Beauty Venus - Chapter 20

7.8K 861 63
                                    

Charles yang mendengarnya percakapan mereka hanya melirik lewat ujung matanya dengan ekspresi mistrius.

Sesampainya di ruang makan, Hera dan Miguel duduk bersebelahan, lalu disusul William di samping Hera. Sedangkan tiga kursi di depannya ada Nick, Emma, dan Barbara yang terus menatap Miguel. Dan Charles duduk di kursi paling ujung, ditengah-tengah dua kubu.

"Sayang, ada apa?" Tanya William saat melihat Barbara yang duduk di depannya tidak berhenti menatap Miguel.

"Wajahnya tidak asing. Apa kau mengenali dia sebelumnya, Will?" Tanya Barbara dan mendapatkan gelengan dari William. Barbara kembali menatap Miguel. "Apa kita pernah bertemu?"

"Maafkan aku yang tidak sopan. Aku Miguel Donovan." Miguel memberikan senyum tipis untuk Emma dan Barbara.

Emma tersenyum membalas kesopanan Miguel. Sedangkan Barbara memiringkan kepalanya mencoba mengingat-ingat dimana dia pernah melihat pria dengan nama Miguel ini.

Meninggalkan Barbara yang masih fokus mengingat, sebagian pelayan sudah masuk ke ruang makan seraya membawa nampan kaca. Mereka meletakkan makanan di masing-masing orang lalu kembali kemudian sebagiannya lagi masuk dan sama seperti sebelumnya, meletakkan makanan lainnya dan minuman di tiap orang yang mengitari meja makan. Semua pelayan kembali pergi dan menyisakan dua pelayan laki-laki dengan water jug yang terbuat dari kaca di tangan mereka.

Setelah berpikir cukup lama, Barbara seketika membulatkan mata dan mulutnya. "5M!"

Semua orang menatapnya membuat Barbara buru-buru minta maaf. Ia kembali menatap Miguel yang membalas tatapannya. Lalu melirik Hera yang terlihat santai memakan makanannya. Barbara mengingat kembali beberapa Minggu lalu di mana Hera menyuruhnya menyebutkan daftar nama pria satu angkatan mereka. Apakah itu artinya pria ini?! Jadi Hera melakukannya saat malam reuni dan hamil?! Barbara terus menatap Hera dan Miguel bergantian hingga kepalanya letih.

"Kau mengenalnya?" Tanya William.

"Dia pernah satu sekolah dengan kami."

Refleks William menoleh ke samping di mana Miguel duduk dengan Hera di tengah-tengah mereka. Bahkan Charles-pun ikut terkejut.

"Aku belum mendengar hal ini sebelumnya." Charles menatap Hera seolah meminta penjelasan.

Hera menelan salivanya. Kemudian tersenyum. "Kami cukup dekat saat sekolah. Setelah lulus pun kami saling komunikasi dengan baik. Dan sekarang karena kami merasa cocok, akhirnya kami berpacaran."

Barbara dengan tidak sopan menyemburkan air minumnya. Ia mengucapkan maaf kepada Charles lalu mengelap mulutnya yang basah. Kemudian seorang pelayan mendekat dan menuangkan kembali air mineral ke gelas Barbara.

Wanita ini jelas berbohong tentang kedekatan mereka. Barbara sangat memahami situasi sekolahnya dulu. Hera selalu memarahi Miguel jika berdiri dari jarak dekat dengannya. Akhirnya Miguel hanya bisa mengikuti Hera dalam jarak 5 meter. Dan semua siswa tahu akan hal tersebut.

Dan yang tidak habis pikir bagi Barbara adalah penampilan Miguel saat ini. Demi Tuhan, pria yang duduk di seberang meja sangat berbeda dari masa sekolah mereka. Maka dari itu Barbara butuh waktu lama untuk mengingatnya. Ia bahkan baru tahu 5m mempunyai nama dan namanya adalah Miguel.

Barbara ingin mengatakan jika Hera berbohong. Namun ada sesuatu yang menahannya. Sesuatu yang membuatnya terkejut sekaligus merinding.

Sedangkan Emma, mengingat karakter wanita ceria itu yang selalu tersenyum dan tertawa —walau hanya candaan garing— saat ini ia tengah tertawa lebar mendengar candaan bodoh Nick di sebelahnya.

Dan Hera memperhatikannya. Bahkan menatapnya lekat saat melihat ada warna coklat kehitaman di gigi wanita ceria itu. Hera menggenggam garpunya dengan erat. Berusaha bersuara lembut, ia tersenyum. "Emma, kau tidak memakan coklatku, bukan?"

Emma menoleh dan tersenyum cerah. "Terima kasih, Hera. Coklatnya sangat enak. Aku dan Barbara hampir saja menghabiskannya tapi aku memikirkanmu, jadi aku menyimpan beberapa untukmu. Oh ya, aku juga mengambil satu untuk Nick. Dia menyukai coklat. Benar, Nick?"

Nick yang menyukai segala sesuatu versi Emma hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Tuhan saja tahu dia benci coklat!

Hera membulatkan matanya lebar dan wajahnya merah padam. Bukankah ia mengatakannya dengan sangat jelas untuk tidak memakan coklatnya? Mengingat ada nama Barbara terselip di ucapan Emma, tidak terlalu mengejutkan Hera. Saat Hera melirik Barbara, wanita itu hanya tersenyum manis seraya mengucapkan terima kasih tanpa suara. Wanita ular itu kembali membuatnya kesal.

Hera berada diambang batas kesabarannya. Hei, itu coklatnya?! Perlu digarisbawahi, coklat favoritnya dari Perancis! Tapi wanita licik itu sudah memakannya duluan.

Kau tahu apa yang ingin Hera lakukan sekarang?

Hera berdiri hingga kursinya jatuh lalu merangkak cepat ke atas meja untuk mendekati Barbara kemudian mendorongnya hingga mereka berdua terjatuh di lantai. Hera tidak memberi Barbara jeda untuk memulihkan dirinya dari keterkejutannya. Ia langsung mencekik leher Barbara dengan kuat. Semua orang tiba-tiba berdiri dari tempat duduk mereka berusaha melerai mereka berdua, sedangkan Emma menjerit tidak karuan.

"You are a total bitch!!!! Mati kau, dasar ular menjijikkan...!" Desis Hera.

Hera menggoyangkan tangannya hingga kepala Barbara berbenturan dengan lantai. Melihat Barbara yang berada di ambang kematian membuatnya tertawa jahat.

"Kau akan mati. Dan William akan menjadi duda. HAHAHA...!"

Tiba-tiba saja Miguel berjongkok di sampingnya dan menyodorkan garpu.

Hera mengambilnya lalu menancapkannya ke kepala wanita ular tersebut.

"Hera."

Hera tersentak dari lamunannya dan melihat suasana ruang makan sangat santai dan tenang. Berbeda jauh dari sebelum ia membunuh Barbara. Oh sial... itu hanya khayalannya. Ia menunduk, menatap garpu yang ia pegang menancap di meatloaf. Hera bahkan terkejut kembali saat merasakan sesuatu yang hangat menyentuh jemarinya dan mengantarkan aliran listrik hingga ke tubuhnya. Tangan itu terasa kasar namun lembut saat bersentuhan dengan kulitnya. Ia melirik jemarinya yang di genggam oleh tangan besar tersebut lalu mendongak untuk menatap si pemilik tangan.

Pria itu, Miguel, tersenyum lembut. Tidak lupa tatapan mata pria itu seakan bisa menembus matanya. "Aku akan membelikan yang baru."

Damn... Wajah Hera tidak bersemu 'kan? Tidak ada ekor anjing yang bergerak kesana kemari atau telinga kucing di tubuhnya 'kan? Dia hanya terdiam, bukan? Dia tidak melakukan sesuatu yang aneh, bukan?!

Tapi kenapa hatinya berdetak sangat cepat yang mana menyakitinya? Juga, tubuhnya bergidik hingga ke ujung jari kakiknya.

"Berlama-lama ditangan adikku, aku akan mengirimmu ke neraka." Nick berkata dengan dingin membuat Miguel dan Hera memutuskan kontak mata mereka.

Miguel dengan cepat melarikan tangannya ke sebelah tangan Hera lalu meminta maaf. Hera menatap nanar jemari mulusnya yang tidak ditutupi tangan besar Miguel.

Kenapa dilepas?! Hera merasa tidak rela.

Hera melihat Nick dengan geram. Ia menarik tangan Miguel mendekat lalu menggenggamnya. Tentu saja Nick melihat pemandangan tersebut. Saat ia ingin membuka mulut, Hera sudah terlebih dahulu bersuara. "Apa kau ingin mengirimku ke neraka juga, brother?"

Charles menggelengkan kepalanya hampir tertawa. Ia berdeham dengan wibawa yang jelas lalu berkata, "Sekarang waktunya makan, bukan waktunya saling berebut siapa yang ingin membunuh dan mengantar kepergian ke neraka."



BEAUTY VENUS [#4 VENUS SERIES]Where stories live. Discover now