Part 42: Kecupan Singkat Di Perpustakaan

Start from the beginning
                                    

***

Dari rumah Arkana, Kirana dibawa pergi ke rumah yang letaknya tidak jauh dari rumah Arkana. Rumah yang malam itu pernah Kirana kunjungi dengan kedua orang tuanya. Sebelum masuk penuh ke dalam rumah itu, Kirana terlebih dulu bertemu dengan beberapa orang. Mereka penjaga di rumah itu.

Arkana menyapa basa basi. "Awas Bang rumahnya Pak Adhitama bergeser," kata Arkana dengan guyonnya. Penjaga rumah Pak Adhitama tertawa. Arkana dan Kirana masuk ke dalam rumah itu.

Ada beberapa ART yang sedang wara wiri di rumah itu. Mereka sibuk masing-masing. Mereka kompak menyapa Arkana. Kirana semakin dibawa masuk ke dalam rumah itu. Arkana membawa Kirana menuju lantai dua.

Ada pintu yang cukup besar. Kirana ternganga melihat pintu itu. Arkana menekan sebuah tombol, lalu pintu besar itu terbuka. Kirana kembali ternganga melihat isi di balik pintu besar itu.

"Ini museum pribadi kakek gue Ra."

"Nggak apa-apa Ar kita masuk ke sini? Nanti dimarahin Kakek kamu lagi."

"Nggak apa-apa lah. Santai ajah. Lagian ya gue udah sering masuk ke sini. Dulu malah ruangan ini jadi tempat gue buat main petak umpet."

"Keren banget ya, di dalam rumah Kakek kamu ada museumnya."

"Kata Kakek gue, dia ingin menyimpan kenangannya tidak hanya di dalam ruang ingatan. Tetapi dia ingin menyediakan satu ruangan khusus untuk dia menyimpan segala kenangannya. Nah ruangan ini tempatnya."

"Ar, itu Kakek aku." Kirana berseru senang melihat salah satu foto di pigura yang terpajang di dalam ruangan itu. Kirana menghampiri pigura foto itu. Kirana merabanya lembut.

"Nggak nyangka ya, Kakek kita sahabatan," ucap Kirana.

"Iya. Dan lebih nggak nyangka lagi, cucunya malah pacaran." Arkana membalas. Kirana tertawa kecil merespon ucapan Arkana tadi.

Dari pigura foto itu, Kirana melihat apa yang ada di ruangan itu. Museum pribadi Pak Adhitama sebagian besar diisi oleh foto-foto kenangan masa mudanya.

"Waw, ini foto-foto orang yang kerja sama Kakek kamu Ar?" tanya Kirana takjub.

"Iya. Lebih tepatnya orang-orang kepercayaan Kakek gue, Ra." Arkana membalas. "Nah orang ini, dia yang paling deket sama gue Ra. Dia orang kepercayaannya Kakek. Dulu, gue pas masih kecil kalau main ke mana-mana suka diikutin diem-diem sama dia. Kakek tuh dulu takut banget kalau gue diculik."

"Mukanya kayak nggak asing ya? Ini orang yang pernah nolongin kita bukan sih, Ar?"

"Iya itu orangnya. Lo tahu Ra, saat gue tahu lo dibawa pergi sama Farel, gue inisiatif minta bantuan dia. Gue bilang ke dia, kalau gue nggak hubungin selama sepuluh menit, berarti gue dalam bahaya."

Kirana menatap penuh Arkana. Memperhatikan wajah Arkana dari samping. Arkana menoleh. Dia melambaikan tangan. Menyadarkan Kirana yang terbengong. Arkana menyubit gemas pipi Kirana. Karena hal ini barulah Kirana tersadar. "Kenapa? Kagum ya sama ketampanan gue?" Arkana menyombongkan diri. Kirana mendorong pelan dada Arkana. "Kepedean!" ejek Kirana. Dia berjalan, melihat ke bagian lainnya.

Kirana berjalan, langkahnya menyusuri deretan foto yang terpajang apik di tempatnya masing-masing. Kirana tidak henti tertawa. Begitu banyak foto masa kecil Arkana di museum pribadi Pak Adhitama.

"Ya ampun Ar, kamu ternyata gemesin banget pas kecilnya ya?"

"Emang udah gedenya nggak gemesin?"

"Pas gedenya ngeselin!"

"Tapi ngangenin, kan?"

"Nggak!"

Kirana kembali berjalan. Dia masih melihat berbagai foto masa kecil Arkana. Dari foto-foto yang dia lihat, Arkana mempunyai masa kecil yang begitu indah. Kirana melihat foto ayah dan ibunya Arkana di dalam museum itu.

After With You (Complete)Where stories live. Discover now