SABRINA 2 - BAB XXXXV

5 2 0
                                    

ALDO STORY

Sabrina memohon kepada Aldo tanpa memikirkan kedepannya akan seperti apa. Revan terlihat tidak bisa berbuat apa pun, hanya bisa terdiam melihat Sabrina memohon tiada henti. Aldo memegang kening Sabrina dan dia langsung tidak sadarkan diri setelah itu, terasa tidak tega melihatnya memohon tanpa henti seperti itu.

Revan langsung menghampiri Aldo dan mendorong bajunya, "Lo apain Sabrina, hah?" Tanyanya penuh emosi.

"Saya melakukan sesuai prosedur, Bapak bisa tanya kepada Suster Anna obat apa yang saya kasih tadi," jelas Aldo. Revan langsung menoleh ke arah Suster Anna.

"Dokter Aldo, memberikan pereda nyeri dosis rendah, Pak," jelas Suster Anna.

Revan menoleh cepat ke Aldo kembali, "See?" Ujar Aldo. "Jadi, apakah kita bisa bicara di luar ruangan?" Lanjut Aldo. Revan mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Aldo.

"Sus, tolong siapkan ruang operasi ya, dan bantu pindahkan ibu Sabrina ke sana," ujar Aldo,

"Baik, Dok!" Sahut Suster Anna.

Revan beranjak pergi keluar ruang IGD bersama Aldo. Revan langsung membuka pembicaran dengan Aldo, "Lo apain tadi, Sabrina? Kok dia tiba-tiba pingsan?" Tanya Revan penuh emosi.

"Itu tidak penting. Sabrina akan dioperasi untuk pengangkatan janinnya setelah ini. Sudah tidak ada pilihan, ini semua demi keselamatan Sabrina, jadi bagaimana?" Jelas Aldo.

Revan mengacak-acak rambutnya kasar dan menghela napas panjang setelah itu, "Laksanakan saja," ucap Revan gemetar.

"Okay, ikut gue sekarang, lo gue izinin untuk masuk ke dalam ruang operasi," ujar Aldo berjalan mendahului Revan.

"Kenapa lo izinin, gue masuk?" Tanya Revan sambil berjalan menyusul langkah Aldo.

"Bapak datang," Aldo mempercepat langkah menuju ruang operasi.

"Bapak?" Revan bertanya-tanya siapakah bapak yang dimaksud oleh Aldo.

Di Ruang Operasi

Aldo dan Revan memakai semua atribut untuk masuk ke dalam ruang operasi. Aldo langsung memperkenalkan Suster Anna untuk orang yang membantu pengangkatan janin Sabrina.

"Suster Anna, dia satu-satunya anggota Sekte yang gue percaya, dia akan membantu gue sekarang," jelas Aldo. Revan terlihat terdiam dengan banyak suara pikiran yang terdengar sejak tadi. "Sudah tenang, Suster Anna dapat dipercaya," lanjut Aldo.

"Ada yang bisa dibantu?" Tanya Revan dengan suara gemetar, nampaknya dia cemas dengan keadaan Sabrina. Pikirannya terdengar memikirkan perasaan Sabrina ketika tahu anaknya sudah tiada nantinya.

"Lo berdiri di sana dan jangan menatap ke jendela sedikit pun, itu sudah sangat membantu," jelas Aldo ingin memulai operasinya sekarang.

"Memangnya ada apa di jendela," terdengar jelas suara pikiran Revan saat ini. "Tidak usah dipikirkan ada apa, lebih baik fokus ke Sabrina," tegur Aldo. Revan hanya mengangguk cemas untuk menanggapi perkataan Aldo.

Setengah jam telah berlalu, Aldo sudah berhasil mengangkat janinnya. Terdengar jelas pikiran Revan di isi dengan lantunan doa-doa sejak awal dimulainya operasi. Aldo memberikan janin yang sudah berbentuk bayi laki-laki berukuran kecil tidak seperti bayi biasanya. Aldo memanggil Revan untuk membawa anaknya.

"Biasanya para pasien di sini mengkumandangkan Azan, silakan," ujar Aldo memberikan anak Sabrina kepada Revan.

Revan menangis sejak melihat anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi. Dia mengkumandangkan azan di telinga anaknya. Aldo tidak berani memerhatikan Revan menangis meratapi nasib anak yang diidamkan sejak lama. Terdengar Revan mengkumandangkan azan dalam tangisan. Ketika sudah, Aldo mengintruksikan kepada Suster Anna untuk membersihkan anak Sabrina. Suara pikiran Revan yang sangat sedih membuat Aldo menjadi iba.

"Lo akan bahagia setelah ini, tidak usah berlarut," ujar Aldo yang sedang melaksanakan operasi.

"Sabrina akan kecewa setelah ini," jawab Revan dengan suara gemetar.

"Sudah pasti," sahut Aldo.

Pasca Operasi

REVAN STORY

Aldo mengajak berbincang di kantin sambil menunggu Sabrina sadar. Revan tidak menyangka Aldo akan mau berbicara empat mata seperti ini dengannya. Sepertinya, ini adalah kesempatan untuk tahu banyak mengenai Aldo, Sekte, dan juga Sabrina.

"Kenapa lo bisa ada di Sekte? Seperti Sabrina nasibnya?" Tanya Revan sambil meminum jus yang dia pesan.

Aldo menggelengkan kepala dan tersenyum kepada Revan, "Ibu gue meninggal di umur gue 10 tahun. Nasib ibu gue dan ibu Sabrina mungkin bernasib sama karena pelanggaran janji dengan Sekte. Bedanya, ibu gue dulu ada petinggi Sekte, memiliki gue karena hubungannya dengan Bapak, lalu ibu mulai menemukan cintanya di luar lingkaran. Dia berusaha keras untuk keluar lingkaran seperti Sabrina. Akhirnya, dia meninggal karena tidak bisa bertahan akan siksaan yang diberikan ke tubuhnya. Jadi, gue diasuh oleh para petuah anggota Sekte. Bagi gue mereka penolong," jelas Aldo.

"Mengapa Penguasa Kegelapan mengincar, Sabrina? Apa karena garis keturunan?" Tanya Revan semakin menggali dan berusaha mengosongkan pikiran sejak tadi.

"Tidak juga, kalau bahas garis keturunan, ada banyak titik. Sabrina istimewa bagi Bapak. Sabrina memiliki kekuatan yang Bapak miliki. Manusia yang diidamkan Bapak hanya ibunya Sabrina. Mungkin ini yang membuat Bapak menginginkan Sabrina," jelas Aldo.

"Lo cerita gini, aman?" Tanya Revan meyakinkan.

"Tentu," singkat Aldo.

"Lalu, apa yang lo inginkan dari, Sabrina?" Tanya Revan kembali.

Aldo menggelengkan kepala, "Nanti lo akan mengerti dengan sendirinya," jelas Aldo.

Aldo mendapatkan telepon, dia langsung mengangkatnya, "Baik-baik, saya akan ke sana," jawab Aldo terlihat cemas dan menutup telepon setelah itu. "Sabrina sudah sadar, lo bisa langsung ke ruangannya," lanjut Aldo kepada Revan.

Revan mengangguk dan pergi meninggalkan Aldo seorang diri di kantin. Aldo pintar sekali menutup pikirannya agar tidak dapat terdengar oleh yang lainnya. Revan tidak mengerti mengapa dia memasang wajah cemas tadi. Revan mempercepat langkahnya untuk segera sampai di ruang rawat Sabrina.

Revan memasuki ruang rawat Sabrina. Terlihat Sabrina merebahkan tubuhnya setengah duduk. Hanya linangan air mata yang dipertontonkan Sabrina saat ini. Revan memanggil namanya berulang kali tetapi dia tidak menanggapi sapa Revan sama sekali.

Revan meraih pergelangan tangan Sabrina, namun ditarik perlahan olehnya. Hal yang ditakutkan sejak awal operasi tiba, Sabrina membenci Revan karena keputusannya. Sabrina hanya terdiam dan tidak berbicara sepatah kata pun.

***********************************************************************************************

Wah, senangnya sebentar lagi menuju ending cerita Sabrina 2. Bagimana untuk kelanjutan cerita kali ini, guys? Semoga kalian sudah dengan kelanjutan ceritanya ya!

Follow aku dulu yuk, agar kalian dapat notifikasi untuk cerita barunya. Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca ya, karena support kalian sangatlah berharga. Tunggu kelanjutan cerita SABRINA 2: CIRCLE OF DARKNESS, hanya di wattpad indrialee_

See you and thank you, guys!


Warm Regards,

INDRI HELWINA

SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [ON GOING]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin