri dari ambang pintu kamar. Seungwoo hanya bisa terpaku melihat Seungwoo mendekatinya.

  "Kau....?" Seungwoo belum pulih dari kaget nya.

  Sinhe mengambil foto di tangan Seungwoo dengan mudah, karena genggaman Seungwoo yang longgar.

  Dia tertawa kecil melihat foto itu. "Aku senang kau masih bisa mengingatku. Tidak terasa sudah dua belas tahun ya?"

  "Aku... kau ... maksudku, aku tidak pernah menyangka..."

  Seungwoo masih kaget. Ratusan hal berlarian di kepalanya, banyak hal yang ia ingin tanyakan. Dia anak perempuan itu

  "Kau tidak pernah terlihat lagi di sekolah"

  "Eomma dan Appaku memutuskan bahwa sekolah itu tidak sesuai dengan prinsip mereka mendidik anak"

   "Aku kembali di masukan ke Yayasan lama ku"

   Seungwoo membeku di tempatnya, menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Sinhe.
 
  Membayangkan anak kecil yang saking polos nya sampai terlihat bodoh dan tabah, yang di temui Seungwoo tiga belas tahun lalu, menjelma menjadi perempuan dewasa di hadapannya. Seungwoo tidak meragukannya.

   Untuk beberapa hal Seungwoo merasa bersyukur karenanya.

  Huftt

  Sinhe menarik nafas, hampir sedang melamun ketika ia mulai bercerita.

"Aku sudah putus dengan Daniel hampir setahun lalu, setelah empat tahun berpacaran. Dia kaka kelas ku, sama sama anak Seoul. Tapi aku tidak tahan dengan sikap nya yang terlalu posesif, kasar , dan overprotectif. Setelah putus, kami tetap berteman. Namun, hubunganku dengan Daniel memburuk karena dia menginginkan kami bersama lagi, meskipun aku menolak"

  "Aku merasa lelah. Aku akhirnya memutuskan pulang ke Korea. Saat masih di London, Eomma dan appa mendesak ku segara menikah, dan kupikir, hei, kenapa tidak?"

  Kini sinhe berbalik, mata nya menatap Seungwoo dan Bibirnya tersenyum getir.

  "Aku mengenal beberapa temanku yang menikah karena di jodohkan. Pernikahan mereka lebih awet dibanding mereka yang menikah karena cinta"

  Seungwoo tidak mengatakan apa apa, hanya menatap Sinhe lekat lekat. Sinhe menarik nafas, lalu meneruskan. "Orang tua ku punya daftar nama kenalan mereka, atau anak kenalan mereka, berserta resume singkat. Tepat seperti yang kau katakan"

  "Tapi namamu tidak ada di dalamnya. Aku meminta mereka untuk mencari tahu soal kau"

  Ya, tadi nya kupikir pernikahan ini akan berhasil. Namun ...

  "Kau tahu sendiri bagaimana ceritaku ini berakhir"  

  "Kau mencariku?"

  "Saat itu aku masih di London, jadi mungkin yang mencarimu bukan aku. Tapi... ya, aku meminta orangtuaku mencarimu, dan orang tuaku mungkin menyuruh orang lain untuk memastikan perjodohan di antara kita bisa terjadi" 

  Seungwoo tertawa pahit.

  Mengingat saat keributan terjadi kala itu. Seungwoo baru mendapati Eunji berpacaran dengan Jinhyuk beberapa sebelumnya, dan dia sedang dalam masa berkabung.

  Melihat Eommanya menyodorkan selembar kertas tentang biodata seorang gadis yang menawarkan perjodohan membuatnya murka, harga dirinya tercabik.

  Kala itu, Seungwoo berfikir dia akan menikahi gadis yang sudah hamil, agar kehormatan keluarga si gadis bisa tetap di pertahankan.

   Seungwoo malu jika disuruh mengingat hal itu sekarang.

"Eommaku hampir menangis bahagia saat menceritakan ada yang menawarkan perjodohan itu padaku"

  Sinhe mendesah.

   Dia terdiam beberapa saat, membuat suasana jadi terada hening menyakitkan.

   "Kalau aku menikah hanya karena aku kesepian, aku bisa saja menikah dengan sembarang orang"  Sinhe berbalik.

  "Aku tidak harus menikah denganmu"

  Sinhe memperhatikan Foto itu lagi, mengelus permukaannya dengan sayang.

  Sinhe lalu berjalan mendekati Seungwoo, melewatinya menuju pintu keluar. Saat mereka berpapasan, Sinhe berhenti.
 
  Menyelipkan kembali foto itu di tangan Seungwoo. "Ngomong Ngomong, kau boleh menyimpan nya. Sudah tidak penting lagi sekarang"

  Seungwoo merasa ulu hati nya tertohok

  Sudah tidak penting lagi sekarang...

"Tapi kupikir...."

  Tap

  Seungwoo memegangi tangan Sinhe sebelum sinhe berlalu.

  Dia ingin minta maaf, dia ingin memohon ampun. Tapi kata kata rasanya konyol, tidak cukup membalas perlakukan buruk nya selama ini pada Sinhe.

  Sinhe bergeleng. "Lupakan saja, aku terlalu naif berfikir kau punya potensi untuk menjadi Suami yang baik. Hanya karena apa yang kau lakukan selama lima belas menit, dua belas tahun yang lalu"

  Sinhe tersenyum pahit.

  "Tapi tentu saja... sikapmu masih saja mengagetkanku. Dalam beberapa hal, kau tidak jauh berbeda dari Daniel"  

   Udara di kamar seketika terasa sesak. Seungwoo langsung melepaskan lengan Sinhe dari pengangannyan. Sinhe berjalan mantap menuju pintu kamar. Seungwoo hanya bisa mendengar langkah sinhe menjauh dan suara kakinya menuruni tangga.

Simple With You | ENDWhere stories live. Discover now