10 : 《Ganteng?》

19 1 0
                                    

"Jadi ke Yogyanya kapan?"

Calla yang saat ini sedang makan kacang dari toples di pangkuannya bertanya pada Xavier. Xavier yang berada di bawah sofa menghadap televisi di depannya pun menoleh.

"Hari Senin besok."

"Berarti berapa hari lagi ya?" Gumam Calla. Tangannya pun menghitung hari.

"Aishh... masih 5 hari lagi. Lama...," gerutunya.

Tantangan Sella masih membekas di ingatan Calla. Kalau tidak salah, kejuaraan bela diri di sekolahnya akan diadakan 1 bulan lagi. Kejuaraan bela diri di sekolahnya bukanlah suatu kejuaraan yang diadakan oleh sekolah. Kejuaraan itu murni diadakan oleh siswa-siswi sekolahnya untuk menunjukkan 'siapa yang paling tangguh' di sekolah.

Peraturannya antara lain, boleh bela diri dalam bentuk apapun. Asalkan tak boleh membawa senjata tajam, juga berbuat curang.

Dengan begitu, bukankah mempermudah Calla untuk mengalahkan Sella?

Calla punya satu rahasia, tapi sebentar lagi sudah bukan rahasia.

Ia mempunyai paman yang bekerja di kemiliteran. Saat merasa sudah muak berada di rumah, biasanya ia akan menuju ke rumah pamannya untuk berlatih bela diri dan seni menembak.

Tapi sayang, paman Calla telah meninggal 2 taun lalu. Tepat saat Calla masih duduk di bangku kelas X sma.

Seharusnya, kelas XII sudah tak boleh mengikuti kejuaraan bela diri ini. Tapi karena Sella yang ngotot, berarti dia sudah punya ijin bukan?
.
.
.
Hari demi hari berlalu, kini hari senin pun tiba.

Calla yang sudah tak sabar ingin ke Yogya, tak bisa tidur semalaman saking semangatnya. Hingga menimbulkan mata panda di kedua matanya.

Xavier yang mengetahuinya hanya geleng-geleng kepala.

Mereka bertiga -ralat, berempat kini sedang berada di garasi mobil. Andrey yang menggendong Rezvan dengan Rezvan yang tak mau digendong dan selalu meronta berdiri di pintu teras menghalangi jalan Xavier yang ingin lewat. Xavierpun menggeplak kepala Andrey dari belakang menggunakan tas jinjing yang dibawanya. Calla yang berada di sisi mobil menguap terus-terusan membuat Xavier menutupnya menggunakan tangan setelah ia selesai meletakkan tas jinjingnya ke dalam mobil.

"Udah dari pada kamu di sini, mending gendong Rezvan Cal."

Calla yang baru saja selesai menguap mengangguk-angguk. Lalu segera mendekat ke Andrey untuk mengambil alih Rezvan.

"Andrey, bantu."

Xavier yang melihat Andrey hanya berdiam diri saja pun jengah. Biar ada kerjaan gitu.

"Hoam...."

Calla menguap lagi, kali ini bukan Xavier yang menutup mulutnya, tapi Rezvan.

Rezvan yang ditatap Calla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya polos.

Rezvan memang tak banyak bicara. Persis seperti Xavier. Bahkan dia hanya bicara jika ada maunya saja.

"Ih kok awkward banget ya nih suasana?"

Tiba tiba suara Andrey menyentak Calla dari tidur dua detiknya.

Sambil mengucek-ngucek matanya, Calla menggerutu dengan suara keras, "Adik iparku!!!! Bisakah dikau tak membuatku terkejut?"

Andrey menggaruk nggaruk belakang kepaanya saat ditatap tajam Xavier dan Calla. Bahkan Rezvan pun ikut menatap tajam dirinya dengan tatapan polos.

"Eh... eh... slow dong! Bang nanti yang beli tiket pulang, abang kan? Seminggu ya bang disana," tawarnya.

Lah gimana. Dapet tiket berangkat, nggak ada tiket pulang. Karena Andrey yang baik hati tak mau membuang sesuatu untuk barang yang tak terlalu berguna -baginya- jadi, biarkan Xavier yang membayar.

Padahal mah itu cuma alasannya.

Xavier hanya mengangguk biar Andrey nggak banyak ngoceh.

"Vier... kapan berangkat ke bandara?"

"Bentar. Nunggu ini dulu," katanya sambil mengangkat koper koper di garasi untuk dimasukkan ke bagasi mobil.

"Vier, pernah ke Yogya berapa kali?"

"Udah nggak inget," ucapnya seraya mengangkat bahu.

"Vier, terus sekolahku gimana?"

"Ijin."

"Vier, ijin berapa hari?"

"5 hari. DiYogya seminggu."

"Vier, kita kemana aja?"

"Entah."

Andrey yang melihat Xavier sabar menghadapi tingkah Calla tersenyum jahil. Sejak kapan Xavier yang dingin dan tak sabaran mau menanggapi perkataan orang?

"Vier, kamu ganteng."

Xavier yang baru saja ingin memasukkan koper Rezvan, terpaku. Andrey yang mendengarnya cengo. Rezvan yang tersenyum seolah menyetujui apa yang diucapkan Calla.

"Emang."

Dan boom. Kalimat Xavier justru membuat yang lain semakin terpaku.
.
.
.
"Ngantuk...."

Perjalanan dari rumah Xavier ke bandara seharusnya membutuhkan waktu 1 jam. Tapi berhubung jalanan macet, mungkin mereka perlu mengahabiskan waktu dijalanan macet ini selama 1 jam setengah.

Calla yang sudah dari tadi mengantuk merebahkan kepalanya ke pundak Xavier. Dan melilitkan tangannya ke pinggang Xavier. Ia ingin tidur saat ini.

Mobil yang mereka kendarai saat ini di jalankan oleh Andrey, supir mereka khusus hari ini. Rezvan juga sudah terlelap di pangkuan Xavier.

Xavier yang melihat Calla sudah tertidur, melingkarkan tangan kanannya di pinggang Calla. Sedangkan tangan kirinya ia taruh di perut Rezvan yang berada di pangkuannya.

Benar benar pasangan yang manis bukan? Kuharap ia memang jodohmu, bang, batin Andrey yang melihat mereka.
.
.
.
"YOGYA, KAMI DATANG!!!"

Xavier dan Rezvan geleng-geleng kepala mendengar teriakan Calla dan Andrey yang begitu kekanak-kanakkan.

Orang-orang yang berada di bandara Adisutjipto menoleh pada mereka. Ada yang mengomel mendengar teriakan mereka. Ada yang ketawa meliat tingkah konyol Calla yang merentangkan tangan setelah berteriak. Ada yang langsung menyindir. Ada juga yang kaget hingga hampir jatuh. Kakek Xavier contohnya.

"Ya ampun kakek," seru Tiara memapah kakek agar bangkit berdiri.

Mereka berdua dateng ke bandara mengendarai mobil kakek yang dikendarai oleh sang supir.

Kakek memegangi bagian dadanya. Untung aja nggak copot.

Calla dan Andrey yang melihat cengingisan dan menggaruk tengkuknya.

"Kalian ini."

Mata kakek membelalak, ingin mengomeli mereka.

Ah biarkan saja mereka diomeli, mereka memang salah.

***

Gimana sih menurut kalian cerita ini? Comment dong.

BackStreet????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang