14: 《Keluarga Xavier bag 2》

22 2 0
                                    

"Kakek belum menyetujuinya," ungkap lelaki tua yang kini sudah duduk di sofa ruang keluarga.

Aliya kembali menyeringai.

"Lalu?" tanya Xavier datar.

Lelaki tua itu tampak menatap datar Xavier dengan tangan yang sudah mengepal. Menahan emosi.

"Kakek belum menyetujuinya. Dia nggak pantes buat kamu. Dia masih sekolah Vier. Bisa apa dia?"

"Lalu?"

"Apalagi dia nggak punya asal usul yang jelas. Bisa aja dia anak orang nggak punya yang tujuannya cuma morotin uang orang-orang kaya."

"Jaga bicara kakek!" timpal Xavier.

"Kalo nggak gitu, kenapa dia bisa numpang hidup dirumahmu? Nggak punya uang? Anak broken home?"

"Kakek!" seru Feby dan Andrey bersamaan.

"Kakek nggak mau tau, pokoknya kakek nggak setuju kamu sama dia."

Kakek Xavier segera kembali ke kursi roda pelan-pelan. Dan melenggang pergi dengan angkuh menuju kamarnya yang tersedia di rumah ini.

"Kamu bener sama dia bang? Bocah SMA ini?"

"Hm."

Gitu aja terus sampe mampus.

"Oh jadi ini calon cucu menantu si Ronald?" sindir Donald, adik bungsu kakek Xavier.

"Huehehe...," cekikik Kaila.

"Apaan coba, drama banget," gerutu Calla pelan.

"Kenapa kamu nggak sama Tiara? Dia pinter masak lho. Pinter matematika. Dan yang penting, bukan bocah!" hardik Leta. Ia menatap dengan aura permusuhan pada Calla.

Leta itu bukannya benci sama Xavier seperti Kaila. Tapi dia udah ngerasa cocok banget sama Tiara, yang menurutnya, menurutnya lho ya, baik dan kalem banget.

"Terus?"

Sumpah ya, Xavier ngomongnya itu datar dan dingin banget.

Hening.

Kaku.

Awkward.

Krik krik.

Calla dan Xavier bersama Andrey serta Rezvan melangkah keluar rumah bersama.
.
.
.
"Kamu liat, Tiara? Dia udah nggak pernah mau nurutin kata kakek. Dia nggak tau aja gimana liciknya cewek itu. Untung kamu udah bongkar semuanya ke kakek, Tiara."

Gadis itu menyeringai licik mendengar pujian Ronald.

Haha. Haha. Haha.

Membongkar? Memalsukan fakta, lebih tepatnya.
.
.
.
Di waktu dan tempat yang lain.

Brak.

Pintu ruang tamu dibuka kasar.

"Ya tuhan!! Aksa, Aska. Ngapain kalian banting pintu kaya gitu?"

"Mami, mama, mimom, mommy, bunda, emak," panggil Fred.

"Papi, papa, pipa, Daddy, ayah, bapak."

Kini ganti Iiz yang memanggil.

Mereka berdua melewati sesosok wanita berambut panjang warna hitam legam, dan langsung menuju dapur. Tapi,

"Aduh, aduh, aduh."

"Eh woi pret, lo ngapain narik kerah baju gue?"

"Apaan dah, lo kali yang narik jerah baju gua."

"AKSA, ASKA!! MAMA DARI TADI DI SINI NGGAK DIANGGEP!! EMANG KALIAN PIKIR MAMA ITU KORAN?"

Suara teriakan pemecah gendang telinga memasuki telinga mereka berdua. Suara itu berasal dari-

Dari-

"MAMA?"

"EMAK?"

"ISTRIKU?"

Oke abaikan, yang terakhir itu papa si U dan si I.

Yap kalian benar, itu mama si kembar.

"Eh ampun atuh ma," rengen Iiz

"Mama lepasin dong," rengek Fred ikut-ikutan.

"Kenapa sih ma, tadi teriak teriak gitu?" tanya papa.

"Tuh si pret sama si Iiz nggak nganggep mama. Hiks hiks.... mama mah apa atuh. Cuma serpihan rengginang basi."

Mama mulai over akting kayaknya. Ato malah overdosis?

"Jadi gini ma," Iiz menggantung.

"Ya gitu." Fred menimpali.

"Udah cepetan mau cerita apa? Yang serius dikit kek," suruh Papa.

"Jadi, kayaknya aku dah nemu adek perempuan kita ma."

"Kayaknya aku udah nemu adek kita yang perempuan ma," sahut Fred ikut-ikutan.

"Gue dah nglaporin bego."

"Gue juga udah, bego"

"BACOT!" teriak mama.

"Kalian mau nglaporin apaan? cepetan!" kata mama si kembar.

"Tadi si Xavier, nyuruh kita buat ngawasin musuh dari ceweknya. Sama suruh ngelindungin ceweknya," lapor Iiz.

"Terus? Udah? Gitu doang?"

"Ya belum atuh ma. Ceweknya si Xavier mirip sama mama."

Kini giliran Fred yang melapor.

"Bukannya adek kita, dibawa sama suami mama yang dulu ya?"

"Kok bisa pacaran sama si Xavier ma?"

"Ma jangan-jangan dia di anak tirikan sama si bangsat itu?"

"STOP!!" teriak mama, lagi.

"Kalian ketemu dia dimana? Sehat kan?"

Rasa haru muncul di hati mama si kembar.
Beberapa tahun yang lalu, lebih dari 17 tahun yang lalu. Mama, Aretha, telah menikah dengan papa, Zidan, dan mempunyai anak kembar -Ulfred dan Izyan-.

Beberapa tahun setelah masa tenang mereka. Papa Calla -yang sekarang- muncul dan menculik Ulfred dan Izyan serta mengancam akan membunuh mereka jika Aretha tak mau bersama dengannya. Aretha nggak bisa diam saat melihat kedua putranya diculik dan terancam bahaya. Dengan diam-diam, dia datang dan menyelamatkan Fred dan Iiz, serta melakukan perjanjian dengan papa Calla -yang sekarang-. Calla yang saat itu masih bayi dibawanya saat menyelamatkan Ulfred dan Iiz. Sedangkan Fred dan Iiz ia berikan kepada satu bawahan setianya untuk dibawa pulang ke rumah dengan selamat.

Sejak saat ia sudah bebas dari genggaman pria itu, ia memutuskan satu hal yang paling bodoh dalam hidupnya. Yaitu, meninggalkan Calla sendirian dalam keluarga itu. Tetapi sejak saat itu sampai saat ini, beratus kali, beribu kali ia mencoba mencari keberadaan Calla. Calla tetap tak bisa ia ketahui keberadaannya. Seakan-akan ada yang menutup info tentang Calla darinya.

Apa kalian sudah bisa menebak jalan cerita kehidupan Aretha?

Kuberi tepuk tangan jika kalian sudah dapat menebaknya.

Prok. Prok. Prok.

Kisah yang klise dan sangat drama. Yang menurut Aretha sendiri, kisahnya sangat menggelikan.

Tapi yang menjadi permasalahannya, apakah benar Calla anak Aretha? Adik dari Fred dan Iiz yang bego nggak ketulungan? Anak dari salah satu keluarga berpengaruh di kotanya? Adik dari duo sahabat Xavier yang sok-sokan menjadi anak buah?

Kalau memang benar, seberapa menyesal Sella karena pernah mencaci dan memakinya?

***
Gimana sih menurut kalian cerita ini? Terlalu klise? Bahasa amburadul? Ide cerita mainstream? Mohon beri saran ya. Terima kasih.

BackStreet????Where stories live. Discover now