SABRINA - BAB XIII

58 10 0
                                    

Sangat bersyukur sekali hari ini adalah akhir pekan. Semua kegiatan sekolah ditiadakan. Pagi-pagi buta, aku berinisiatif untuk ke rumah Revan sendiri agar Juno tidak ikut bersamaku. Ada hal penting yang aku ingin bicarakan dengan Revan kali ini.

Sehabis solat subuh, aku =bergegas pergi ke rumah Revan seorang diri. Aku memesan ojek online, sambil memeriksa keadaan rumah. Aku melihat Juno sedang tertidur pulas di kamarnya dan Ayah serta Mama Tiwi juga masih terpejam juga di kamarnya. Aku bergegas pergi dari rumah tanpa sepengetahuan siapa pun.

Sekitar 30 Menit, akhirnya aku mulai dekat dengan daerah rumah Revan. Pengemudi ojek online sempat bertanya ketika sudah dekat dengan tujuan kepadaku.

"Neng, ngapain, ke sini? Mau berobat?" Tanya tukang ojek ini.

"Hah? Berobat? Nggak kok, Pak. Emang kenapa, ya?" Aku semakin penasaran mendengar jawaban pengemudi ini.

"Iya, tujuan Eneng, saya tahu, Neng. Tempat orang pintar terkenal daerah sini. Makanya saya kira, Eneng mau berobat," jelasnya.

"Ohh, gitu, Pak," singkatku.

Motor pun berhenti dan aku sudah berada tepat di depan rumah Revan. Aku memasuki halamannya dan mengetuk pintu rumah Revan.

"Assalamuallaikum, Revan, Assalamuallaikum!" Aku mengetuk-ngetuk pintu rumahnya.

"Sab," suara memanggilku dari belakang.

Aku menoleh dan ternyata Revan berada di belakangku, "Ya Allah, Revan, sumpah gue, kaget! Kok lo nggak di dalam, rumah?" Tanyaku sambil mengatur napas.

"Iya, Sab, gue abis solat subuh di Masjid. Lo ngapain, ke sini? Bukannya nanti pagi gue jemput lo sama Juno, ya?" Tanyanya heran.

"Eee, ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo, Van. Lo ada waktu?" Tanyaku ragu.

"Gue banyak waktu kok. Ayo, masuk rumah gue," Revan mendahuluiku memasuki rumahnya.

Aku sempat ragu memasuki rumahnya karena penerangan yang minim. Revan menegurku yang sedang terdiam di depan pintu rumahnya.

"Ayo, masuk aja, Sab. Kita nggak berdua doang, kok. Ada Bibi lagi nyuci baju di belakang. Tenang aja, Sab," dia melontarkan senyuman. Akhirnya aku melangkah untuk masuk ke dalam rumahnya.

 Akhirnya aku melangkah untuk masuk ke dalam rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bersama Revan, duduk di ruang tamu. Bibi yang berada di rumahnya akhirnya keluar untuk menyiapkan minum untukku. Revan mulai membuka pembicaraan denganku tanpa basa basi sedikit pun.

"Ada apa, Sab? Langsung cerita aja, nggak apa-apa kok," Revan membuka pembicaraan.

"Hmm, apa benar lo punya kelebihan, Van?" Tanyaku merendahkan suara.

Dia hanya tersenyum kepadaku, "Jadi sekarang intinya apa, Sab?" Tanyanya.

"Eee, gue mau nutup mata batin, Van," aku tersenyum ragu kepadanya.

SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang