SABRINA - BAB XIV

54 12 0
                                    

RAKA STORY

Satu minggu kemudian

Raka kembali menjalani kegiatan di sekolah setelah dirawat berhari-hari. Raka bersama supir pribadinya selalu menjemput Sabrina terlebih dahulu sebelum menuju ke sekolah. Sabrina sudah berjanji kepada Raka untuk menjadi pengganti kaki Raka selama pemulihan, Sabrina ingin bertanggung jawab atas apa yang terjadi walaupun Raka sudah melarang keras berkali-kali kepadanya.

Raka dan Sabrina melewati koridor sekolah untuk menuju ke kelas. Kelas Sabrina dan Raka dipindahkan ke lantai dasar hanya karena Raka tidak sanggup untuk menaiki tangga sekolah, mungkin ini semua karena orang tua Raka adalah donatur besar di sekolah ini.

Raka merasa sangat gugup dan jantungnya berdebar kencang. Dia menoleh ke Sabrina dan mengelus lembut tangan kanannya yang sedang mendorong kursi roda Raka. Sabrina tersenyum lepas kepada Raka.

"It's okay, Raka," dia kembali memberikan senyuman. Raka kembali menghadap depan dan mencoba merileks kan tubuhnya.

Sesampainya di kelas, Sabrina mendorong kursi roda Raka di tempat duduknya seperti biasa. Kemudian Sabrina duduk di tempat duduknya seperti biasa sambil melontarkan senyuman kepada Raka. Raka mencoba menghampiri Sabrina yang sedang mempersiapkan buku-buku pelajaran menggunakan kursi rodanya sendiri.

"Sabi," sapa Raka saat berada di dekat dengan Sabrina.

"Lho, kok kamu, di sini?" Tanya Sabrina dengan senyuman.

"Sekarang, aku mau duduk selamanya di samping kamu boleh, nggak?" Raka tersenyum semeringah.

"Boleh dong, Ka, siapa juga yang mau ngelarang, hahaha," Sabrina langsung memindahkan kursi yang berada di samping mejanya dan mendorong kursi roda Raka untuk menggantikan posisi kursi yang tadi.

****

Raka menjadi semangat belajar, dia selalu dibimbing pada saat tidak mengerti oleh Sabrina. Raka merasa beruntung memilikinya kali ini.

Jam pulang sekolah tiba. Sabrina dan Raka pulang bersama kembali dijemput oleh Supir pribadi Raka. Sebelum ke arah rumahnya, Raka mengantar Sabrina untuk pulang ke rumahnya terlebih dahulu.

Sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya sampai di rumah Sabrina.

"Sabi," dia menahan Sabrina yang hendak ingin turun dari mobil.

"Iya ,kenapa, Ka?" Sabrina menoleh  melontarkan senyumannya.

"Terima kasih ya, udah baik sama aku," senyum ragu dilontarkan Raka.

"Iya, Raka, udah semestinya aku seperti ini kok," ujar Sabrina.

"Kamu bukan karena kasian sama aku kan, Bi?" Raut sedih terpancar di wajah Raka.

"Nggak, Sayang. Kamu jangan khawatir ya," Sabrina mengelus kedua tangan Raka dengan senyuman.

"Maaf ya, Sabi, aku nggak bisa berbuat apa-apa sekarang dengan keadaan aku yang masih seperti ini," Raka menundukkan kepalanya dan menahan rasa kecewa kepada dirinya sendiri.

"Raka, kamu udah janji nggak mau seperti ini lagi. Aku nggak apa-apa kok, Ka, tenang ya," Sabrina melihat Juno baru sampai rumah dari kejauhan. "Itu Juno udah sampai, aku pulang, ya. Kabarin kalau kamu udah di rumah," Sabrina memberikan senyuman terbaiknya.

"Iya, Sayang, bye!" Raka melambaikan tangan dan Sabrina membalas dengan melakukan hal yang sama. 

Raka beranjak pulang dengan rasa lega mendengar jawaban Sabrina atas pernyataannya.

****

Malam tiba, mata Raka selalu sulit terpejam setiap malamnya akhir-akhir ini. Tidur pun selalu gelisah tidak pernah nyenyak sekali pun. Dia mencoba memejamkan matanya walaupun terasa sulit.

Raka tiba-tiba merasa tubuhnya melayang tidak menapakan diri di lantai. Dia merasa takut dan memejamkan matanya. Lalu, dia memberanikan diri untuk membuka matanya. 

