33

8.2K 724 56
                                    

Hanya seorang Park Chaeyoung yang tahu betapa hancur dirinya saat ini. Walaupun Chanyeol sudah melukai perasaannya berkali-kali, tapi tidak pernah sampai sedalam ini.

Chaeyoung benci mengakui jika ia masih mencintai pria itu walau entah sudah berapa kali Chanyeol menyakitinya. Benar apa kata orang, cinta itu buta dan bisa membuatmu melupakan segalanya.

Kejadian semalam membuatnya sadar jika ia tidak bisa hidup seperti ini lebih lama lagi. Ia tidak ingin merasakan sakit terus menerus. Tidak peduli bagaimana perasaan Chanyeol yang sudah berubah padanya, tapi nyatanya sikap pria itu masih sama. Chaeyoung butuh bukti akan keseriusan Chanyeol, namun sebelum pria itu bisa membuktikannya ia sudah kembali menyakiti Chaeyoung sampai ketitik terendah.

Wanita itu kembali melirik bercak darah di atas seprei. Bukti bahwa mahkotanya yang paling berharga sudah direnggut darinya. Hatinya semakin sakit saat teringat Chanyeol meninggalkannya begitu saja setelah melepas ikatan di lengannya yang menimbulkan memar disana.

"Apa aku tidak pantas bahagia?" ucap Chaeyoung lirih.

Wanita itu kembali menangis sambil meremas selimut yang menutupi tubuhnya. Rasanya terlalu sakit hanya untuk berjalan menuju kamar mandi ataupun sekedar mengambil pakaian.

Disela tangisannya ponsel Chaeyoung tiba-tiba berdering. Ia segera melihat siapa yang meneleponnya sepagi ini.

Jung Jaehyun Calling...

Chaeyoung menghapus air matanya dan segera mengangkatnya.

"Jaehyun-ah,"

"Chaeng? Kenapa suaramu serak seperti itu? Apa kau menangis?"

"Bisakah kau menjemputku nanti?"

"Tentu saja bisa. Apa kau sedang bertengkar dengan suamimu?"

"Akan aku ceritakan nanti."

Chaeyoung menutup telfonnya. Ia sudah memutuskan jika ia tidak bisa terus-terusan hidup seperti ini. Biarkan Chanyeol membencinya setelah ini. Itu lebih baik daripada ia harus hidup tersiksa seperti ini.

***

Chaeyoung membuka pintu kamar Jinyeol perlahan. Anak itu masih tertidur dengan perban yang melilit kepalanya. Chaeyoung berjalan mendekat lalu duduk di tepi ranjang. Ia menatap wajah Jinyeol lekat.

"Maafkan Eomma," gumam Chaeyoung.

Ia mengusap kepala Jinyeol lembut agar anak itu tidak terbangun. Walau wajah Jinyeol sama persis seperti Chanyeol tidak serta membuatnya membenci anak itu. Chaeyoung menyayangi Jinyeol melebihi dirinya sendiri jadi tidak mungkin baginya untuk membenci anak itu.

"Maaf karena Eomma tidak bisa menggantikan posisi Eommamu dengan baik."

Chaeyoung menahan air matanya yang siap untuk meluncur dari matanya. Ia menunduk untuk mengecup kening Jinyeol.

"Eomma Menyayangimu."

***

Masih terlalu pagi bagi orang-orang untuk bangun. Namun, tidak bagi Chaeyoung. Semalaman ia tidak tidur karena terus berpikir hingga akhirnya ia memutuskan langkah apa yang harus ia ambil.

Wanita itu menyeret kopernya pelahan agar tidak menimbulkan suara. Mobil Jaehyun sudah terparkir di depan pintu gerbang. Pria itu terlihat sudah rapi dengan pakaian santai nya berdiri bersandar di samping mobilnya menunggu Chaeyoung dan saat melihat wanita itu berjalan mendekatinya ia segera membantu menaikkan koper Chaeyoung kebagasi.

"Apa kau berniat untuk kabur?" tanya Jaehyun saat keduanya sudah berada didalam mobil.

"Jalankan saja mobilnya," ucap Chaeyoung.

