Varian(si) Jembatan 8

59 38 31
                                    

Napasnya teratur selayaknya tidur.

Matanya sayu, nyaris menyatu.

Gelak tawa riang tak membuat fokusnya tetap utuh.

Tatapannya kosong, mengabaikan bahagia seakan tak lagi butuh.

"Elang!"

Ia menoleh. Para lansia yang tadinya sibuk berbagi tawa kini menatapnya.

"Kamu tidak bahagia?"

"Bahagia," bantahnya.

"Mulutmu pandai berbohong."

"Elang, kamu masih muda dan sebatang kara, tapi bisa menghidupi kami. Apa pekerjaanmu?"

Akhirnya pertanyaan itu ia dengar.

"Kalau pekerjaanmu sesuatu yang salah, mungkin itulah penyebab dirimu tidak bahagia."

Bukan. Ia hanya perlu ruang untuk berteduh.

Tempat untuknya menghindari hujan pilu.

Dan sejenak membiarkan punggungnya bebas dari beban rindu.

Ia ingin lepas dari kenangan masa lalu.

Varian(si) XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang