SABRINA 2 - BAB XVI

23 4 2
                                    

SABRINA STORY

Di alam kematian (Limbo)

Aku memasuki pintu putih ini, aku disambut dengan hembusan angin yang cukup kencang, aku tiba-tiba berada di atas sebuah gedung yang sangat tinggi. Ada seutas tambang besar di hadapanku menuju gedung yang berada di sebrang gedung ini.

"Ini bukan dunia nyata, Sabrina! Gue yakin, lo bisa!" Gumamku meyakinkan diri sendiri untuk menghadapi rintangan ini.

Aku melangkah demi langkah untuk melewati tambang besar ini menuju gedung yang berada di sebrang. Aku mengatur napasku dan tidak melihat ke arah bawah untuk menenangkan pikiranku yang mengkhawatirkan ketinggian ini. Aku berjalan perlahan melewati seutas tambang besar ini. Akhirnya, aku berhasil melewatinya, aku bergegas untuk melanjutkan perjalananku, aku semakin penasaran di mana letak kunci itu tersimpan dan apa sebenarnya yang ada di dalam kotak itu.

Di hadapanku ada sebuah pintu yang sangat besar berwarna merah terang. Aku mencoba membuka pintu ini perlahan. Pintu ini cukup berat, banyak tenaga yang aku keluarkan untuk mendorong pintu ini. Aku tercengang melihat dalam ruangan ini, terdapat banyak sekali pintu berwarna hitam dan merah. Aku berjalan mengikuti kata hati untuk menemukan pintu yang tepat untuk aku masuki.

"Ceklek," ada suara sebuah pintu berwarna hitam terbuka dengan sendirinya.

Akhirnya, aku memutuskan untuk memilih pintu itu untuk dimasuki. Baru selangkah masuk, aku terjatuh ke bawah, aku berteriak sekencang mungkin. Aku terjatuh di rerumputan, ada banyak sekali pohon di sini, sangat gelap, dan sangat sunyi. Ada seorang perempuan bergaun pengantin berdiri di kejauhan dan menujuk ke arah kanannya. Aku memberanikan diri untuk mendekati perempuan ini. Saat ini, aku tepat di hadapannya. Aku melihat ke arah yang dia tunjuk, hanya pandangan yang sangat gelap di sana. Aku menoleh kembali ke arahnya, dia tiba-tiba berteriak dengan sangat kencang di depan wajahku.

"AAAAAAAAAAA!!" Mulutnya terbuka sangat lebar saat berteriak.

Aku terjatuh, menutup mata, dan telingaku. Teriakannya membuat telingaku sangat sakit mendengarnya. Tidak lama teriakan tersebut menghilang dan membuka mata kembali setelah itu. Aku kembali tercengang karena berada di tempat yang berbeda lagi. Aku berada di ruangan yang seluruhnya dilapisi oleh kaca.

Di sudut ruangan ini terdapat kunci, aku rasa kunci itu yang aku cari. Aku bergegas berjalan menuju kunci tersebut, ada suara tiba-tiba dari belakangku yang membuat aku menghentikan langkah untuk ke kunci itu.

"Bii!" Suara ini aku sangat mengenalinya.

Aku menoleh dan ternyata Raka berada di belakangku dengan tubuh diselimuti lumpur dan darah. Dia mencoba mendekat, aku mencoba bergerak, tetapi aku sama sekali tidak bisa menggerakkan anggota tubuhku.

"Kamu nggak kangen sama sekali sama aku, Bii? Kamu nggak pernah kirim doa lagi buat aku, Bii! Aku tersiksa, di sini! Kenapa kamu tega sama, aku! Bii, aku cinta sama kamu, Bii!" Dia berjalan pincang mendekatiku dengan kaki yang terlihat gemetar hebat.

Dia tiba-tiba terjatuh dan tubuhnya tertarik perlahan ke arah belakangnya, "Bii! Aku nggak mau ke sana lagi, Bii! Tolong aku, Bii! Kenapa kamu membiarkan aku pergi dari kehidupanmu?" Teriaknya.

Aku hanya bisa menangis melihat dia sangat tersiksa. Dia tertarik ke arah lubang besar yang muncul di belakangnya. "Bii, toloooonggggg! Biarkan aku kembali untuk melindungimu!" Teriaknya kembali saat memasuki lubang tersebut.

Tubuhku terjatuh ke lantai, aku bisa menggerakkan tubuh kembali saat Raka sudah memasuki lubang hitam itu. Aku bergegas mengambil kunci itu agar dapat kembali ke dunia nyata. Kunci sudah di tanganku, tetapi guncangan datang begitu dahsyat. Ada sosok bebadan manusia berkepala banteng hitam yang berukuran sangat besar keluar dari lubang hitam tadi.

SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang