15: 《Calla hilang?》

18 2 0
                                    

Sang mentari masih tersenyum malu-malu menyapa pagi.

Dua sosok dengan sesosok bakpau ditengah yang memisahkan, sedang tidur dengan jarak masing-masing.

"Hey!"

Calla terbangun lebih dulu dan mencoba membangunkan Rezvan dan Xavier.

"Mm."

Xavier menggeliat, lalu kembali tidur dan menaikkan selimut sampai kepalanya.

Calla mendekatkan mulutnya ke telinga Xavier lalu berbisik, "Xavier,"

Calla tau, Xavier sudah bangun.

"Xavier," panggilnya lagi dengan lembut masih tepat di telinga Xavier.

Xavier tersenyum tipis dalam hati.

"Xavier."

Ia tetap tak mau membuka mata.

"XAVIER!!!" teriaknya.

Membuat sang empunya nama melonjak dari kasur dan ketatap kepala kasur karena kaget mendengar suaranya yang sangat keras dan memekakkan telinga. Rezvan sampai ikut terbangun dibuatnya. Jahanam emang.

"Udah selesai pura-puranya?"

"Cepet ke kamar mandi, mandi! Jangan cuma cuci muka sama sikat gigi! Katanya mau pulang hari ini."

Xavier segera menuruti dengan langkah gontai.

Tak lama setelah Xavier masuk kamar mandi, Calla yang sudah mandi daritadi mendudukkan Rezvan yang keliatannya masih ngantuk.

"Gantian kamu yang mandi ya, bakpau kecil!" ucapnya menyentil hidung Rezvan yang mungil.

"Heem." Rezvan menggangguk sok serius.

"Ih lucu banget sih kamu, mau mandi sama siapa hm? Sama mommy ato daddy? Ato sama mas mas satpam?"

Bakpau kecil yang lucu itu bergelut dalam pelukan Calla. Serasa ada lemnya gitu.

"Sama Mommy," sahutnya pelan.

"Apa? Gimana bakpau?"

"Sama Mommy," sahutnya lagi.

"Ok mari kita ke... kamar mandi!"

Dengan segera dengan Rezvan di gendongannya -walau berat sih- ia menuju ke depan pintu kamar mandi setelah mengambil perlengkapan mandinya juga Rezvan beserta pakaian ganti.

"Vier!!! Vier!!! Oh Xavier!! Udah belom? Lama amat."

"Lagi tidur ya?"

"Ato lagi makan?"

"Nah... aku tau nih, pasti lagi ngitungin kutu di rambut kan?"

Xavier mungkin di dalam kamar mandi menggeleng-gelengkan kepalanya. Sayangnya Calla nggak melihatnya.

"Lagi makan ama tidur aku Cal," ucap Xavier dari dalam kamar mandi.

Eh bentar, bentar, tunggu.

Xavier? Ngejawab kaya gitu?

Calla sampai kaget dibuatnya.

"Masih lama nggak makan tidurnya?"

"Kira-kira 365 hari lah. Nggak sampe 366 hari," celetuknya dari dalam.

Sejak kapan Xavier pinter ngelawak?

Habis kejedot kali ya?

Suara pintu terbuka terdengar. Xavier dengan pakaian lengkapnya ada di hadapannya. Tangan Calla refleks menyentuh jidatnya.

"Nggak panas kok," gumamnya.

Ia mengangkat bahu acuh. Lalu berpaling ke Rezvan, "Kuy bakpau, kita mandi, berangkat!!"

Rezvan mendadak segar saat Calla mengajaknya masuk. Matanya seakan mengejek Xavier, kalo ia bisa lebih dulu mandi dengan Calla.

Xavier segera menelpon anak buahnya setelah Calla masuk kedalam kamar mandi.

"Moshi-moshi," sapa suara di seberang sana.

"Nggak usah sok bahasa jepang Fred."

"Eh iya pak bos. Kenapa nih nelpon? Tumben gitu lho?"

"Pengawasannya gimana?"

"Aman pak bos! Lo tenang aja, selama ada sahabat sehidup semati lo disini, semua akan baik-baik saja. Agen U dan I siap memberantas kejahatan dan selalu membela kebenaran."

"Huh," Xavier memijat pangkal hidungnya.

"Perketat penjagaan! Awas aja kalo semua preman itu lolos dari pengawasan! Ngerti?"

"Ngerti pak bos!"

Tutt. Panggilan terputus.

"Telpon dari siapa Vier?"

"Dari anak buah."

"Kenapa?"

"Ku suruh perketat penjagaan."

"Oh."

"Vier Xavier, kamu nggak mau ngurangin sikap dinginmu kah?"

"Hm?"

"Masa kamu masih dingin ke aku?"

"Ya terus gimana? Aku emang gini."

"Huft..." Calla cemberut.

"Yodahlah. Ngapain pada bengong bengong wae? Ngobrol napa ngobrol. Kapan nih baliknya?"

"Sejam lagi. Cal, jangan suka keliaran sendiri ya kalo udah nyampe!" jawab dan peringat Xavier.

"Lah kenapa?"

"Udah nurut aja, ok."

Calla menggembungkan pipinya dan menghela napas.

Sentuhan tangan di kedua pipinya membuatnya menoleh ke kanan dan ke kiri. Tangan Xavier di pipi kirinya, dan tangan Rezvan di pipi kanannya. Lihat, betapa imutnya mereka.

"Kenapa sih nggembungin pipi?"

"Nggak papa."

"Bohong," adu Rezvan.

"Hih enggak boong ya mommy," bantah Calla.

"Udah-udah mending kita ke bandara. Aku udah nggak terlalu dingin kan Cal?"

Xavier mengedipkan sebelah matanya pada Calla. Iya sih udah nggak dingin. Tapi kalo gini, kenapa Calla yang was-was ya.
.
.
.
"Calla mana?" tanya Xavier.

"Loh tadi katanya mau ke toilet bentar. Terus nggak balik-balik. Gue kira nyari elo," jawab Andrey juga ikut panik.

Mereka baru saja sampai di bandara kota mereka tinggal. Tapi Calla menghilang gitu aja.

"Loh? Dia nggak nemuin gue sama sekali kok," ucap Xavier yang tiba-tiba panik.

"Udah berapa lama ijinnya?" lanjutnya.

"Sekitar 25 menit yang lalu."

"Kok lo nggak bilang ke gue?"

"Lah gue kira dia sekalian nyari elo bang," bantah Andrey.

"Gue telponan itu arahnya dari belakang lo ya. Dan arah toilet itu ke depan. Nggak mungkin lah dia nyari gue. Otak lu dipake nggak sih?" Xavier murka. Bahkan sampai berbicara panjang lebar dan mengeluarkan kosa-kata kasar.

Xavier bingung dan panik.
Diambilnya ponsel di saku celananya.

"Halo Iiz. Perketat penjagaan. Calla hilang sekarang."

"Ta-tapi bos,"

"Tapi apa?" sentaknya.

"Kita kehilangan jejak si preman, Vier,"

Tut.

Kehilangan jejak? Lalu bagaimana dengan Calla?

Calla, dimana kamu? Apa baik-baik saja?

"Oi Andrey ikut gue nyari Calla. Tiara, saya titip Rezvan."
.
.
.


BackStreet????Место, где живут истории. Откройте их для себя