Jaehyun segera menjalankan mobilnya, ia tahu Chaeyoung sedang tidak mood untuk bicara saat ini apalagi melihat kedua mata Chaeyoung yang bengkak seperti habis menangis semalaman membuat Jaehyun yakin bahwa wanita itu tidak sedang baik-baik saja saat ini.

"Beri tahu aku kita harus kemana saat ini," ucap Jaehyun memecah keheningan. Ia melirik Chaeyoung yang terlihat melamun.

"Aku tidak tahu," jawab Chaeyoung lirih. Pandangan matanya menatap kosong kedepan.

"Aku akan mengajakmu kesuatu tempat. Kau bisa meluapkan semuanya disana."

Chaeyoung tidak menjawab. Tatapannya masih kosong seakan-akan jiwanya mengembara entah kemana sementara raga berada disini.

***

Mobil Jaehyun berhenti diatas sebuat tebing yang menghadap langsung kekota yang masih diterangi lampu-lampu walau matahari sudah hampir muncul. Chaeyoung menatap kesekeliling dengan bingung.

"Ayo turun," ajak Jaehyun.

Chaeyoung turun dari mobil. Hawa dingin langsung terasa saat ia keluar dari dalam mobil dan untungnya ia memakai jaket tebal saat ini.

"Kenapa kau mengajakku kesini?" Tanya Chaeyoung bingung.

"Karena disini kau bisa mengeluarkan semua beban yang ada dihidupmu. Mau aku tinjukkan caranya?"

Chaeyoung mengangguk. Matanya mengikuti langkah Jaehyun menuju tepi tebing. Pria itu telihat mengambil nafas dalam.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA."

Jaehyun berbalik lalu tersenyum kearah Chaeyoung. Ia mengulurkan tangannya agar Chaeyoung mendekat.

"Mau mencobanya?"

Wanita itu dengan ragu berjalan menuju tepian tebing. Jaehyun berjalan mundur dan membiarkan Chaeyoung sendirian. Wanita itu menoleh pada Jaehyun yang tengah duduk diatas kap mobilnya.

"Berteriaklah sepuasmu. Keluarkan semua beban yang ada dalam dirimu," ucap Jaehyun.

Chaeyoung kembali menatap kedepan. Ia menarik nafas dalam-dalam dan melakukan apa yang Jaehyun tunjukkan kepadanya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA." Teriak Chaeyoung. Ia kembali menarik napas sebelum akhirnya kembali berteriak.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA." Tiba-tiba ia menagis namun tidak menyurutkan niatnya untuk kembali berteriak melepas segala beban yang ia simpan selama ini.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA." Chaeyoung jatuh terduduk. Ia tidak sanggup lagi berteriak karena isakannya.

Jaehyun segera menghampiri wanita itu dan menariknya kedalam dekapannya.

"Jauh lebih baik sekarang?" Tanya Jaehyun sambil mengusap rambut Chaeyoung lembut. Wanita itu mengangguk.

"Terima kasih."

***

Sinar matahari menyusup masuk melalui jendela kamar Chanyeol. Pria itu mengerjapkan matanya menatap langit-langit kamarnya. Ia merasa pusing akibat efek alkohol semalam.

Prua itu berjalan menuju kamar mandi lalu mencuci wajahnya. Ia menatap pantulan wajahnya dicermin. Tatapannya tertuju pada bekas kemerahan dibahunya. Chanyeol bisa melihatnya dengan jelas karena tidak memakai atasan saat tidur semalam

Tangannya meraba luka itu yang lebih mirip luka gigitan.

Gigitan?

Tiba-tiba kilasan memori masuk kekepalanya. Chanyeol menjambak rambutnya kuat. Ia ingat jika ia sudah menyakiti Chaeyoung semalam. Ia ingat semuanya.

"ARGH!"

Prang!

Chanyeol meninju kaca dihadapannya. Ia tidak peduli darah yang mengucur dari lukanya. Yang ada dipikirannya saat ini ialah Chaeyoung. Bagaimana keadaan wanita itu saat ini. Yang pasti tidak baik-baik saja setelah Chanyeol dengan brengseknya memperkosanya lalu meninggalkannya begitu saja.

Dengan langkah lebar pria itu keluar dari kamar mandi. Ia menyambar kaosnya asal lalu segera pergi kekamar Chaeyoung.

***

Tbc.

26 Agustus 2019.

PROMISE (ChanRosé)Where stories live. Discover now