Varian(si) Jembatan 11

48 27 20
                                    

Ganteng mendesah, lalu menguap lebar.

Ia sangat lelah,

tapi takdir belum mengizinkannya untuk bertemu kasur.

Karena sekarang ia dihadapkan lagi dengan mayat.

Ganteng ingin memaki, tapi bibirnya tak mau menuruti. Kata bibirnya, memaki itu tidak baik, hanya akan menambah dosa saja.

Akhirnya ia hanya bisa mendesah, yang meski ia tahu juga tak baik, tapi ia benar-benar lelah sekarang. Jadi biar saja.

Ganteng tidak mengerti. Mengapa kematian seolah setia mengekor di belakangnya? Padahal bisa dibilang ibadahnya cukup rajin, tapi ia sering ketiban sial yang sama.

Mungkinkah ini gara-gara Cantik suka omong ingin membunuh?

Lalu, mayat-mayat yang ia temukan adalah korban Cantik?

Varian(si) XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang