41. Akhir dari semuanya

1.5K 89 21
                                    

Jadikanlah musibah yang menimpamu atau menimpa orang lain menjadi pelajaran bagimu

***

"Assalamualaikum."

Saat sampai dikantor polisi, Baret dengan segera menuju sel di barisan paling pojok, tempat tinggal tahanan paling sering mengeluh, menurutnya.

Lama salamnya tak dijawab, Baret melihat kearah penjaga, ia menaikkan salah satu alisnya, seolah mengerti penjaga itu langsung mengetuk keras pintu besi itu.

"AKU SUDAH MENJAWAB SALAMMU! PERGI BARET! AKU SEDANG MENGHAFAL AL-QUR'AN INI! DAN KAU BERHASIL MENGHILANGKAN KONSENTRASI KU! AHHH KAU INI!" Teriak Davit dari dalam.

Baret menghela nafas dan tersenyum, sudah hampir 4 tahun Davit menghafal al-qur'an, itu hal paling membanggakan bagi dia sebagai sahabat. Ya, sahabat.

"Selama 4 hari aku tidak akan kesini untuk menjengukmu--"

"Bodoamat baret!" jawab Davit memotong kalimat sahabatnya yang belum selesai.

"Kalau kau menghafal sambil terus marah-marah, kau tidak bisa menghafalnya ayat-ayat suci itu tidak akan masuk kedalam hatimu kalau kau marah-marah terus."

"Kalau kau mau berbicara denganku, buka dulu pintu besi ini."

"Ini sudah dibuka Davit! Dari tadi aku mengetuk-ngetuk pintunya agar kau yang duluan membuka!"

Sreet

Davit membuka pintu dengan mata pandanya. "Bilang dari tadi!"

"Matamu seperti panda, kau bergadang lagi? Kau tidak meninggalkan sholat tahajud kan?" tanya Baret beruntun.

"Kau ini banyak tanya! Sudah langsung pada intinya, kau kesini mau apa?"

"Kok kau ngegas sih? Ini bukan pertama kalinya aku kesini, kau ini kenapa?" Tanya Baret, ia heran dengan sikap Davit hari ini, sangat sensitif.

"Kau menggangguku mengahafal!"

Jawaban singkat dari Davit kini mampu membuat Baret faham, Davit ini sosok yang tak berubah padahal sudah 4 tahun lamanya, dia keras.

"Hm oke baik, aku minta maaf, dan... Kesini aku ingin memberi tahu kau, 4 hari yang akan datang aku tak bisa kesini untuk menjengukmu, jadi aku minta maaf tidak bisa menjengukmu."

"Ya sudah sana haha, aku tidak menyuruhmu menjengukku."

Baret menatap Davit kesal, "Ya sudah aku tidak akan membawa makanan kesukaanmu lagi"

Mata Davit melebar, "Eh jangan-jangan, kau harus tetap kesini dan membawa makanan itu, kau tahukan makanan disini tidak enak," Davit menjeda dan mendekat kearah baret dan berbisik, "Sepertinya mereka tak pandai memasak."

Baret terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu, benarkan dia suka mengeluh.

"Oke katakan alasan kau tidak akan kesini dalam 4 hari?"

"Rayya akan diwisuda di salah satu universitas islam di Bandung, dia meminta liburan disana bersama kami, dan juga aku harus menemani dia ke acara pernikahan temannya," Baret menjeda.
"Atau kau ikut? Bagaimana?"

Scandal Tomboyish Girl || a Game [Tamat]Where stories live. Discover now