Dia tercengang karena sudah berada hadapan Sabrina yang sedang tertidur di tempat tidurnya. Raka mencoba mendekati Sabrina tetapi terlempar ke dinding kamar Sabrina. Lalu, ada yang mendekati Sabrina sosok tinggi besar dan berbulu ingin menyentuh tubuh Sabrina. Raka mencoba berteriak memanggil Sabrina, tetapi mulutnya sulit terbuka. 

Raka memejamkan matanya dan membaca "Bismillahirahmanirahim," dalam hatinya, lalu membuka matanya, dan memanggil Sabrina, dengan sekuat tenaga. Raka langsung duduk terbangun dari tidurnya sambil berteriak nama Sabrina.

"Ya Allah, mimpi apa tadi!" Raka langsung mencari handphone-nya dan segera menghubungi Sabrina, namun tidak ada jawaban dari Sabrina, Raka semakin khawatir atas keadaannya saat ini.

Raka tidak menyerah, dia berulang kali menghubunginya sampai terangkat oleh Sabrina. Akhirnya Sabrina mengangkat telepon darinya.

"Halo, Sabrina!" Ucap Raka cemas di dalam telepon.

Sabrina terdengar seperti mengatur napas yang benar-benar tidak teratur saat ini, "Raka," Ucap Sabrina terbatah-batah karena napasnya tidak beraturan.

"Kamu nggak apa-apa kan, Sabi? Kamu kenapa ngos-ngosan, gitu? Kamu kenapa, Sayang?" Tanya Raka.

"Eee, nggak apa-apa, tadi aku hanya mimpi buruk, aku lihat kamu dilempar dan ada sosok tubuh tinggi besar yang nyudutin aku ke tembok. Untung kamu telepon, Ka, jadi aku bisa kebangun," Sabrina terdengar seperti menangis saat menjelaskannya.

"Sayang, itu benar, aku! Aku mimpi yang sama dan berada di situasi yang kamu ceritain. Makanya, aku telepon kamu, Bii. Aku jadi takut kamu kenapa-kenapa, Bii,", Jelas Raka mengebu-gebu.

Sabrina hanya terdiam mendengar penjelasan Raka kali ini. Tiba-tiba terdengar handphone-nya terlempar dan Sabrina berteriak dengan begitu kencang.
Raka terus memanggil Sabrina dari telepon dan tidak ada jawaban hanya terdengar suara teriakan Sabrina. Raka meneteskan air matanya karena tidak bisa berbuat apa pun karena kondisinya saat ini.

Raka berinisiatif menelpon Juno saat ini. Juno langsung mengangkat telepon Raka kali ini.

Isi percakapan:

Raka
Halo, Juno! Sabrina kenapa, tolongin dia!
Juno
Iya, ini gue lagi berusaha buka pintu kamarnya tapi nggak bisa. Sab, sabrina! (suara menggedor-gedor pintu)
Raka
Please, tolong sabrina, Jun!
Juno
Tunggu sebentar ya, gue nggak bakal matiin teleponnya. Gue mau coba ngedobrak pintu.

Raka menunggu jawaban Juno kembali. Ia mendengar suara Juno yang berteriak panik memanggil nama Sabrina.

Juno
Halo, Raka, lo ke rumah sakit sekarang, badan Sabrina penuh darah. Rumah sakit biasa ya, Ka!
(Juno mematikan teleponnya)

Raka melempar handphone-nya dan berteriak sambil menangis histeris.

"Kenapa sih, harus Sabrina, hah?! Anjing! kenapa kaki gue harus gini sih, bangsat!!" Raka berteriak sambil memukul-mukul kakinya.

Bibi yang berada di apartemen Raka, mengetuk-ngetuk pintu menanyakan keadaan Raka.

"Masuk aja, Bi," ujar Raka dari dalam sambil menghapus air matanya yang mengalir.

"Kenapa, Den, ada yang Bibi bisa bantu?" Tanya Bibi.

"Bi, panggil Mang Darto (Supir Pribadi Raka), buat antar Raka sekarang ke rumah sakit. Sabrina masuk rumah sakit, Bi," Raka kembali menangis di hadapan Bibi.

"Ya Allah, baik Den, baik," Bibi langsung pergi untuk memanggil Mang Darto.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Raka bergegas pergi bersama Bibi dan Mang Darto untuk melihat keadaan Sabrina saat ini.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Terima kasih sudah membaca cerita SABRINA: LOVE IS A CURSE. Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca ya, karena support kalian sangat berharga.

Cerita SABRINA: LOVE IS CURSE sudah terbit di Penerbit Meta (@mengubahsemesta). Jangan lupa beli versi noverlnya ya, hanya Rp. 68.500 (exc ongkir)

Warm Regards,

INDRI HELWINA

SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [ON GOING]Where stories live. Discover now