Beauty Venus - Chapter 31

Mulai dari awal
                                    

"12 Minggu."

Wanita di depannya cemberut melihat perut Hera. "Masih rata, aku iri padamu." Kemudian tertawa.

"Hai, babe. Maaf aku terlalu lama. Ini minumanmu." Suami dari wanita di depannya segera duduk di sebelah wanita itu dan menatapnya penuh perhatian.

Hera melihat. Jujur, ia merasa pasangan di depannya juga serasi.

"Aku Silvia. Dan ini suamiku, Paul." Wanita di depannya memperkenalkan diri.

Hera melirik mereka berdua lalu mengangguk pelan. "Hera."

Suami Silvia melirik Hera cukup lama sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada Silvia.

Tak lama kemudian, seorang perawat datang dan memanggil nama Silvia. Mereka masuk ke dalam ruangan bertepatan dengan kembalinya Miguel.

"Apakah kita sudah dipanggil?"

Hera menggeleng. Dan mereka kembali duduk bersebelahan dalam diam dalam keadaan canggung.

"Apakah kau bosan saat menunggu seperti ini?" Tanya Miguel mencoba mencari topik pembicaraan.

"Ya." Hera menjawab dengan malas.

"Lalu kenapa tidak membuat janji terlebih dulu dengannya?"

Hera melirik Miguel dengan kesal. "Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa menurutmu membuat janji seperti ini tugasku?!"

Miguel berdeham. "Lain kali aku akan menyuruh Brian—" Mendapat tatapan tajam Hera, Miguel mengoreksi kalimatnya, "Aku akan membuat janji ke depannya."

Hera mendengus puas lalu kembali menghadap ke depan.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya perawat keluar seraya memanggil nama Hera. Paul dan Silvia segera menyusul perawat tersebut keluar.

Hera dan Miguel berdiri dan berjalan menuju ruangan. Dalam langkah lebarnya melewati Paul dan Silvia, Miguel bisa merasakan jika kedua orang itu sedang menatap Hera. Maka, Miguel dalam diam melirik mereka berdua bergantian. Sedangkan Hera, wanita itu tampak biasa saja seolah tidak ada sesuatu yang mencurigakan.

Paul dan Silvia membalas tatapan Miguel. Namun mereka menegang saat melihat tatapan dingin Miguel. Itu sedikit membuat mereka bergidik.

Paul hendak melangkah ingin memegang bahu Miguel. Namun kejadian seketika begitu cepat. Pintu tersebut sudah ditutup duluan oleh Miguel.

"Mr. & Mrs. Donovan?" Dokter tersebut tersenyum tidak enak hati. "Tidak seharusnya kalian ikut mengantri. Maafkan aku."

Hera tidak menjawab. Begitupun Miguel. Membuat sang dokter sedikit salah tingkah. Dengan cepat dia mengajak Hera melakukan prosedur USG.

Setelah Hera berbaring dan sedikit mengangkat bahunya ke atas, dokter wanita tersebut dengan sigap mengoleskan gel khusus di atas perut Hera.

"Sudah minum air putih, Mrs. Donovan?"

"Sudah." Hera menjawab dengan singkat.

Si dokter tersenyum ramah. Kemudian, dia menggerak-gerakkan transducer di atas perutnya seraya melihat layar monitor di samping. "Wah, sudah masuk 12 minggu. Apakah Anda pernah melakukan USG sebelumnya?"

Hera menggeleng. "Aku cukup sibuk beberapa bulan ini." Dan masih terkejut, tambahnya di dalam hati.

Sang dokter tersenyum lembut memaklumi. "Bagaimana dengan morning sickness? Apakah terlalu parah?"

"Lumayan. Dokter sebelumnya sudah memberikanku obatnya."

Dokter mengangguk paham.

Namun berbeda dengan Miguel. Pria itu terkejut. "Aku tidak tahu kau mengalami morning sickness. Seberapa parah?"

"Awalnya menyakitkan. Tapi karena terlalu sering hal itu sudah biasa saja bagiku."

"Mengapa tidak memberitahuku?"

Apakah Hera harus mengatakannya di saat mereka sarapan bersama dengan nada sedih seperti, 'Hei, aku mengalami morning sickness yang menyakitkan, loh!' Setelah mengatakan itu Hera yakin Miguel akan semakin mengatur pola makan dan hidupnya. Bisa-bisa dia juga tidak dapat bekerja. Jadi, tentu saja Hera tidak akan memberitahunya. Bahkan Jo saja Hera suruh tutup mulut.

"Tenanglah, Miguel. Johanna selalu membantuku tiap pagi membersihkan muntahanku." Hera memutar matanya.

"Oh... Johanna tahu ini." Miguel bergumam dengan tenang dan dingin tanpa jejak emosi. Ia bukan memarahi Hera. Tapi ia marah pada Johanna karena tidak mengadukan hal ini padanya.

Dinginnya aura Miguel sampai pada sang dokter. Bahkan ia merinding saat melihat wajah Miguel yang terlihat mengerikan. Alhasil ia cegukan.

Hera menatap si dokter dengan kasihan lalu menatap Miguel dengan garang. "Miguel!"

Miguel mengerjapkan matanya kemudian wajahnya kembali lembut. "Lain kali beritahu aku supaya aku tidak khawatir."

Hera menghembuskan nafasnya kasar lalu mengangguk membuat Miguel tersenyum tipis.

Dengan kikuk dokter kembali melakukan tugasnya. Ia mengambil doppler dengan tangan kanan, menggerakkan doppler tersebut dan terdengar suara seperti detak jantung yang menggema cukup keras. Suaranya terlalu bersemangat.

Hera dan Miguel tertegun dengan kaku. Seolah jantungnya berhenti berdetak saat mendengarnya.



BEAUTY VENUS [#4 VENUS SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang