Part 5

6.1K 633 13
                                    

Didepan sebuah pintu berwarna putih, dua orang namja terlihat tengah berdiri dengan salah satu diantaranya yang masih berusaha untuk membuka pintu putih itu.

"Ayo macuk kuki. Ugi udah nantuk ini. HOOOAAAMMM.."

"Tunggu sebentar ugi.. Emmmm.."

Cklek!!

"Nah! Ayo masuk." ucap Jungkook saat berhasil membuka pintu dihadapannya. Yoongi memiringkan kepala kekanan. "Tunggu apa lagi?"

"Cudah?"

"Sudah. Ayo masuk."

Tanpa menunggu lagi, Yoongi berlari kedalam kamar dan menghempaskan tubuhnya pada kasur king size yang selama ini ia tempati. Rasannya seperti kedua matannya tak mampu terbuka lagi.

"Eh ugi ganti baju dulu ne.."

Yoongi menggeleng. "Ani. Ugi ndak mau ganti. Ugi udah nantuk."

"Ugiiiii...."

"Ani kuki! Ugi ndak mau!" memasang eksprsi seolah ia sedang merajuk, namja pemilik kulit pucat itu menenggelamkan tubuhnya dibawah selimut tebal yang ia pakai.

'Hyung kau manja sekali ternyata.'

Cklek!

"Apa dia sudah tidur?"

Jungkook menoleh pada sumber suara. "Eoh hyung? Belum. Yoongi hyung tak mau ganti baju. Susah sekali mengaturnya."

"Biar kubantu." ucap Seokjin seraya melangkahkan kakinya mendekat pada sebuah gundukan yang berada tepat diatas kasur.

"Ugi..." ucap Seokjin seraya mengelus kepala Yoongi dari balik selimut tebal itu.

"Ugi ganti baju dulu ne.. Setelah itu ugi bisa tidur dengan nyeyak.."

Tak ada respon.
"Ugi mendengar eomma sayang?"

"Hyung kurasa dia sudah tidur. Coba buka selimutnya." ucap Jungkook yang masih setia berdiri disamping ranjang.

Seokjin menyibak selimut dihadapannya. Dan benar saja, Yoongi  tengah meringkuk seraya mengemut ibu jari kanannya bak seorang bayi besar yang menggemaskan.

"Astaga anak ini..." ucap Seokjin gemas.

Jungkook, namja pemilik gigi kelinci itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Hyung kurasa kau perlu membelikannya dot. Lihatlah! Bisa habis ibu jarinya jika terus-terusan diemut seperti itu."

Seokjin manggut-manggut. "Benar katamu. Kurasa aku perlu membelikannya dot."

Namja pemilik bahu lebar itu menoleh. "Kau jaga dia ne.. Hyung kembali kekamar dulu. Awas! Jangan macam-macam. Seinci pun kau menyentuhnya... Kuseret kau keluar dari rumah ini. Paham?"

Jungkook memutar bola matanya malas. "Terserahlah. Sekarang hyung keluar saja. Aku ingin tidur."
Yatuhan.. Ingatkan Jungkook kalau Seokjin adalah yang paling tua disini.

Seokjin berdiri. Namja pemilik bahu lebar itu melenggang pergi meninggalkan kedua dongsaeng nya dan berharap tak akan terjadi apa-apa setelah ini.

Sedangkan disisi lain, merasa tak akan ada lagi bahaya Jungkook merangkak naik keatas ranjang. Ia memiringkan tubuhnya menghadap kearah Yoongi dan menyibak selimutnya. Sebuah senyuman terukir jelas dikedua sudut bibir Jungkook.

"Hyung.. Kau sangat menggemaskan.." ucapnya seraya mengelus-elus surai sang empu. Namun entah kenapa senyuman itu luntur dan digantikan oleh sebuah tatapan sendu.

"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu hyung.. Ceritalah pada kami.." namja pemilik gigi kelinci itu mencoba membenarkan selimut tebal yang membungkus tubuh Yoongi. Direngkuhnya tubuh mungil itu dari belakang dan menyusul Yoongi masuk kedalam alam mimpi.

***

Disebuah taman yang cukup luas dengan bunga yang bermekaran dimana-mana, seorang namja tengah duduk meringkuk dibawah pohon yang cukup besar.

Tap.. Tap.. Tap..

"Yoonie.."

Yoongi mendongak. Matanya membola sempurna kala ia melihat sosok yang sangat mirip dengannya. "Siapa kau?"

Sosok itu tersenyum "Aku? Aku adalah kau.."

"Yang benar saja. Cepat katakan siapa kau sebenarnya!" ucap Yoongi tak sabaran.

Sosok itu kembali tersenyum untuk kesekian kalinya. "Aku adalah sisi kedua mu. Aku adalah hasil dari semua masalah yang bergejolak diotakmu. Semakin kau merasa lelah semakin mudah bagiku untuk keluar dari sini."

Yoongi mengeryit bingung. Matanya beredar keseluruh penjuru taman. Dan benar saja, ia tak mampu menangkap satupun presensi disana.

"Kau sudah lihat kan? Disini hanya ada aku dan kau."

Yoongi berdiri dan melangkah pergi. Persetan dengan siapa sosok itu sebenarnya. Yang terpenting sekarang bagaimana caranya agar ia bisa pergi dari tempat ini.

"Kau tak akan bisa pergi selagi aku tak mengizinkanmu untuk pergi dari sini." reflek Yoongi berhenti.

"Sudah kubilang kita ini sama.." ucap sosok itu meyakinkan. Yoongi menoleh kearah sumber suara "Apa maumu?"

"Mauku?" tanya sosok itu seraya melangkahkan kakinya mendekat.

"Biarkan aku membantumu.."

"Membantu? Yang benar saja." ucap Yoongi dengan senyum sinisnya.

"Dengarkan aku. Kau dan aku adalah sosok yang sama. Hanya saja kita memiliki sifat yang berbeda. Dikehidupan nyata kau adalah Yoongi, sedangkan dikehidupan nyata aku sebagai Ugi. Kau dan aku, sosok yang sama namun dengan sifat yang berbeda. Percaya saja padaku, kau akan menemukan hal besar setelah ini."

"Hal besar?" ucap Yoongi heran.

Sosok itu mengangguk seraya mengangkat kedua sudut bibirnya keatas. "Nde. Hal besar yang selama ini tak pernah kau duga akan muncul setelah ini.."

Kedua mata sipit itu semakin memicing "Lalu apa yang kau mau sekarang?"

"Biarkan aku keluar semauku. Aku berjanji aku tak akan menyusahkanmu selama aku menjadi kau. Saat aku keluar kau cukup duduk disini dan lihat saja apa yang akan kulakukan begitupun sebaliknya. Bagaimana?"

Yoongi mengangguk "Baiklah kutrima tawaranmu."

Sosok dihadapan Yoongi kini memiringkan kepala kekanan "Jadiii.. Apa kau bisa menerimaku sekarang?"

"Akan kucoba.."






TBC..

SyndromeWhere stories live. Discover now