[6] Next Recognition

Start from the beginning
                                        

"Penjual kelapa itu ternyata memakai aksen khas di sini. Agak lucu namun membuatku mengikutinya"

Suara Sinhe terdengar sangat jauh dan tidak nyata.

Seungwoo kembali menyuap kan nasi dan lauk ke mulutnya. Makanan buatan Sinhe selalu bersahabat dengan mulutnya.

"Kau mau makan sesuatu? Ayam? Daging? Aku akan belanja besok pagi"
Suara ponsel yang diletakkan Seungwoo di samping piringnya bergetar. Seungwoo melirik, lalu segera membuka Chat yang baru saja masuk.

Pesan dari Eunji , mengatakan dia akan datang ke Seuweden Hills malam ini. Tubuh Seungwoo rasa nya seperti disiram air es, sekujur badannya terasa tegang dan dingin.

Seungwoo bersiap mengetikan jawaban. Dia berharap Eunji datang, dia merindukannya. Dia ingin berada di dekat Eunji.

Tapi jika Sinhe tahu, Seungwoo akan membuat Sinhe menderita. Seungwoo tidak pernah melihat Sinhe menangis. Dia tidak pernah mendapati Sinhe melorot atau marah padanya.

Hanya saja ada beberapa malam, saar Sinhe menganggap Seungwoo sudah tidur, seungwoo bisa mendengar Sinhe tersedu pelan karena pada saat seperti itu Seungwoo harus menahan diri sekuat kuatnya untuk tidak merengkuh Sinhe, mencium puncak kepalanya seperti saat mereka pertama kali bertemu, menemaninya sampai dia tertidur.

Persetanan. Seungwoo mengeraskan hati. Dia harus memilih, dan sejak awal, seungwoo sudah menetapkan Pilihan.

.....

Sinhe bersumpah dia bisa melihat wajah Seungwoo berubah setelah lelaki itu membuka ponselnya. Sinhe tau isi nya bukan berita baik. Rahang Seungwoo sepertinya mengeras saat lelaki itu membaca Chat di ponsel dan wajahnya tampak kesal.

Sinhe sedang menimbang nimbang apakah harus menanyakannya.

Sudah dua minggu berlalu sejak mereka melakukan gencatan Senjata. Tadinya Sinhe sangat berharap hubungkan mereka akan membaik. Seungwoo memang terlihat lebih tenang, tidak terlihat kesal setiap saar seperti biasa.

Namun, tidak berarti keadaan sudah menjadi lebih baik. Sinhe menyadari sikap Seungwoo berubah drastis. Lelaki itu terlihat menghindar dan lebih dingin. Kadang Sinhe merasa hanya badan Seungwoo yang berada di sini, Pikirannya melayang entah kemana.

Seperti sekarang ini Sinhe bisa mengenali perubahan raut muka Seungwoo. Setelah menimbang nimbang kembali, Sinhe akhirnya memutuskan untuk bertanya. Tidak ada salah nya bukan? Siapa tahu ini akan menjadi bahasan yang bisa membuat Seungwoo bercerita tentang dirinya?

" Apa ada sesuatu yang tidak beres?" Tanya Sinhe sambil meneguk air putih. Dia meletakkan sendok di atas piring yang sudah kosong.

Seungwoo tidak menoleh. Dia masih mengunyah, lalu menggeleng.

Sinhe menghela nafas. "Kau yakin?"

"nan gwaenchanh-a"

"Mukamu berubah setelah kau membuka ponsel mu. Apa ada berita buruk?"

Seungwoo langsung berdiri. Suara kursi yang bergeser mundur karena gerakan Seungwoo yang tiba tiba membaur Sinhe memengangi dada nya karena kaget.

"Itu karena masakanmu" seungwoo melemparkan sendok yang sedang digenggamnya ke atas piring, Hatinya seperti tersengat, jangung nya berdebar menyakitkan. Sinhe menatap Seungwoo dengan metanya yang mulai panas.

