20 - Keputusan (Repost)

2.5K 281 38
                                    

Jangan bersedih jika manusia meninggalkanmu.
Bersedih dan takutlah, jika Allah berpaling darimu.

~ Dibalik Qalbu ~

🌿🌿🌿

Jarum jam menunjukkan pukul delapan lebih lima menit, usai acara kajian selepas isya tadi di mesjid Al-Anshor, dengan segala pertimbangan yang matang, dan sebuah keputusan yang di yakini akan memberikan dampak baik untuk semuanya, Arsyila akhirnya memutuskan untuk pulang.

Sudah hampir satu jam lebih, Arsyila terdiam mematung di depan pintu teras rumah sederhana bercat biru tua, netra coklat terangnya sesekali melirik ke samping kanan, memperhatikan jendela kamar Fatih. Udara malam kota Bandung terasa sangat dingin menusuk pori-pori kulit hingga ke tulang. Ragu, perlahan satu tangannya terangkat untuk mengetuk pintu kayu jati di depannya.

Selang beberapa menit, sosok Ummi Aminah muncul dari balik pintu, dengan mukena yang masih melekat di tubuh senjanya.

"MasyaAllah... Arsyila!" Ummi Aminah langsung memeluk tubuh mungil Arsyila ke dalam dekapannya, begitu melihat sosok Arsyila berdiri di hadapannya.

"Ummi." Arsyila membalas pelukan Ummi Aminah dengan erat.

"Kamu kemana aja? Ummi rindu sayang," sahut Ummi, seraya mengelus punggung Arsyila dengan sayang. "Kita masuk dulu yuk, disini dingin." Ummi mengurai pelukan diantara dirinya dan Arsyila, lantas menuntun langkah Arsyila untuk masuk ke dalam rumah.

Ibu dan anak menantu itu, duduk di sofa ruang tamu, setelah sebelumnya kembali mengunci pintu depan.

"Ummi, Aa udah tidur yah? Dari tadi nggak keliatan," tanya Arsyila, netra coklat terangnya sesekali melirik ke arah pintu kamar Fatih yang tertutup rapat.

"Belum kayaknya, tadi Ummi masih denger suaranya lagi tadarus," sahut Ummi, tangan lembutnya tak lepas menggenggam tangan mungil Arsyila, sesekali mengelus puncak kepala Arsyila yang tertutup jilbab dengan sayang.

Arsyila menganggukan kepala, netra coklat terangnya menatap sosok Ummi Aminah dengan sorot sendu.

"Siapa yang dateng Um—" Fatih tak melanjutkan ucapannya, kala netra hitam meneduhkannya melihat sosok Arsyila di sebelah Umminya.

Kedua wanita beda usia itu, dengan kompak menoleh ke arah sumber suara. Di lihatnya, sosok Fatih yang tengah berdiri kaku di depan pintu kamar, dengan baju koko dan sarung masih yang melekat di tubuh kekarnya.

Raut wajah Fatih tampak terlihat datar, netra hitam meneduhkan itu memancarkan sorot dingin dan tajam ke arah Arsyila. Fatih membalikan tubuhnya untuk kembali masuk ke dalam kamar, tanpa sepatah kata pun.

Arsyila yang melihat itu, merasa ada yang berbeda dengan Fatih. Entah kenapa, Arsyila merasa Fatih sedang menghindari dirinya. Netra coklat terangnya menatap sendu punggung kokoh Fatih yang menghilang di balik pintu.

"Ummi, Aa kenapa seperti itu melihat Syila?" tanya Arsyila pada Ummi Aminah, tanpa melepaskan tatapannya dari pintu kamar Fatih yang di biarkan sedikit terbuka oleh pemiliknya.

"Apa Aa marah sama Arsyila, Ummi?"

"Ummi, nggak tahu, coba kamu samperin sana."

"Arsy pamit ke kamar dulu, Ummi," pamit Arsyila seraya bangkit dari duduknya.

Ummi Aminah menganggukan kepala seraya tersenyum.

Arsyila bergegas melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar, di lihatnya sosok Fatih yang tengan berbaring di tempat tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Perlahan, Arsyila naik ke atas tempat tidur, ikut membaringkan tubuhnya di samping Fatih.

Dibalik QalbuWhere stories live. Discover now