SABRINA - BAB VI

82 13 2
                                    

Di Sekolah

Aku berjalan berdampingan dengan Juno. Aku melihat Meisha berjalan dari arah yang berlawanan, sepertinya dia ingin menghampiri kami. Meisha mendekat dan benar dia menghentikan langkahnya di hadapan kami.

"Emang nggak ada waktu buat berdua? Berduaan mulu, risih juga lihatnya!" Dia memberikan senyuman mengucilkan kepadaku.

"Bisa nggak sih, nggak usah ikut campur urusan gue lagi?" Juno nampak kesal dengan perkataan Meisha kepadanya.

"Nggak bisa. Habisnya lo nyari pengganti gue yang gajelas seperti dia sih, hahaha," Meisha menatapku sinis, aku tidak membalas tatapannya, dan hanya bisa terdiam saat ini.

Juno menunjuk wajah Meisha dengan rawut wajah kesal, "Asal lo tahu, Sabrina sangat, sangat, sangat lebih baik daripada, lo!" Juno menarik tanganku dan meninggalkan Meisha yang nampak tidak terima dengan penjelasan Juno.

Kami memasuki kelas masing-masing. Aku menjadi tidak enak hati karena perdebatan mereka hanya mempersoalkan aku. Mungkin diam adalah emas, aku tidak ingin memperkeruh suasana lagi dengan tidak mengungkit masalah ini kembali.

Di dalam Kelas, seperti biasa Raka selalu menghampiriku sebelum waktunya jam pelajaran dimulai. Dia selalu duduk di kursi yang berada di depanku. Ini terlalu sering dia lakukan sehingga kegiatannya sangat aku hapal.

"Hi," Sapanya.

"Hi," Aku membalas sapanya.

"Senang deh, kalau lihat lo nggak telat," dia tersenyum semeringah.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman terbaikku.

"Oh, iya, hari ini gue basket, Juno latihan kan, ya? Lo nungguin dia, nggak?" Tanyanya padaku.

"Eee, nggak tahu juga. Emang kenapa?" Tanyaku penuh kebingungan.

"Nggak apa-apa, cuman semangat aja kalau latihan ada lo nanti," Ujarnya dengan senyuman.

Aku tersipu malu, "Ohh, kirain kenapa. Ya sudah, nanti gue usahain," aku membalas senyumannya setelah itu.

"Nah, gitu dong!" Ujarnya semangat. "Eee, Sab," lanjutnya penuh ragu.

"Kenapa, Ka?" Tanyaku kembali.

"Kapan-kapan kita jalan yuk, lo ada waktu kapan?" Terlihat gugup Raka mengucapkannya.

"Hah? Serius?" Aku tercengang mendengar ucapannya.

"Iya, serius. Lo nggak mau, ya?" Raut wajahnya berubah drastis yang tadinya gembira menjadi sedih.

"Hmm, gue mau, mungkin nanti gue kabarin waktunya," ujarku ragu tanpa menatapnya. Aku menggoyang-goyangkan pulpen untuk menghilangkan rasa gugup. Jujur, aku baru pertama kali merasakan hal ini di kehidupanku.

"Gue boleh minta nomer lo, nggak? Buat mudah dapat kabar dari lo," Tanyanya dengan senyuman penuh makna.

"Eee, boleh," aku menuliskan nomerku di sebuah kertas. "Ini, ya!" Ujarku semangat memberikan kertas ini kepadanya.

"Terima kasih ya, gue balik ke tempat duduk ya, Sab," dia beranjak ke tempat duduknya.

Aku hanya menganggukan kepalaku dan tersenyum kepadanya.

****

Jam demi jam telah berlalu, akhirnya jam pulang sekolah tiba. Aku dan Amanda berjalan menuju gerbang sekolah. Aku menemani dia sampai gerbang untuk pulang, aku tidak langsung pulang dikarenakan sudah berjanji untuk menunggu Juno kepada Raka.

"Lo nggak pulang, Sab?" Tanya Amanda.

"Nggak, gue nunggu Juno," jelasku.

"Juno cowok, lo?" Tanyanya dengan begitu penasaran.

SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [ON GOING]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt