17

6.5K 612 64
                                    

Part ini agak gimana gitu menurutku😫😫😫 tapi tetep harus aku up😅

Jujur aja part ini langsung aku ketik tanpa revisi atau aku baca ulang😂😂😂

Semoga kalian suka😚😚😚

***

Chaeyoung berjalan dengan tergesa menuju ruang kerja Chanyeol. Saat sarapan tadi pria itu menyuruh Chaeyoung untuk segera menemuinya di ruang kerjanya yang ada di lantai 2. Berbagai pikiran buruk mulai menghantui kepala Chaeyoung karena tidak biasanya pria itu memintanya untuk menemuinya di ruang kerja.

"Tenangkan dirimu Park Chaeyoung," ucap Chaeyoung seraya menarik dan menghembuskan napasnya perlahan.

Rasa gugup dan takutnya bercampur menjadi satu. Seperti sebuah penyakit rasa gugup Chaeyoung memang seringkali muncul jika ia harus berada di satu ruangan yang sama dengan Chanyeol, hanya berduaan. Dan di sisi lain ia takut terhadap sikap Chanyeol yang secara terang-terangan membenci Chaeyoung walau status Chaeyoung adalah istrinya sekarang.

Perlahan ia mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu bercat hitam tersebut.

"Masuk." Terdengar suara berat Chanyeol menginterupsi dari dalam.

Chaeyoung menarik gagang pintu tersebut lalu mendorongnya hingga terbuka. Ia bisa melihat Chanyeol sedang berdiri membelakanginya. Pria itu berdiri di depan jendela yang menghadap langsung ke taman belakang. Ia tutup kembali pintunya setelah ia masuk lalu berjalan mendekati pria itu.

"Apa yang ingin Oppa bicarakan?" tanya Chaeyoung yang berusaha menahan suaranya agar tidak gemetar.

Chanyeol berbalik lalu berjalan menuju meja kerjanya. Ia mengambil sebuah dokumen yang ada di sana lalu menyerahkannya pada Chaeyoung.

"Apa ini?" tanya Chaeyoung bingung.

"Buka dan bacalah."

Mata Chaeyoung meneliti apa yang tertulis didalam dokumen tersebut.

"I-ini?" Chaeyoung tidak bisa berkata-kata lagi setelah membaca isi dokumen itu.

Chanyeol benar-benar menepati perkataannya mengenai kontrak pernikahan yang akan ia buat.

"Hanya dua tahun dan setelah itu kau bebas," ucap Chanyeol tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

"T-tapi bukankah terlalu cepat? Jinyeol masih kecil Oppa." Pernikahan bukanlah hal yang main-main. Prinsip Chaeyoung adalah menikah sekali seumur hidup namun Chanyeol berhasil mematahkan semua prinsip yang ia pegang teguh. Apalagi disini mereka melibatkan Jinyeol. Apakah Chanyeol tidak memikirkan perasaan putranya itu.

Chaeyoung tidak peduli jika ia harus menyandang gelar sebagai janda setelah kontrak mereka selesai, tapi dua tahun? Itu terlalu cepat untuk berpisah dengan Jinyeol. Wanita itu meneguk ludahnya saat melihat Chanyeol tersenyum sinis padanya. Ia terlihat bukan seperti Park Chanyeol yang Chaeyoung kenal sebelumnya.

"Jangan melibatkan Jinyeol dalam pembicaraan ini," ucap Chanyeol seraya berjalan mendekat pada Chaeyoung.

"Aku tahu apa yang sebenarnya kau incar Park Chaeyoung," lanjutnya.

Chaeyoung hanya bisa melangkah mundur demi memberi jarak antara ia dan Chanyeol. Pria itu saat ini terlihat sangat mengerikan di mata Chaeyoung.

"A-apa maksudmu?" tanya Chaeyoung tak mengerti.

"Kau membunuh Jisoo agar bisa menikah denganku bukan begitu?"

Chaeyoung menggeleng keras. "Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan."

"Kau membuat Jisoo tertekan. KAU YANG MEMBUATNYA MENYERAH UNTUK BERTAHAN! KAU PENYEBABNYA PARK CHAEYOUNG!" bentak Chanyeol tepat di depan wajah Chaeyoung.

Tubuh Chaeyoung gemetar setelah Chanyeol membentaknya. Ia tidak menyangka Chanyeol bisa mengatakan hal tidak masuk akal seperti itu. Dan bagaimana pria itu bisa menuduh Chaeyoung sebagai pembunuh Jisoo?

Pria itu kembali berjalan dengan cepat menuju meja kerjanya lalu melempar sebuah buku pada Chaeyoung. Wanita itu memungutnya dari lantai dengan tangan bergetar.

"Baca itu!" perintah Chanyeol.

Chaeyoung membalikkan halaman demi halaman dari buku yang ternyata merupakan diary milik Jisoo. Semuanya berisi curahan hati Jisoo tentang Chanyeol dan Jinyeol. Ia terus membalikkannya hingga matanya terpaku pada lembar terakhir di buku itu.

Tidak terasa ini adalah lembar terakhir dari buku ini.
Kali ini aku tidak akan menuliskan mengenai apa yang dua orang yang paling aku cintai dalam hidupku.
Tapi aku akan menuliskan sebuah kebenaran yang baru aku ketahui.
Sebuah kebenaran yang begitu menyakitkan bagiku.

Aku merasa telah menjadi orang paling jahat saat ini.
Andai aku tahu kebenaran ini lebih awal mungkin aku tidak akan merasakan perasaan bersalah seperti ini.
Namun, nasi telah menjadi bubur. Aku merasa tidak bisa menanggung rasa bersalah yang terus menghantuiku.
Jika saja aku tahu Chaeyoung mencintai Chanyeol Oppa mungkin aku akan menolak pria itu saat memintaku menjadi kekasihnya dulu demi menjaga perasaan sahabat sekaligus adik bagiku.
Aku merasa bodoh karena pernah menjadikan Chaeyoung tempatku bercerita tentang hubunganku dan Chanyeol Oppa.
Aku merasa bodoh karena tidak peka dengan perasaan Chaeyoung yang selalu berusaha baik-baik saja padahal aku selalu menyakitinya tepat di depan matanya.
'Ketika kita membuat kesalahan, kita harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.'

Dari kalimat itu aku sadar bahwa aku harus menebus semua kesalahanku pada Chaeyoung.
Aku akan meminta Chaeyoung dan Chanyeol Oppa untuk menikah saat aku tiada nanti.
Setidaknya dengan ini Chaeyoung akan bahagia dan aku bisa menebus kesalahan yang telah aku perbuat.

Lembar terakhir buku ini juga akan menjadi saksi berakhirnya perjalanan hidup yang aku lalui, karena setelah ini aku tidak akan menulis apapun lagi disini.

-Jisoo-

***

Tbc.

PROMISE (ChanRosé)Where stories live. Discover now