SABRINA 2 - BAB XXVI

12 3 0
                                    

REVAN STORY

Sekitar 30 menit, Sabrina berada di dalam dengan suara air yang selalu mengalir sejak tadi. Suara Sabrina sudah tidak terdengar lagi. Revan mencoba mendobrak pintu kamar mandi. Saat dibuka, Sabrina sedang duduk di bawah pancuran air sambil mendekap kedua kakinya. Sabrina nampak kalut, dia hanya terdiam melihat ke arah bawah.

"Keluar dari sini ya, Sayang, yaa," ujar Revan sangat lembut.

"Dingin," ucap Sabrina dengan suara bergetar.

Revan bergegas menggendong Sabrina untuk keluar dari kamar mandi. Revan bergegas menggantikan baju Sabrina yang sudah basah kuyup. Sabrina masih terdiam seperti banyak pikiran yang menghantamnya. Setelah itu, Revan merebahkan tubuh Sabrina, dan menyematkan selimut untuknya.

"Maafin aku, Sab, jangan benci aku, aku mohon!" Ujar Revan duduk di samping kasur yang aku tiduri saat ini.

"Aku kaget sama sikap kamu tadi, aku takut," Sabrina meneteskan air matanya. "Sikap kamu, mengingatkanku ketika Ayah saat masih bersama ibuku. Aku takut!" Lanjutku.

Revan menghapus air mata Sabrina, "Maafin aku, Sabrina, aku mohon berhenti ya, Sayang," Revan mengecup tangan Sabrina dan mengelus kepalanya.

"Aku nggak bisa, Van," ujar Sabrina dengan nada pelan.

"Apa yang membuat kamu nggak bisa?" Tanya Revan mengelus pipi Sabrina.

"Aku ada perjanjian, Van, jika aku sudah mengandung anak kamu, jiwaku sudah tertanam di sana. Aku nggak bisa berhenti, Van, jika aku berhenti semua ada konsekuensinya. Aku nggak siap menerima itu semua," jelas Sabrina dalam tangisan.

"Semua ada cara dan jalannya, Sab. Aku bantu, Sab. Aku mohon, berhenti ya," ujar Revan mengecup kembali jemari Sabrina.

"Jika terjadi apa pun itu kepadaku, aku hanya minta kamu ikhlas ya, Van. Janji dampingi aku di dunia ini," jelas Sabrina yang menangisi nasibnya tiada henti.

"Aku janji, Sayang! Bahkan sampai tidak di dunia pun, aku janji akan selalu sama kamu," Revan mengelus kepala Sabrina.

"Aku berhenti mulai detik ini," ujar Sabrina gemetar.

"Terima kasih, Sayang, terima kasih," Revan tersenyum sambil menangis bahagia.

SABRINA STORY

Sudah berhari-hari, aku tidak mendatangi perkumpulan Sekte. Aldo tidak berhenti menghubungiku, tetapi aku sama sekali tidak menanggapinya. Bahkan ke pasar pun, aku harus memutar melewati jalan yang lebih jauh agar tidak bertemu mereka semua.

Kali ini, aku ditemani Revan untuk pergi ke pasar. Tidak henti, dia menggenggam tanganku dengan senyuman yang selalu dia lontarkan kepadaku. Sebahagia itu ketika penantiannya selama ini dikabulkan Tuhan. Melihat dia bahagia, membuat aku menjadi bersyukur akan hidup ini.

Ada dua mobil cukup besar berwarna hitam yang berhenti di hadapan kami. Ternyata para anggota Sekte yang keluar dari mobil tersebut. Mereka membuka paksa mobil Revan dengan memecahkan kaca mobil dan menarikku keluar dari mobil setelah itu. Mereka menutupi kepalaku dengan kain tudung hitam pekat. Aku tidak bisa melihat ke arah mana pun. Aku berteriak memanggil-manggil nama Revan, terdengar dia meneriakkan namaku berulang kali. Aku tidak mengetahui apa yang sedang dialami oleh suamiku saat ini. Aku dimasukkan ke dalam mobil, terdengar pintu ditutup, dan suara gas mobil yang menandakan kendaraan ini sudah melaju sangat cepat.

"Aku mau dibawa, ke mana? Tolong! Lepasin! Aku mohon!" Teriakku di dalam mobil.

REVAN STORY

Dua orang anggota Sekte, menahan Revan agar tidak menghalangi pengambilan paksa Sabrina. Terjadi baku hantam Revan dengan dua orang tersebut. Revan sudah terengah dan kehabisan tenaga, dia dipukuli hingga babak belur. Beruntungnya Revan, para warga hadir untuk menolong dan akhirnya dua orang tersebut kabur dengan segera.

SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [ON GOING]Where stories live. Discover now