36

8.1K 694 61
                                    

Typo bertebaran gaesss :v:v:v

***

Jaehyun berjalan memasuki apartemennya. Ia tidak perlu mengetuk pintu karena ini adalah apartemen miliknya dan dia hafal betul password-nya. Saat pertama kali melangkah masuk Jaehyun merasa tempat ini begitu sunyi padahal ada Chaeyoung yang tinggal di sini.

Saat berjalan melewati dapur Jaehyun melihat bungkusan plastik di atas meja. Ia membuka bungkusan itu dan mengeriyit saat melihat makanan yang ia pesankan semalam belum disetuh sama sekali oleh Chaeyoung.

Karena khawatir Jaehyun lantas pergi ke kamar Chaeyoung dan mengetuk pintunya. Merasa tidak ada jawaban dari dalam Jaehyun memutuskan untuk masuk ke dalam. Siapa tahu Chaeyoung pingsan karena kelaparan.

Hoek

Hoek

Pria itu melangkah tergesa-gesa menuju kamar mandi dan mendapati Chaeyoung sedang berjongkok di depan closet sambil memuntahkan isi perutnya. Namun yang Jaehyun lihat hanya air saja yang dimuntahkan wanita itu.

Ia menghampiri Chaeyoung dan berjongkok di sampingnya sambil memijat tengkuk wanita itu.

"Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" tanya Jaehyun saat Chaeyoung sudah selesai. Wanita itu berjalan menuju wastafel dan membasuh mulut serta wajahnya.

"Aku tidak apa-apa," jawab Chaeyoung.

"Wajahmu pucat sepertinya kau sakit. Ayo kita ke rumah sakit."

Chaeyoung menggeleng. "Aku baik-baik saja Jae."

"Aish kau keras kepala sekali. Baiklah sekarang aku tanya kenapa kau tidak memakan makanan yang aku pesankan semalam?"

"Aku tidak tahan baunya dan langsung muntah."

Jaehyun menghela napas. Pria itu menyentuh bahu Chaeyoung.

"Aku ke sini hanya mampir sebentar karena setelah ini aku harus ke Hongkong. Aku tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini."

"Kau bisa pergi Jae, aku hanya perlu istirahat dan minum obat." Chaeyoung berusaha meyakinkan Jaehyun.

"Tapi, kau muntah-muntah terus dan tidak nafsu makan sejak kemarin-" Jaehyun tiba-tiba berhenti bicara.

"Ada apa?" tanya Chaeyoung saat Jaehyun tiba-tiba berhenti berbicara.

Pria itu menatap Chaeyoung dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Chaeyoung-ah, kapan terakhir kau datang bulan?"

"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu sih?" tanya Chaeyoung bingung.

"Jawab saja."

Wanita itu nampak berpikir. "Sepertinya sekitar dua bulan yang lalu."

Jaehyun melirik arloji ditangannya. Penerbangannya tinggal setengah jam lagi.

"Apa kau hamil?" tanya Jaehyun. Chaeyoung spontan melotot pada pria itu.

"Yak! Tidak mungkin!" Sergah Chaeyoung tidak percaya.

"Mungkin saja! Kau dan Chanyeol sudah melakukannya dan bisa jadi kau hamil sekarang."

Chaeyoung terdiam. Ia kembali teringat kejadian malam itu. Ia ingat Chanyeol tidak hanya sekali mengeluarkan spermanya di dalam tapi berkali-kali malam itu. Apa mungkin ia benar-benar hamil?

"Untuk sekarang kau beli testpack dulu, setelah aku kembali dari Hongkong kita akan pergi ke dokter."

"T-tapi,"

"Chaeyoung aku sudah tidak punya banyak waktu. Aku juga tidak bisa membiarkan mu pergi ke dokter sendirian karena itu aku menyuruhmu membeli testpack. Jika hasilnya positif maka kau tidak perlu takut, ada aku di sisimu."

Mendengar ucapan dari Jaehyun membuat Chaeyoung mengangguk. Ia juga ingin tahu apa benar dia hamil.

"Kalau begitu aku pergi dulu. Dua hari lagi aku akan pulang." Jaehyun mengusap kepala Chaeyoung lembut sebelum pergi.

Chaeyoung menunduk menatap perutnya yang masih rata. Tangannya terangkat untuk mengusap perutnya.

"Apa benar aku hamil?" Gumam Chaeyoung.

***

Tangan Chaeyoung bergetar saat benda tipis tersebut menampilkan dua garis. Dua garis pertanda ia positif hamil. Tangannya membekap mulutnya yang mengeluarkan isakkan.

Perasaannya campur aduk saat mengetahui dirinya positif hamil. Ada perasaan bahagia yang tidak bisa ia deskripsikan dan perasaan sedih karena ayah dari bayi yang ia kandung tidak ada di sisinya saat ini.

Jujur saja Chaeyoung ingin Chanyeol tahu jika dirinya hamil dan melihat bagaimana reaksi pria itu. Ia juga ingin melihat bagaimana reaksi Jinyeol saat tahu jika ia akan memiliki seorang adik seperti keinginannya waktu itu.

Namun, walaupun ingin Chaeyoung tidak bisa melakukannya. Ia masih kecewa atas sikap dan perlakukan Chanyeol padanya.

Chaeyoung kembali mengusap perutnya dengan air mata yang masih mengalir dipipinya.

"Maafkan Eomma," ucap Chaeyoung.

***

Hari ini Chanyeol memutuskan untuk pergi kekantor. Walaupun ada Jongin dan Sehun yang bisa ia percaya, namun sebagai pemilik dan Direktur Utama ia harus turun tangan dalam mengawasi perusahaannya sendiri. Untuk masalah Jinyeol ia sudah mempercayakan pada Yoora.

Ponsel Chanyeol tiba-tiba berdering. Tertera nama Oh Sehun dilayar ponselnya.

"Hyung!" ucap Sehun saat Chanyeol baru mengangkatnya.

"Ada apa?" tanya Chanyeol

"Sekretarismu, maksudku mantan sekretarismu sudah gila! Dia menyebarkan gosip di kantor bahwa kau sudah melecehkannya tadi malam saat ia mengantar dokumen ke rumahmu."

Chanyeol memijat keningnya. Sepertinya masalah tidak pernah mau jauh-jauh dari dirinya.

"Aku akan kekantor hari ini."

Chanyeol menutup sambungan telfonnya. Ia tidak menyangka Wendy akan berbuat senekat itu. Chanyeol yakin orang-orang di kantor pasti sedang membicarakannya sekarang.

Ia akan mengurus Wendy nanti sekarang yang terpenting adalah mencari keberadaan Chaeyoung.

***

Tbc.

3 September 2019.

PROMISE (ChanRosé)Där berättelser lever. Upptäck nu