"Jangan pernah berfikir kau mengerti apa yang sedang kupirkan," seungwoo melanjutkan dengan suara dingin, bibirnya terkatup menahan kesal. Otot rahangnya mengeras.

Seungwoo memutar badan, menyambar tas kerja, dan meninggalkan meja makan.
Sinhe menelan ludah, lelau menghembuskan napas dan bangkit dari duduknya, memperhatikan keadaan meja makan di hadapannya.

Dia hanya memandang kosong kekacauan di hadapannya. Lalu menyingsing kan lengan kaus dan mengikat rambut nya.

"Sayang, sarapannya enak sekali" gumam Sinhe pada diri sendiri, sembari memunguti nasi dan sayuran di meja makan. Matanya kembali memanas, dada nya mulai sesak.

"Aku suka. Terima kasih banyak ya" tanpa bisa dicegah aliran air mata hangat dan asin menuruni pipinya.

Sinhe mempercepat gerakan. Dia bekerja sambil menangis diam diam dan menggigit bibir, hanya agar tidak terisak.

...

Makan malam dilalui tanpa sepatah kata pun.

Sekarang Sinhe sudah tidak terlalu terpukul lagi. Dia hanya mengangkat bahu melihat Seungwoo pergi.

Sinhe berjalan sambil membawa buku novel yg belum habis dia baca menuju sofa. Dia mulai duduk dan membaca novel nya.

Keuntungan tinggal di rumah yang selalu sepi adalah tidak ada yang luput dari pendengaran para penghuninya.

Semua bermula pada pukul 19.45. Sinhe bisa mendengar suara mobil berhenti di depan Seuweden Hills. Dia langsung meletakan buku yang sedang dia baca di pangkuannya, dan langsung waspada. Mereka jarang kedatangan tamu, tapi Sinhe yakin tamu akan datang dengan pemberitahuan. Apalagi malam malam begini.

Ia menyibak gorden dengan telunjuk nya hingga menciptalan celah kecil, hanya cukup untuk mengintip.

Sebuah mobil terlihat berhenti di bawah pohon. Dengan hanya diterangi cahaya bulan yang berwarna keperakan, Singe bisa melihat itu mobil berukuran besar dan berwarna putih.

Kemudian Sinhe mendengar suara pintu di ruang lantai dasar terbuka, dan tak lama kemudian suara pingu terbuka lalu ditutup. Itu berarti Seungwoo keluar dari ruang kerja dan menemui orang yang ada di mobil halaman mereka.

Dengan perasaan tak enak, Sinhe kembali ke sofa. Meski perasaan dengan apa yang terjadi di luar, dia tahu mengintip tidak membantunya.

Lagi pula ini bukan urusanku , Sinhe meyakinkan diri. Tidak ada yang aneh jika Seungwoo menerima tamu malam malam di luar, bukannya di bawa masuk ke dalam rumah, di perkenalkan pada nya.

Sinhe menutup buku, lalu menatap ke arah jendela dengan bimbang. Dia menggeleng, berharap dengan begitu dia bisa menepiskan kecurigaan nya.

...

Sinhe meletakan novel di samping sofa. Dia melihat ke arah jam dinding. Sudah pukul 21.20 tapi belum ada tanda tanda mobil itu pergi , atau Seungwoo masuk ke rumah.

Sinhe dengan kangkah pelan dan hati hati dia berjalan menuju teras.

Dadanya berdebar, menyiapkan diri untuk siapapun yang akan dia temui nanti. Sinhe meyakinkan diri sendiri, berulang ulang, bahwa yang dia lakukan ini benar. Dia tidak mencurigai Seungwoo atau tamunya. Sama sekali. Dia hanya ingin menyapa tamunya. Sekaligus mungkin mencari tahu siapa yang jauh jauh datang ke sini hanya untuk mengobrol di mobil yang diparkir di bawah pohon.

Semoga yang datang ini bukan kekasih Seungwoo

Simple With You | ENDWhere stories live. Discover now