PART 34 - Wisuda

3.5K 238 3
                                    

Mohon maap nih ges. Banyak banget part yang aku rombak. Jadinya kalau kalian ngerasa aneh ya maap, banget bangettttttttt yang kuubah.

****

Aku turun dari mobil bersama dengan Vira. Kebetulan Vira dengan suka rela mengantarku menuju kampus. Hari ini aku wisuda, momen yang aku tunggu-tunggu dan yang tidak akan aku lupakan.

Aku tersenyum dengan memakai baju wisuda berwarna mocca. Mataku memanas melihat kampus yang penuh kenangan ini. Sebentar lagi aku akan meninggalkan kampus ini dan menjadi sarjana S1.

Tapi senyumku pudar saat melihat Vira dengan Mas Arfan berjalan beriringan serta bergandengan. Parahnya lagi aku ditinggal. Aku menggerutu kesal, Vira kebiasaan ketika sudah bersama Mas Arfan, pasti aku dilupakan. Untung saja dia sepupuku.

"VIR, TUNGGUIN!" teriakku lantang hingga mengalihkan mahasiswa/i yang berlalu lalang lantas menoleh menatapku.

Vira membalikkan tubuhnya dan menatapku dengan cengiran khasnya, begitupun dengan suaminya. Aku menyilangkan tanganku di depan dada dengan mengerucutkan bibir. Vira berlari ke arahku dan menarikku mendekati gerbang tempat dimana suaminya menunggu.

"Aduh Alsya kalau manyun makin cantik banget," godanya sembari senyum-senyum kepadaku.
Gombalannya tidak mempan untukku.

Aku, Vira, Mas Arfan, dan kedua orang tuaku turut hadir dalam wisuda ini. Acara pertama adalah pembukaan, kemudian sambutan dari kepala dosen. Hingga banyak penampilan lain yang pastinya tidak kalah seru dengan apa yang aku bayangkan. Apa lagi drama religi yang dibawakan dari organisasi luar kampus. Menyentuh.

Aku sedari tadi terus menoleh ke pintu penyambutan untuk tamu atau keluarga yang hadir.

Mas Aufa hari ini ada jadwal penerbangan dan pasti membuatnya telat menontonku. Aku hanya menghela napas kecewa, aku harap ia hadir di acara wisudaku walaupun itu hanya sebentar.

"Sya, sabar, husnudzon aja," ucap Vira seolah tahu maksudku, ia mengusap pundakku. Aku menjawabnya dengan senyuman. Ya, yang harus aku lakukan sekarang adalah berprasangka baik kepadanya.

Acaranya hampir selesai dan saat ini adalah pengumuman nilai terbaik. Aku hanya pasrah dengan nilaiku. Setidaknya selama ini aku sudah berjuang.

"Sepertinya yang sekarang ditunggu-tunggu adalah tiga besar nilai terbaik. So, kita sebut saja siapa dia." Mc itu membuka amplop putih dan wajahnya seakan dibuat terkejut. "Waw, semoga ada di antara kalian tiga besar itu," ucapnya dengan tertawa, basa-basi tepatnya.

"Sya, suami kamu belum datang?" Aku menjawab dengan gelengan. Nyatanya hingga sekarang aku belum melihatnya.

"Jadi, nilai tertinggi urutan ketiga adalah Vira Ananda Pratiwi!" Tepukan tangan terdengar begitu menggelegar.

"Selamat ya, Vir," ucapku.

"Terima kasih," balasnya sembari memelukku dan mencium pipiku.

"Juara kedua adalah Alsya."

Aku tersenyum tidak percaya saat juara kedua dipanggil, yaitu namaku. Aku cukup tergolong pintar di kampus meskipun ada yang lebih pintar dariku. Tanpa basa-basi aku maju ke panggung.

"Juara pertama Sadewa."

Saat juara pertama dibacakan, teriakan semakin terdengar menggelegar. Apalagi fans Sadewavers pasti sekarang jingkrak-jingkrang di sudut kampus. Fans yang terlalu berlebihan, padahal yang memberi syafaat di akhirat Nabi Muhammad, bukan Sadewoa. Huh, terkadang mendengar mereka yang seperti itu membuatku risih.

"Selamat."

Aku membalas saliman dari wanita, namun jika laki-laki aku hanya menyatukan tanganku di depan dada. "Terima kasih."

Teruntuk Hamba Allah [END] Where stories live. Discover now