Part 16 Ultimatum

11.9K 970 162
                                    

PART 17-20 PRIVAT PUBLISH. 

Silakan follow untuk membaca. Masih bingung caranya? Silakan baca bagian tutorial baca privat part.

Mulmed Skyscraper- Demi Lovato

------------------------------------------------------

"BANGUN!! Pemalas!"

Panggilan itu membuat Anna mengerang pelan dan menarik selimut menutupi kepala.

"Kita harus siap-siap bekerja. Jika tidak, percayalah si tua Thomas akan seperti Mr. Burgemeister dalam film Frankenweenie."

Anna mendengarkan ocehan Tania. Ia membuka matanya yang terasa berat, lalu mengerutkan kening. Matanya perih dan sembap akibat terlalu banyak menangis semalam. Anna mengangkat tangan menutupi matanya yang silau akibat cahaya matahari yang menembus jendela kamar.

"Kau masih mengingat film itu? Itu kan sudah lama sekali," sahut Anna dan berjalan ke arah dapur menyusul Tania.

Tania sedang memanggang roti ketika Anna keluar dari kamar tidurnya.

"Tidak juga, tapi aku menontonnya lagi saat adikku kemari. Kau kan tahu dia penggila Tim Burton," komentar Tania yang sedang sibuk dengan penggorengan.

"Ingin kubantu?" tanya Anna menawarkan diri dengan suara sengau.

Tania mengangkat wajah untuk menatap Anna yang berdiri di dekat meja makan. "Tidak, aku bisa mengatasi ini," kata Tania tegas dan mengamati Anna dari atas sampai bawah. "Lebih baik kau membersihkan diri. Kau berantakan sekali dan benar-benar jelek," komentar Tania pedas, tetapi bibirnya menahan senyum.

Penampilannya pagi ini memang mirip pengidap insomnia dengan rambut acak-acakan, mata panda, wajah pucat, dan mengantuk. Mungkin sebentar lagi seperti pasien rumah sakit jiwa.

Anna mendengkus, lalu melangkah ke kamar mandi di samping dapur.

***

Setelah keluar dari kamar mandi, Anna menuju kulkas dan mengambil beberapa bongkahan es, menaruhnya di handuk sebelum mengompres matanya.

Anna menghampiri meja makan, menarik kursi, dan duduk. "Banyak sekali menu sarapannya. Baiklah, mari kita lihat. Ini roti panggang, telur goreng, dan ....?" tanya Anna sambil mengangkat salah satu hidangan yang sudah tidak berbentuk.

"Itu ham panggang," sembur Tania jengkel.

Anna melirik Tania. "Oh, ya, tentu. Ini sempurna. Semuanya gosong sempurna," komentar Anna sambil terkekeh. "Kau punya sereal saja?"

Tania mendengkus dan menyerukan serentet kata-kata tidak jelas. "Lebih baik kita sarapan sandwich saja. Aku kemarin membelinya dan baru memanaskannya."

Anna tertawa dan mengambil satu potong. "Lain kali aku yang akan memasak."

"Dan aku tidak punya cara menghina masakanmu," sahut Tania jengkel, menggigit sandwich-nya dalam potongan besar.

Anna tersenyum lebar. "Perlu membuat bekal?"

Tania menyesap kopinya dan mendesah muram. "Sungguh ironis orang-orang seperti kita yang tetap harus bekerja di Sabtu yang cerah ini. Kita makan di luar saja saat makan siang."

Anna mengangguk dan menjilat jarinya yang terkena saus, lalu mengambil potongan roti lagi.

Tania menopangkan kedua tangan di atas meja dan menatap Anna dengan serius. Anna mengangkat alis melihat Tania menatapnya intens.

Lavender Blooms (Fated to Love You)Where stories live. Discover now