SABRINA - BAB XX

51 9 4
                                    

Liburan telah tiba, tetapi aku dan Juno hanya di rumah saja menikmati liburan dengan memenuhi tidur siang yang tidak pernah kami rasakan semasa sekolah. Memang bosan, tetapi pergi pun tidak punya tujuan yang pasti.

Semenjak bergelut di dunia modeling, Raka menjadi selalu sibuk setiap saat. Bahkan menghubungiku hanya sesempatnya saja ketika sedang ada panggilan pekerjaan. Rasa khawatir pasti ada dalam hati dan pikiran, bahkan pikiran negatif juga menyertai. Tetapi, aku harus tetap mendukung Raka dalam hal apa pun selagi itu positif.

Hari ini, Raka berjanji nanti malam akan bertemu denganku dan pergi bersama. Rasanya sudah tidak sabar menunggu kedatangannya. Sangkin gembiranya dan rasa ingin tampil cantik di hadapannya. Aku sampai maskeran, creambath, menicure, pedicure sendiri di rumah sambil membunuh waktu menunggu Raka datang.

Jam menunjukkan pukul 19:00 WIB, tetapi tidak ada kabar dari Raka sedikit pun. Aku sudah berpakaian rapih untuk menyambutnya. Sekitar 5 menit kemudian, handphone-ku berbunyi yang menandakan ada pesan whatsapp masuk. Aku membuka notifikasi tersebut, ternyata dari Raka. Aku langsung segera membukanya dengan penuh semangat. Ternyata isi pesannya membuat aku sangat kecewa.

Isi pesan:

Raka
Bii, Maaf, sepertinya kita nggak jadi ketemu. Aku ada job mendadak. Kita atur ulang ya, ketemuannya. Maaf, Bii :((
Sabrina
Oh, gitu. Padahal aku udah rapih dari tadi :) sejak kapan ada event foto malem, Ka? Tapi yaudah lah, semangat kerjanya. Semoga selalu happy :)
Raka
Ada, Bii, maaf ya, jangan marah, Bii :(

Aku hanya membaca pesan terakhir dari Raka. Ternyata aku bisa juga merasa kecewa terhadapnya. Juno menepukku pundakku yang sedang duduk di teras rumah sejak 1 jam yang lalu.

"Kenapa muka lo kusut, begitu?" Tanya Juno yang beranjak duduk di sampingku.

"Raka ngebatalin lagi ketemu sama gue, No," Jawabku sambil memainkan bajuku.

"Lagi? Lah, alasan dia apa, emang?" Tanya Juno heran.

"Katanya ada job mendadak malam ini, No," jengkelku.

"Ya udah, mungkin benar kali. Daripada lo udah cakep gini nggak jadi pergi, mending jalan-jalan yuk, naik motor. Keliling-keliling aja gitu, gue tahu, lo bosan banget di rumah, Sab," ajak Juno  semangat.

Aku memberikan senyum semeringahku, "Beneran? Ayo!" Sahutku semangat.

"Nah, gitu dong, mesam-mesem, hahaha," Guraunya. Aku hanya membalas dengan senyuman terbaikku.

****

Aku menikmati berjalan-jalan bersama Juno malam ini. Rasa kesal, kecewa, amarah yang aku rasakan tadi, sirna begitu saja.

"No, lo nggak ada niatan punya, cewek?" Tanyaku membuka pembicaraan di motor.

"Hah? Nggak. Lagian buat apa juga, Sab, gue lihat lo pacaran aja, riweh banget. Jadi males, Sab, hahaha," jawabnya didampingin tawanya.

"Sialan, lo! Hahaha," aku menepuk pinggangnya dari belakang.

Tanpa disadari, jam sudah menunjukkan pukul 22:00 WIB. Akhirnya, aku dan Juno bergegas untuk pulang ke rumah. Rasa bahagia ini membuat kami sampai lupa waktu hingga pulang larut malam.

Sesampainya di rumah, Juno mengajakku untuk wudhu terlebih dulu sebelum beranjak tidur. Dia mengingatkan pesan Revan dikala itu, aku =menuruti perintahnya saja selagi itu semua demi kebaikanku.

Setelah wudhu, kami beranjak ke kamar masing-masing. Sejak tadi, aku belum memegang handphone sama sekali. Saat aku membuka handphone, ternyata ada 15 kali telepon tidak terjawab dan 10 pesan whatsapp dari Raka.

SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [ON GOING]Where stories live. Discover now