SABRINA - BAB VII

84 12 0
                                    

Keesokkan harinya, Raka menjemputku untuk berangkat ke sekolah. Entah dari mana dia mengetahui rumahku, aku tidak mengambil pusing akan hal ini. Juno cukup terkejut melihat kehadiran Raka teras rumah.

"Lo ngapain, Ka?" Tanya Juno heran kepada Raka yang berada di kursi teras rumahku.

"Eh, Juno ternyata lo di sini, gue mau jemput, Sabrina," Ujar Raka penuh semangat.

"Lah, ada angin apaan lo jemput-jemput segala?" Juno nampak tidak senang atas kehadiran Raka saat ini. Aku hanya bisa terdiam di belakang tubuh Juno saat ini.

"Emang lo belom tahu? Sekarang gue cowoknya, Sabrina," senyum semeringah diberikan oleh Raka.

"Hah? Serius?" Juno nampak terkejut mendengar penjelasan Raka. Dia melanjutkan perkataannya untuk meminta penjelasan kepadaku langsung yang berada di sampingnya saat ini, "Lo seriusan, Sab, udah jadian sama, Raka?" Dia memegang bahu kiriku.

Aku hanya menganggukkan kepala dan tersenyum ragu kepada Juno. Entah kenapa, aku menjadi canggung ketika Juno sudah bersikap seperti ini kepadaku. Aku menjadi tidak enak hati, aku bingung harus menjawab, dan berbuat apa setelah ini.

Juno menarik tanganku untuk mengajak masuk ke dalam rumah. Terlihat begitu khawatir yang terpancar di wajahnya. Dia mengajakku berbicara empat mata saja di ruang makan.

"Sab, gue tahu Raka orangnya gimana. Gue satu SMP sama dia. Kalau nanti ada apa-apa, lo harus bilang sama gue, ya! Gue nggak mau terjadi apa-apa sama lo," jelasnya penuh keseriusan.

"Iya, Juno. Semua juga gue cerita sama, lo. Terima kasih banyak ya, udah perhatian banget sama gue," aku mengelus tangannya dan memberikan senyuman kepadanya.

"Maafin gue, kalau gue tetap mantau lo dari jauh ya, Sab. Gue benar-benar nggak mau lo kenapa-kenapa. Semoga lo bisa happy ya, Sab," dia tersenyum ragu kepadaku.

Aku hanya menganggukan kepala dan memberikan senyuman terbaikku kepadanya. Aku sangat tahu, dia sangat khawatir denganku yang baru merasakan namanya cinta selama hidupnya. Sikapnya ini membuat aku menjadi terasa terjaga.

Akhirnya, aku berangkat bersama seorang laki-laki yang menjadi kekasihku sekarang. Raka adalah cinta pertamaku, aku benar-benar salah tingkah ketika pertama kali memeluknya dari belakang saat berada di atas motor.

"Kenapa, Sab? Kok diam aja, dari tadi?" Dia membelokkan spion motornya menjadi ke arah wajahku.

Aku tersipu malu mendengar pertanyaannya, "Eee, emang gue musti ngapain?" Aku tersenyum ragu melihat wajahnya dari arah spion.

"Iya, juga ya, kok gue jadi kayak ngerasa baru pertama kali pacaran ya, hahaha. Deg-deg-kan gitu, dekat sama lo, Sab," guraunya dalam tawa.

Aku menepuk perutnya yang sedang aku peluk di atas motor, "Ih, bisa aja sih, Raka," aku menjadi salah tingkah di buatnya. Raka hanya melontarkan senyuman semeringahnya kepadaku untuk menanggapi perkataanku.

Sesampainya di sekolah, dari awal turun dari motor, dia tidak henti menggenggam tangan kananku saat berjalan. Aku melihat Luna dari kejauhan, dia terlihat ingin menghampiriku saat ini. Entah apalagi masalah yang akan dibuatnya kali ini.

Luna menghentikan langkahku, "Sabrina, maafin gue, gue nggak tahu harus berbuat apa lagi. Ada makhluk yang gangguin gue sama Meisha semalam, dan karena makhluk itu, Meisha jatuh dari tangga, Sab. Kaki Meisha patah dan sekarang dia lagi dirawat di rumah sakit. Maafin gue, Sab, gue nggak mau bernasib sama dengan Meisha," dia meneteskan air mata di hadapanku dan Raka.

Aku meminta Raka untuk pergi ke kelas lebih dulu, aku ingin memberikan waktu kepada Luna untuk menceritakan semuanya. Raka senantiasa menuruti kemauanku kali ini tanpa ada paksaan sedikit pun. Raka beranjak pergi meninggalkanku dan aku mencoba meminta penjelasan dari Luna setelah kepergian Raka.

SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [ON GOING]Where stories live. Discover now