32. Ubah rencana?

1.1K 88 13
                                    


.
.
.
"Han, begimana ini? Jujur gue takut asli, suerrr," ucap Rayya frustasi, tak ada seorang pun disekitaran rumah.

"Percuma dong gue bawa handphone sinyal aja kagak ada, ck!" Hanna terus fokus ke handphone nya.
Tak lama iapun menoleh kearah Rayya, "Kok Aneh! Perasaan dirumah si kakek itu kan ada sinyal. Kok sekarang gak ada?"

"Memang tuh mereka berdua aneh dari awal!" sahut Rayya.

Hanna mengerutkan kening. "Siapa?"

"Si kakek ama si Derril lah!"

"Lagian ya! Masa mereka Setega itu sih ke kita, dosa apa kita ke mereka duh, mungkin gue kena karma dari si sotoy itu? Omg!!! Karma is real ternyata," Rayya terus mengomel pada keadaan, Hanna fokus lagi ke handphone nya, semoga saja ada sinyal nyangkut satu.

"Lampu tidak ada, penerangan lewat handphone yang batreinya tinggal 35%, gimana nih na?!" Tanya Rayya lagi, tapi orang yang di samping kirinya itu malah terus menerus melihat kearah samping rumah dekat pohon besar.

"Na?" Panggil Rayya, ia takut ada hal aneh yang memasuki Hanna.

"Naaa???" Panggil Rayya lagi. Mata Hanna masih terarah masih ketempat itu.

"N-- mfffffhhh," Hanna membekap mulutnya.

-
-
"Suuttt jangan berisik! Ada yang lagi ngawasin kita!" Ucapnya berbisik, Rayya mengangguk tanda mengerti, Hanna pun melepaskan bekapannya.

"Siapa?" Tanya Rayya, ia celingukan mencari orang itu.

"Mana gue tahu lah_-"

"Terus gimana? Masa kita mau diri terus disini?"

"Entah gue gak tahu, badan gue gemetaran dari tadi gak bisa mikir!"

Mereka terus berbisik.

Sedangkan ditengah hutan...

"Hos~ hos~ gimana? Sama Rayya?" Tanya Aldo mereka lari sudah hampir memasuki tengah-tengah hutan yang gelap.

"Gak ada harapan," ucap Derril santai.

Aydan yang mendengar nya menjadi panas, apakah semurah itu nyawa seseorang?

"What? Apa lo bilang? Tadinya gue mau nyari Rayya sama Hanna dan lo cegah katanya semua akan baik-baik saja, dan bodohnya gue ngikutin apa yang lo suruh!" Aydan menaruh tangan dipinggangnya, ia terus memikirkan bagaimana keadaan Rayya sekarang?

"Gue yakin dia baik baik saja, maybe.. ehe!" Ucap Meisya.

Aydan melihat sekilas kearahnya, ia mengangguk dan membenarkan jaketnya. Rasa takut masih menguasai dirinya apalagi saat orang-orang bersenjata api itu mengejar mereka tadi. Tapi ia tak bisa diam saja ketika temannya dalam keadaan berbahaya.

Aydan menutup matanya rapat-rapat dan mulai berjalan kearah rumah si Kakek-kakek bejat itu.

Ia terus berjalan dan sedikit-sedikit mulai berlari tak menghiraukan panggilan dibelakang nya.

Walaupun ia gagal dan mati saat Rayya dibelakang nya, tak apa asal ia sudah berusaha menjaga temannya itu.

.
.
.
.
.

Disisi lain Rayya dan Hanna masih stay berdiri ditempat, orang-orang itu terus memperhatikan mereka dari jauh.

"Na, kabur Na!" bisik Rayya.

"Kalo kita kabur terus mereka nembak kita gimana bujank_-"

"Aelah.."

***

"Astagaaaaaaa!!!!" teriak Baret penuh kemarahan.

"Kenapa mereka semua bisa mati?! Padahal kita sudah mengerahkan semua anggota yang kita miliki!"  Lanjutnya.

"Maaf tuan, kami juga tidak menduga hal ini, dari seluruh pemain hanya tersisa 20 pemain saja," ucap Jey selaku ketua grup 4.

"Davit! Dimana dia?!"

"Dari tadi saya tidak melihat nya di markas," jawab Black yang baru masuk ke ruangan Baret. Salah satu mata nya tertutup.

"Apa yang terjadi dengan matamu?"

"Kemari aku bilang kan ada penghianat dan ternyata dia memasukan obat kimia berbahaya dalam obat mataku, Haha dasar penghianat."

Baret membalikkan badannya, "Jey, kerahkan semua anggota agar menjaga 20 orang itu, kita bisa menjaga mereka jika mereka tak keluar dari wilayah kita!"

Jey membungkuk, "kenapa kita tidak minta bantuan saja pada polisi?"

"Baiklah aku akan minta bantuan polisi kalo kau sudah bersedia masuk jeruji besi!" jawab Baret. Jika dia meminta bantuan polisi itu sama saja memasukan mereka kedalam kandang singa.

"Benar juga" ucap Jey dalam hati, ya benerlah bambang.

"Sudah cepat keluar dan kerjakan yang aku perintahkan!"

Jey pun keluar, Baret kembali menatap monitornya.

Disisi kiri monitor ada rekaman dari ruang bawah tanah, dimana semua keluarga korban ditempat kan mereka disuntikkan obat tidur dalam jangka waktu panjang.

Baret mengetik sesuatu.

To: Mark

Aku akan menyelesaikan ini semua keluar dari jalur kesepakatan, tapi akan tetap aku berikan kalian 3 pertanyaan. Pertanyaan tentang letak suatu tempat agar kalian selamat.

Jawablah dengan cepat, sebelum matahari terbenam esok.

Send!

To: Mark

1. Tempat yang menjadi pijakan sebuah organisasi, tempat yang dirasa aman untuk semuanya.

2. Pergilah jika semua dirasa utuh.

3. Jangan pernah terlalu percaya pada kata kata manis, hati hatilah dengan sikap mereka, kau akan menjatuhkan dirimu dalam kesunyian jika kau terlalu menganggap mereka biasa.

Good luck!

Send!

"Dengan perubahan ini, semoga mereka bisa selamat!"

"Tentunya bukan ini yang aku mau Black," Baret menghembuskan nafas berat.

"Kau bisa, aku tahu kau tidak ingin ini terjadi."

.
.
.

"Bagus, ayo lanjutkan
saya tunggu perkembangan selanjutnya, beri tahu gaird... Ups maksud ku Gerrad tentang semua ini, Haha,"

mr. Davitfeir, suara yang terdengar jelas ditelinga Meisya.

***



Scandal Tomboyish Girl || a Game [Tamat]Where stories live. Discover now