Part 27

2.2K 285 14
                                    

Di penghujung anak tangga, ketika ia memutuskan untuk pergi dari tempatnya semula. Jimin, menghentikan langkahnya kala ia melihat beberapa pintu kamar yang memiliki warna berbeda-beda disana. Kedua mata sipit nya menatap pintu yang beberapa waktu lalu sempat ia buka.

"Mianhae Yoongi hyung.."

Jimin pergi. Melangkah menjauh dari tempatnya berdiri dan masuk kedalam salah satu ruangan yang selama ini menjadi saksi bisu atas keseharian yang ia jalani. Namja pemilik mata seperti bulan sabit itu masuk dengan perasaan yang sangat tak karuan. Antara sedih, cemas, gusar, takut, seolah bergumul menjadi satu dan mengisi seluruh rongga yang ada didalam kepalanya. Biarkan Jimin sendirian untuk saat ini. Ia butuh waktu. Ia butuh waktu untuk menerima kemungkinan-kemungkinan yang mungkin saja akan terjadi setelah ini.

***

Didalam salah satu ruangan yang begitu sunyi, sebuah isakan seakan menjadi pemecah keheningan yang telah terjadi sejak beberapa waktu yang lalu.

Yoongi, dengan sekuat tenaga yang ia miliki berusaha untuk berdiri dan berjalan kearah cermin tanpa memperdulikan rasa sakit yang sekarang tengah bersarang di punggung nya. Langkahnya tertatih, hati nya sesak, ditambah lagi dengan keadaan fisik yang semakin hari terasa semakin melemah.

"hiks hiks eomma..."

Tes!!

Cairan bening itu telah menetes untuk kesekian kalinya. "Ugi cakit... Ugi hiks pengen peyuk.. Tenapa eomma malahin Ugi tadi.. hiks Ugi cayang hiks eomma.." tangis Yoongi seraya menatap nanar pantulan tubuhnya didepan cermin.

Selang waktu yang cukup singkat, tatapan yang tadinya hanya terlihat nanar kini berubah menjadi tatapan tajam dan membunuh. Sebuah rasa sakit, kecewa, seolah tersirat jelas didalam mata sipit seorang namja yang berdiri tepat didepan cermin yang cukup besar itu.

Yoongi dewasa telah kembali. Membawa rentetan luka dan kecewa yang selalu mengikuti kemana langkahnya pergi. Kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu masih tercetak jelas didalam benaknya. Tak ada lagi isakan. Kini hanya ada liquid bening yang mengalir bebas diatas pipi putihnya.

"Kenapa jim.. Kenapa kau membohongi ku.. Kenapa kau berusaha melenyapkanku.. Apa salahku padamu jim.. Katakan apa salahku padamu.."

Yoongi mengusap air matanya kasar "Saeng.. Bahkan aku sudah menganggapmu seperti adik kandung ku sendiri.. Kenapa kau tega sekali pada hyung mu ini hm.."

Yoongi melengkungkan bibirnya keatas. Ia tak mau terlihat lemah didepan bayangannya sendiri. Ia  harus kuat. Apapun yang terjadi ia harus kuat.

"Sekalipun kalian tak menyukai keberadaan normal ku, setidaknya rasa sayang yang kumiliki benar-benar kusimpan hanya untuk kalian semua."

Suara isakan yang sedari tadi berusaha untuk ditahan akhirnya kini pecah. Pundak yang terlihat begitu kokoh itu kini mulai bergetar tak karuan. Yoongi hancur. Yoongi rapuh. Kenapa semua orang seolah tak berpihak kepadanya.

"Kenapa hiks kau selemah ini!! Kenapa Yoon!! Appa... Hiks eomma.. Yoongi rindu kalian semua.. Ke- hiks kenapa kalian tak membawa Yoongi pergi waktu hiks itu.. Semua orang jahat eomma.. Semua hiks orang tak pernah menginginkan keberadaan Yoongi hiks yang normal"

Tangan putih itu mulai meraih ujung baju yang ia kenakan. Dirematnya baju itu seolah menjadi pelampiasan atas apa yang tengah ia rasakan sekarang. Rasa putus asa yang semakin mendominasi otak nya membuat namja dingin itu menjadi hilang kontrol. Yoongi lebih memilih untuk menuruti emosinya dan mengobrak-abrik seluruh isi kamarnya.

"AKU BENCI KALIAN SEMUA!! AKU BENCI!!"

PRANG!!

BRUAK!!

SyndromeWhere stories live. Discover now