31. Rumah

1.3K 89 6
                                    

"Kita akan kemana?!" Teriak Aldo dan hari sudah mulai gelap.

"Kita akan pergi ke rumah Kakek gue didekat hutan!" Jawab Derril.

Nyatanya...

Rumah Kakek hanya sebuah tipuan?

***

Mereka terus memacu kendaraan nya, takut terkena panah dari sang aligator.

Sampai pada sebuah rumah didekat hutan, rumah bilik dengan banyak akar pohon disisi kirinya.

Setelah memarkirkan dengan baik, mereka berjalan kedepan rumah yang sudah tua itu.

Tok tok tok tok

Derril mengetuk pintu, seseorang pun membukanya dari dalam.

Nampak pria paruh baya memakai pakaian serba hitam.

"Akhirnya kau sampai, ayo masuklah," ajak si Kakek.

Semuanya pun menuruti perintah nya.

"Ayo kalian duduk dibawah, kakek tidak punya kursi atau sofa," ucapnya dengan dingin.

"Nyeremin banget nih Kakek-kakek," bisik Rayya ditelinga Aydan, Aydan menyikut tangan Rayya, "suttt gak boleh bilang gitu."

"Apakah disini ada sinyal kek?" Tanya Arman, semua menoleh kearahnya dengan tatapan tak mengerti.

"Setdah disini itu hutan begeee, mana ada sinyal," sahut Aldo.

"Ada, menurut kalian saya tadi menelpon Derril dengan batu?" Ucap Kakek itu, semua terdiam.

"Aneh deh, masa dihutan gini ada sinyal, ya walaupun gak terlalu jauh dari kampung warga tapi, tetep aja gak mungkin. Kecuali, dia punya alat canggih, ya gak?" bisik Hanna ke Arman.

"Aduh-aduh nambah sakit, huff huff," Aydan terus meniup punggung tangannya yang terluka, untung saja bukan peluru sungguhan.

"Sini aku obatin," ucap Rayya, Aydan pun duduk, Rayya membuka tasnya mengambil satu helai kerudung hitamnya untuk dijadikan perban, kejadian ini diluar perkiraan mereka.

"Eh itu pelurunya masuk?" Tanya Aldo, ia sudah ngeri melihat luka bolong kecil dipunggung tangan Aydan.

"Gak, gak ada pelurunya tapi... Bolong. Aneh!" jawabnya.

"Satu pertanyaan satu bencana, duh nanti gue dapat giliran kayak gini gak sih?" Tanya Aldo, Rayya dan Aydan kompak menggeleng kepala.

"Lo kalo mau, tinggal minta aja ke mereka, sekalian tembak di bagian hati," sahut Meisya.

"Jadi untuk sekarang kita harus terus bersama, gak boleh ada yang mencar, ternyata tidak semudah yang dibayangkan," ucap Derril, Rayya mendongakkan kepalanya sambil terus menalikan kerudung nya di luka Aydan.

"Untuk kali ini gue setuju sama Derril, kita gak boleh meninggikan ego dan merendahkan akal," ucapnya dengan semangat.

"Aduh, aduh, pelan pelan woy!" teriak Aydan.

Scandal Tomboyish Girl || a Game [Tamat]Where stories live. Discover now