Part 38 Kenyataan Pahit

8.9K 724 500
                                    

Cek notif pengumuman dulu. Yang belum follow, mampir ke pesan wall terakhir di profil penulis.

Jika terjadi gangguan konten, refresh story.

SIAP-SIAP PECAH!!!

3914 word

------------------------------------------------------------------

TANIA berjalan ke Nuyorican Poet's Cafe, restoran yang dipilihnya untuk makan malam dengan Anna. Musikalisasi puisi atau pertunjukkan penyair menjadi bagian favorit Tania di tempat ini. Ia mengulurkan tangan ke panel lift dan menatap dinding cermin. Senyum lebar terkembang di bibir Tania ketika mengusap bingkisan sepasang cangkir sebagai hadiah pernikahan untuk sahabatnya.

Untunglah restoran ini tidak terlalu ramai sesuai harapannya dan menu rumahan sangat cocok untuk mereka. Tania memilih meja dengan pemandangan terbaik, menghadap Lower East Side. Tangannya meraih daftar menu dan memikirkan makanan apa yang akan dipesan untuk makan malam sementara menunggu Anna yang masih dalam perjalanan.

Tania mengirim pesan letak tempat duduknya dan menanyakan sudah sampai di mana kepada Anna. Mata Tania kembali melihat daftar menu, mengingatkan perutnya keroncongan karena terlalu tegang bertemu dengan Anna malam ini. Hari ini ia melewatkan makan siang dan sepulang kerja langsung mencari hadiah. Setidaknya satu Americano dan roti bundar layak menjadi teman menunggu.

Sebelum Tania memanggil pelayan untuk memesan, telinganya menangkap percakapan dari sekelompok wanita yang duduk di belakangnya. Mereka membicarakan pernikahan Anna dan James, dan memang itulah yang masih terjadi di tempat kerjanya. Sepertinya semua orang menjadikan topik itu sebagai bahan obrolan.

Tania termenung sejenak, memikirkan perubahan besar takdir temannya yang tak terduga. Siapa sangka Anna menikah dengan James Zelinski. Siapa yang tak mengenal pria itu di New York? Alih-alih menyatakan pendapat biasa dengan menyebutkan James ahli waris keluarga konglomerat, Tania lebih suka menyebutnya Pria Hot.

Pandangan Tania menatap ke arah lift yang terbuka, matanya terbelalak melihat Emmy, teman sekelas saat kuliah. Tania mengernyit menilai pakaian yang dikenakan wanita itu, seragam pelayan restoran ini lengkap membawa nampan makanan.

Hah! Wanita sombong dan penindas itu turun kasta menjadi upik abu rupanya. Menyenangkan sekali mendapati perubahan takdir orang-orang belakangan ini. Meskipun siap dengan kata-kata penuh ejekan yang sudah berada di ujung lidah, Tania tidak mau merusak pertemuan makan malam ini.

Cepat-cepat Tania menutupi wajahnya dengan buku menu saat Emmy melewatinya. Restoran ini langsung mendapat nilai nol besar begitu tahu mempekerjakan wanita berotak kosong. Tania mendengkus, jemarinya mengetik pesan di layar ponsel untuk memberitahu Anna restoran pilihannya berganti. Namun, gerakan Tania berhenti ketika mendengar percakapan di belakangnya.

"Ini semua gara-gara si Itik Buruk Rupa itu!" Emmy mengentak nampan dan mengomel. "Aku benci bekerja dengan pamanku. Menjadi pelayan benar-benar buruk."

Tania menegakkan tubuh, lantas kebingungan. Si Itik Buruk Rupa? Tania ingin berbalik melihat dengan siapa Emmy mengobrol, tetapi tubuhnya mendadak kaku seolah terperangkap dalam markas mafia. Khawatir jika ia tertangkap menguping, maka percakapan rahasia akan sirna.

"Bisnis keluargaku hancur dan mereka menyalahkanku," ujar suara wanita menanggapi. "Pria yang kita temui di klub malam waktu itu tidak main-main saat kita tidak melakukan perintahnya."

Tania mendengar derit kursi ditarik, seorang lagi baru bergabung ke meja itu.

"Nama bajingan sialan itu Alex. Aku tidak akan sudi bersujud meminta maaf pada Anna."

Lavender Blooms (Fated to Love You)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora