2 : 《Kenapa?!》

42 2 0
                                    

"Vino?!" teriaknya lantang.

Vino memutar bahu menoleh pada Calla, lalu mengangkat alisnya.

Sok keren atuh. Sok sok angkat alis. Bukanya keren malah jadi aneh, soalnya Vino mengangkat kedua alisnya.

"Apa Calla?"

"Kita putus."

Lalu Calla melenggang begitu saja. Sip banget kan.

"Hey Calla? Kenapa? Oy oy tungguin."

Vino terlihat bersusah payah mengejar Calla hingga akhirnya ia dapat menggapai tangan Calla.

"Sss.. lepas Vino!!! Sakit!" Desisnya tajam.

Vino menyerah. Mengangkat kedua tangannya bak maling yang ketangkap basah oleh bu Polisi.

"Kenapa putus?"

"Kamu selingkuh!"

Satu jawaban. Dan Boom! Vino merubah sikapnya. Ia menyeringai tajam. Lalu berbisik di telinga Calla, "Oh okay... pada akhirnya ketahuan. Benar kan sayang?"

Calla segera mendorong dada Vino menjauh, "Kenapa kamu pacaran sama aku dengan alasan kasihan?"

Vino tertawa terbahak bahak. Kenapa? Kenapa katanya? Jelas karena Calla enggak punya temenlah. Tapi kan lumayan, Calla itu cantik. Lebih cantik dibanding dua medusa itu. Medusa tua dan medusa muda.

Vino tak menjawab, ia malah meninggalkan Calla. Calla yang emang cuek, juga mengangkat bahu kemudian berjalan memasuki kelas.
.
.
.

Dan sialnya 1 minggu setelah ia memutuskan Vino, papanya malah memarahi dia. Dikarenakan masalah ini.

"Papa tuh nggak pernah ngajarin kamu selingkuh ya Cal"

Lah terus sama tante Lina itu apa? Nggak selingkuh tapi punya anak kandung sama tante Lina yang usianya hampir sama. Beda 2 bulan lagi. Masalahnya itu, 2 bulan tua an Calla. Kan berasa tua.

"Kamu tuh cewek! Masa cewek selingkuh?"

Oh berarti cewek nggak boleh selingkuh, tapi cowok boleh gitu ya? Dapet ilmu dari mana coba. Calla bahkan heran dengan papanya.

Eh tapi papanya dapet info Calla selingkuh dari siapa? Bukannya Calla yang diselingkuhin? Calla melirik tante Lina dan Sella yang tersenyum remeh.

Oh... jadi mereka biang keladinya. Awas aja ya.

"Papa! Calla tuh nggak selingkuh! Vino tuh yang selingkuh! Sama si Sella tuh!" Ujarnya sambil menunjuk Sella yang duduk bersebelahan dengan tante Lina.

"Kok aku? Pa! Sella nggak selingkuh sama Vino! Dia yang selingkuh pa!"

"Sel!! Jangan sembarang nuduh!"

"Gue nggak nuduh ya! Lo aja yang kegatelan! Selingkuh sana, selingkuh sini,"

"Apaan? Jangan ngarang!"

"Gue nggak nga--"

"STOP BERHENTI NGGAK?"

Teriakan papa membuat satu ruangan hening. Tak ada yang berbicara lagi. Setelah itu papa kembali berucap, "Calla jangan nuduh Sella sembarangan."

WHAT?

Bisa bisanya papa percaya pada dua medusa itu.

Sella pun tersenyum puas melihat papa yang berpihak padanya.

"Udah. kamu Sella masuk kamar! Tidur! Kamu Calla! Masuk kamar juga! Besok uang sangu kamu papa potong." peringatnya untuk yang terakhir kali sebelum masuk ke dalam kamar utama di ikuti tante Lina di belakangnya.

Sella tersenyum menatapnya, "Gue pastiin Cal, kasih sayang papa pasti bakal sepenuhnya untuk gue."

Saudara tirinya itu selalu iri dengannya karena 'menganggap' papa mereka pilih kasih terhadap mereka. Padahal yang papa mereka lakukan sudah benar, tak membedakan keduanya.

Calla heran pada papanya. Ia juga anaknya kan. Kenapa malah cuma si medusa itu yang didengarkan.
.
.
.

Hari ini hari sabtu, yang artinya besok minggu. Galau melanda Calla, karena benar saja sang papa sekarang pilih kasih terhadapnya. Ia merasa papa menumpahkan semua rasa sayangnya ke Sella. Sedangkan ia dianggurkan. Sedih emang.

Membuang rasa takut dan was-was, dengan nekad ia menjalankan mobilnya menuju sebuah club. Begitu masuk, aroma aroma alkohol menyebar. Membuat orang yang tak pernah masuk kedalamnya mengernyitkan kening.

Dengan mengenakan kemeja dan celana jeans, ia berusaha santai memasuki club tersebut. Meneliti tiap tiap sudut club. Dan terkadang mengendus jijik. Kakinya membawanya menuju bar. Memesan minuman dengan menggunakan kalimat ini,

"Mas, pesen minum dengan kadar alkohol terkecil dong!"

Ya kan dia belum pernah ke club. Masa tau mau pesen apa. Bener kan?

Bartendernya hanya mengangguk pelan kemudian memberikannya sebuah gelas kecil.

Meminumnya seteguk seteguk. Dan ia kapok tak mau memesannya lagi.

Seorang lelaki datang menghampirinya. Lalu mereka berdua terlibat dalam pembicaraan santai. Hingga tanpa sengaja -atau mungkin sengaja- si lelaki itu menumpahkan minuman yang ia pesan ke paha Calla yang tertutup jeans. Dan dengan raut wajah menyesal ia membersihkan jeans Calla dengan tangannya.

"Sorry."

"It's ok."

Calla memang tak sampai mabuk. Ia masih punya akal untuk tak mabuk dalam keadaan membawa kendaraan. Bisa masuk penjara nanti dia kalo nabrak. Kan bahaya.

Menyetir mobil dengan kecepatan sangat pelan. Tak lama mobil masuk ke garasi rumahnya.

"Dari mana? Jam segini baru pulang? Kamu tuh anak perempuan Calla!"

Suara menggelegar papa mengagetkan Calla.

"Heh! Kamu denger nggak?"

Calla mengangguk, "Denger kok pa."

"Ya kalo denger di jawab! Papa bukan koran! Dari mana aja kamu?"

Calla tak menjawab, ia malah menguap.

"Heh!"

"Apa sih pa? Kenapa baru sekarang papa tanya? Baru inget punya anak satu lagi? Kan seminggu kemaren papa cuma manjain Sella. Iya kan?"

Papa geram mendengar jawaban Calla.

"Apa maksud kamu?"

"Serah papa deh, Calla capek pa,"

"Jawab dulu Calla,"

"Percuma papa nggak akan dengerin omongan Calla. Kemaren aja aku ngomong yang sebenarnya, papa teteeeeep aja belain si Sella."

Sang papa naik pitam, hingga tanpa sadar--

Plak.

Tamparan ia berikan kepada putri kecilnya yang selalu ia bangga banggakan.

"Sebenarnya papa sayang Calla nggak sih?" jerit Calla lalu berlari menuju kamarnya.

Hati Calla sakit saat tamparan itu mengenai pipinya. Selama 17 tahun hidupnya, papa tak pernah menghukumnya dengan hukuman fisik.

Sakittt...

air mata nya mengalir kala mengingat keluarganya dulu jauh sebelum tante Lina datang, saat saat mamanya masih hidup, saat saat papanya begitu menyayanginya. Calla rindu mama. Calla rindu keluarga kecil Calla yang dulu.

Pada dasarnya, Calla hanya seorang anak remaja yang sangat merindukan sentuhan kasih sayang seorang ibu. Dan sangat sangat merindukan keluarganya yang dulu. Jauh sebelum dua medusa itu datang.

***

Vote+comment please

BackStreet????Where stories live. Discover now