PART 41 - Double Date

3K 198 21
                                    

"Iya, Bun, Alsya besok sore mungkin pulangnya."

"Hati-hati ya sayang. Jaga dirimu baik-baik."

Aku tersenyum melihat perhatian Bunda yang begitu besar kepadaku. "InsyaAllah, Bun."

Liburanku dengan Mas Aufa sebentar lagi akan berakhir dan satu hari lagi aku akan balik ke Jakarta. Mas Aufa juga nanti akan kembali bekerja setelah cuti. Padahal aku masih ingin di sini untuk menikmati liburanku yang seakan terasa singkat.

"Mas, ini kopinya." Aku meletakkan kopi untuknya di meja.

Aku mengayunkan kakiku ke kolam berenang sembari memandang Mas Aufa membaca Koran dan menyeruput kopinya. Pandangan matanya tidak lepas dari koran yang ia baca. Membuatku seketika jengah karena mengacuhkanku.

Aku berdiri dan melihat ke bawah dengan pemandangan terkejut. Pemandangan alam semakin terlihat di sini. Ternyata pilihan Mas Aufa dalam memilih hotel itu sangat bagus, seleranya memang bagus.

Sungguh, begitu indah ciptaan Allah. Aku hampir meneteskan air mataku memandang indahnya alam. Kenapa aku baru sadar sekarang pemandangan dari hotel ini sangat indah?

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Mas Aufa sembari melingkarkan tangannya di pinggangku.

Aku dapat mencium wangi rambutnya yang masih basah. "Nggak papa," jawabku.

Ia melepaskan lingkar tangannya dari pingganggku saat melihatku meneteskan air mata. Ia bahkan mengusapnya dengan ibu jarinya.
"Kamu nangis?" tanyanya.

Aku dapat melihat begitu indahnya pegunungan, seperti gambaran yang pernah aku gambar saat SD, SMP, hingga SMA. Sangat persis. "Tempatnya indah," gumamku sangat pelan.

Aku yakin Mas Aufa mendengarnya. Karena ia kini berada di sampingku dengan memandang pemandangannya juga.

"Kenapa dala surah Ar-rahman, Allah mengulang setiap kata 'nikmat mana lagi yang engkau dustakan?', ya?" tanyaku dengan penasaran.

"Tentu, karena Allah ingin menunjukkan betapa kebesaran serta keagunganNya," jawabnya mantap. "Kamu suka pemandangan di sini?" tanya Mas Aufa.

Ia menyenderkan kepalanya di bahuku, membuatnya sedikit membungkuk karena tinggi badanku yang tidak setara.

"Sangat suka, terima kasih untuk semuanya," ucapku.

"Aku akan membahagiakan kamu, tetap bersama saya walaupun masalah datang sebesar apapun itu."
Anggukan mantap datang dariku.

*****

"Vira sama Mas Arfan di sini?" tanyaku dengan terkejut saat Mas Aufa begitu menutup ponselnya. Ia mengangguk sebagai jawaban.

"Dia juga ngajak kita jalan," ucapnya dengan mengedikkan bahu.

Ini seolah double date. Aku tersenyum antusias. "Ayo, Mas!"

"Kemana?" tanyanya dengan bingung.

"Sebentar, kayaknya kemarin Alsya dapat kiriman dari Vira." Aku membuka ponselku dan tersenyum sumringah.

Vira mengirim gambar pasar malam yang ada di kota Lombok. Sepertinya ini menjadi liburan terakhir di Lombok yang sangat menyenangkan. Ya, aku harap seperti itu.

"Ini." Aku memberikan ponselku kepada Mas Aufa.

Mas Aufa hanya mengangguk, menyetujui ucapanku.

"YES!" pekikku dengan senang.

"Dia beneran di Lombok, nggak?" tanya Mas Aufa. "Takutnya dia ngibul kita, nanti kalau sudah sampai sana ternyata mereka nggak ada gimana?"

"Mas nggak boleh suudzon gitu, husnudzon aja," ujarku menasihatinya.

Teruntuk Hamba Allah [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang