Part 54: Terkurung dalam Ketakutan

Start from the beginning
                                    

Arkana langsung mengarahkan telunjuknya dan dia arahkan ke kening Kirana. Arkana lalu mendorong kening Kirana dengan telunjuknya dan berucap, "Norak!"

Karena hal ini Kirana mengatupkan bibirnya dan membeku di tempat duduknya. Dia mencebikkan bibir. Tidak terima ejekan Arkana semula.

"Kebanyakan ngayal lo! Masih SMA juga udah ngayalin punya suami!" ejek Arkana lagi dengan ketus.

"Ya nggak apa-apa kali. Kan berkhayal itu murah."

"Oh gue tahu, lo sengaja ngasih kode ke gue biar jadi persiapan nanti kalau gue udah nikah sama lo. Iya kan?"

"Ihhh Arkana, enak ajah! Nggak lah. Lagian emang kamu nanti yang jadi suami aku?"

"Kan jodoh nggak ada yang tahu."

"Tapi aku nggak mau ah berjodoh sama kamu. Habis emosian orangnya. Hehehe..." Kirana sengaja mengejek Arkana. Ejekannya ini berhasil membuat Arkana melototkan kedua matanya.

"Lanjut makan!" seru Kirana. Arkana di hadapan Kirana mengalah. Dia tidak membalas ejekan Kirana.

Arkana dan Kirana kembali melanjutkan makan. Arkana di depan Kirana melirik sekilas ke gadis itu. Arkana tertawa kecil karena ingat ucapan Kirana tadi yang berkhayal tentang tempat penuh bunga-bunga.

***

Kirana sudah sampai di rumahnya. Dia membuka pintu rumah pelan. Baru saja terbuka, sudah ada ibunya yang bersedekap seraya kedua matanya menatap tajam.

Kirana terperanjat. Dia heran melihat ibunya seserius ini. Dengan gerakan tiba-tiba, Tania menarik tangan Kirana dan membawa gadis itu untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu kok bisa dianterin sama Arkana?" tanya Tania dengan raut cemasnya.

"Uhhmm, itu apa. Itu tadi—"

"Kirana, sekarang jawab jujur sama ibu? Kamu masih berhubungan sama cowok itu?"

"Bu, kan Arkana teman sekelas Kirana, jadi wajar kan kalau Kirana dekat sama dia?"

"Nggak wajar Kirana. Kamu nggak inget, apa yang udah terjadi sama kamu? Gara-gara kamu dekat sama Arkana, kamu jadi sasaran musuhnya Arkana!"

"Bu, kan masalahnya udah berlalu juga. Pelakunya juga udah masuk penjara Bu! Kenapa sih Ibu kok jadi parnoan gini?"

"Arkana itu suka cari masalah sama orang! Kalau dia masih punya musuh yang membahayakan gimana? Terus kamu kebawa-bawa sama masalah dia gimana? Jangan bikin ibu cemas Kirana! Kamu bahkan bilang ke ayah sama ibu kalau kamu udah nggak berhubungan sama cowok itu! Kamu bohongin ayah ibu selama ini, iya?"

Kirana menunduk lemah. Ibunya berkali-kali menyerangnya dengan ucapan tegasnya. Tania belum pernah setegas ini ke Kirana. Karena ucapan tegas ibunya tadi, Kirana merasa sangat bersalah. Dia sudah membuat perempuan yang amat dia sayang bisa berkata demikian.

Dengan gerakan perlahan, Kirana mengangkat kepalanya. Dia menatap ibunya. Wajah ibunya terlihat serius. "Maafin Kirana Bu. Kirana udah bohongin Ibu. Kirana emang masih pacaran sama Arkana. Kirana nggak bisa putusin Arkana, Bu. Kirana nggak bisa." Kirana memeluk ibunya setelah itu. Tania terkesiap karena dua hal. Pertama, karena kejujuran Kirana dan kedua, karena pelukan tiba-tiba Kirana.

"Kirana mohon jangan bilang hal ini ke ayah ya, Bu? Kirana takut kalau ayah bakalan marah besar nanti."

Tania melepaskan pelan pelukan Kirana. Dia menatap putrinya yang kini sudah menangis.

"Apa yang membuat Kirana nggak bisa putusin Arkana? Padahal anak ibu ini kan nggak mau pacar-pacaran? Tapi kenapa cowok kayak Arkana bisa bikin anak ibu jadi kayak gini?"

After With You (Complete)Where stories live. Discover now