Young Doctor | Chapter 4 - Dinner

17.3K 860 11
                                    

Darren Archelino Wijaya: Aku tunggu jam 8 malam.

Dara tersenyum saat mendapat pesan yang di kirimkan Darren padanya. Dara menoleh ke arah jam tangannya, pukul 12 siang.

"Lo gak makan Ras?" tanya Dara pada wanita di hadapannya, Laras.

"Lo sendiri tau jawabannya," ujar Laras.

Dara tertawa melihat wajah temannya yang masam. "Emang enak!" ejek Dara.

"Gue doain pas lo mau makan tiba-tiba di panggil buat operasi!" ujar Laras kesal.

"In your dream!! GUE FREE HARI INI!!! Yuhuuuu!!!" teriak Dara membuat Laras melemparkan pulpennya ke arah Dara.

"Sialan lo!" umpat Dara yang nyaris terkena lemparan Laras.

"Udah sana! Pasien gue masih banyak! Lo satu-satunya pasien yang ngehabisin 20 menit okay?!" usir Laras.

"Gue rasa pas---"

"Pasien gue bumil semua, lo gak bisa tebar pesona. Jadi mending lo bangun, balik badan, jalan dua langkah, buka pintu, keluar dan tutup pintu. Lo gak liat manusia di samping gue udah ngeliatin lo tajem," ucap Laras sambil menunjuk suster di sampingnya.

"Hai suster!" sapa Dara.

"Engga buat kali ini Dok. Saya juga mau makan siang, jadi mohon ngobrol seputar program kehamilannya nanti aja ya?" tanya suster itu sambil menarik Dara bangun untuk keluar.

Laras yang melihatnya hanya mengeleng-geleng.

5 menit kemudian...

"Siang Dokter."

"Siang juga, dengan Nyonya Brenda?"

***


Selama ini setiap langkah dalam operasi yang Dara ambil tidak pernah salah atau keluar dari perhitungannya.

Dara sangat mencintai profesinya. Karena menjadi Dokter Bedah bukanlah suatu hal yang mudah, sedikit saja Dara salah mengambil tindakan maka nyawa manusia adalah taruhannya.

Keluarga dan pekerjaan adalah suatu hal yang penting bagi Dara. Sama-sama harus berjuang, hanya saja untuk menjadi Dokter. Semua murni dari usaha dan kemampuan Dara, sendiri.

Dara berjalan sambil bersenandung. Tiba-tiba langkah Dara terhenti saat seseorang menyapanya.

"Siang Dokter!"

"Ah hai! Siang juga, gimana? Masih ada yang sakit?" tanya Dara pada seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.

"Masih," jawab anak laki-laki itu riang.

"Di bagian mana?" tanya Dara ramah.

"Di sini," jawab anak laki-laki itu sambil menunjuk ke arah jantungnya.

Dara tetap tersenyum, "gak separah kemarin kan?"

Anak laki-laki itu mengeleng. "Tapi... kenapa sakitnya gak hilang?"

"Sakitnya gak akan bertahan lebih lama lagi, Dokter janji."


***

"Ini terlalu merah, kesannya kayak nenek lampir."

"Ini warnanya ungu, kesannya kita doain lo dapet gelar dokter janda."

Young Doctor [COMPLETE✔]Where stories live. Discover now