Varian(si) Jembatan 4

95 51 71
                                    


Dia ingin meringkuk, ingin bangun, tapi tubuhnya masih terasa kaku. Seberapa pun ia berusaha tetap saja tidak bisa.
Napasnya memburu dan keringat mulai bercucuran.

"Tolong!" pintanya lirih. Gerakan bibirnya nyaris tak terbaca.

Tak lama, ia tertawa, nampak menyayat hati.
Tawa frustrasi yang mencemooh diri sendiri.
Dia terperangkap dalam kenangan yang menyamar jadi mimpi.
Mencoba membunuhnya perlahan setiap kali ia tertidur tanpa bisa melawan.

Ia ingin membuka mata. Namun mimpi belum mengizinkan sampai pelajaran dari ayahnya selesai.

Lalu terdengar tawa ayahnya, menggelegar memenuhi indra pendengarannya.

"Elang, beginilah caranya membunuh yang baik dan benar. Setelah ibumu, siapa lagi ya?"

Pelajaran yang mengerikan.

Varian(si) XWhere stories live. Discover now