PART 46 - Egois?

3.4K 217 6
                                    

Rendra menatap sahabatnya yang sedari tadi melamun. Helaan napas terdengar dari Rendra. "Ren, sebentar lagi ada jadwal penerbangan. Jangan bawa masalah lu ke sini. Ingat, ratusan orang itu keselamatannya ada di tangan kamu. Gue ngerti mungkin saat ini lu ada masalah yang nggak mau lu ceritain ke gua. Tapi tolong jangan bawa ke dunia penerbangan. Lo harus tahu, sekali lagi, nyawa ratusan orang ada di tangan lo."

Aufa menatap Rendra. Nafasnya terdengar tidak teratur menahan emosi. "Gue lagi nggak mau diceramahin kayak gini."

Bugh!

Satu pukulan mendarat mengenai pipi Rendra. Rendra bahkan terlonjak untuk pertama kalinya ia menerima pukulan dari sahabatnya. "Fa, istighfar!"

"Astaghfirullah." Aufa mengusap pipi Rendra. Beruntung suasana dalam keadaan sepi. "Ren, gua minta maaf. Gue nggak sadar sudah mukul lo, sorry."

"Jangan pegang-pegang pipi gue, geli!" sentak Rendra. "Lu bilang sana gih untuk izin dulu. Gue ragu sama lo."

"Nggak, gue masih sanggup, kok."

Aufa sadar, masalah dalam rumah tangganya tidak harus dibawa ke dunia penerbangan. Ia tahu itu karena bagaimanapun ini sudah menjadi peraturan yang mesti ia harus patuhi.

Aufa sedari tadi berusaha untuk fokus dengan persiapan penerbangan. Namun entah kenapa, pikirannya semakin dipenuhi dengan kehadiran Alsya dan perkataan Alsya yang memintanya cerai.

Beberapa cara sudah ia lakukan untuk menghilangkan masalah dalam rumah tangganya. namun hal itu justru semakin mengingatnya.

Aufa tidak menyangka ia telah menjatuhkan talak kepada Alsya tanpa berpikir terlebih dahulu. Bagaimana bisa ia menceraikan Alsya jika hatinya sudah sepenuhnya jatuh cinta kepada Alsya karena Allah. Berat, sangat berat baginya untuk melupakan wanita yang bukan lagi menjadi istrinya.

Ya Allah maafkan hamba. Aufa mengusap matanya.

"Fa, lo mending salat sunnah perjalanan aja dulu. Wudu dan istighfar, insyaAllah pikiran rumah tangga lu nggak mengganggu fokus lu saat ini. Gue emang nggak tahu masalah lo, tapi tolong pentingkan penumpang untuk saat ini."

Aufa memberikan senyum manisnya, membuat Rendra bergidik ngeri melihatnya.

"Jangan homo, deh!"

Aufa menghiraukan ejekan Rendra. Ia memeluk sahabatnya itu dan menepuk-nepuk punggungnya dengan keras. "Lo emang sahabat yang nggak bisa gua lupakan."

Rendra membalas pelukan lebay dari Aufa. "Sudah, jangan sedih kayak cewek gini."

"Gue harap, nanti kita jadi besan." Aufa melepas pelukannya dan mengedipkan salah satu matanya.

"Gua sudah menjatuhkan talak ke Alsya, Ren."

Plak!

Tamparan dari Rendra seketika membuat Aufa tersungkur.

"Gila ya lu?"

*****

Plak!

Tamparan keras dengan guratan kecewa terdengar begitu nyaring ketika tangan mulus Alya melayang mengenai pipi Aufa. Sedangkan Aufa menatap Andi dan Alya secara bergantian. Ia hanya mampu diam ketika Andi menyemprotkan berbagai perkataan dan bentakan.

"Papa nggak pernah ngajarin kamu lakuin zina kayak gini. Siapa yang lajarin kamu begini, hah?"

Aufa lagi-lagi hanya diam.

"JAWAB, FA!"

"Aufa minta maaf, Pa," ucap Aufa penuh penyesalan.

"Gimana sama Alsya?"

Teruntuk Hamba Allah [END] Where stories live. Discover now