3 - Laa Tahzan 1 (Repost)

3.9K 449 33
                                    

"Wanita yang beruntung, bukanlah wanita yang mendapatkan suami kaya raya. Akan tetapi, wanita yang mendapatkan suami sholeh dan bertanggung jawab dengan kehidupan dunia dan akhiratnya."

~ Dibalik Qalbu ~

🌿🌿🌿

Sakit dan kecewa. Tentu saja, siapa yang tidak sakit hati saat ditinggal oleh orang yang kita sayangi, apalagi menjelang hari bahagia tiba.

Saat semuanya sudah di depan mata, selangkah lagi menuju gerbang kebahagian, namun ketika hendak melangkah, kaki harus persorok kedalam lubang.

Belum kering luka akibat kegagalan dan kehilangan, kini luka itu harus bertambah dengan fakta menyakitkan terlontar dari bibir wanita yang dinikahinya.

Arsyila memang bukan gadis baik-baik, dia memang bukan sosok perempuan idaman seperti Maheera. Fatih tau, semua itu. Bahkan, Fatih mengetahui apa yang dikerjakan Arsyila ditempat hiburan malam. Tapi Fatih tidak pernah menyangka, kalau Arsyila rela menjual kehormatannya begitu saja. Sungguh, rasanya sangat menyakitkan.

Fatih mengacak rambutnya fustrasi, kepalanya serasa ingin meledak sekarang. Ia tidak tahu, tindakan apa yang harus diambilnya untuk menyikapi situasi ini.

"Astaghfirullahal-ladzim..." berkali-kali, bibirnya bertegar mengucapkan lafadz istigfar guna menenangkan hatinya yang kelabu.

Setitik air mata jatuh membasahi pipi, sekuat tenaga Fatih berusaha menahan mati-matian agar tidak menangis. Namun sekuat apapun ia menahannya, rasa sakit yang menghujami hatinya lebih kuat, tak dapat dibendung.

Bibir yang semula melantunkan lafadz istigfar itu, berganti menjadi isakan kecil. Fatih menenggelamkan wajahnya diantara lipatan kakinya yang tertekuk.

"Lee..."

Tepukan tangan di bahunya menghentikan tangisan Fatih. Perlahan, Fatih mengangkat wajahnya yang semula tertunduk.

Dilihatnya sosok wanita yang telah melahirkannya itu, tengah menatapnya dengan sorot sendu.

"Ummi.." ucap Fatih, kemudian ia berhambur kedalam pelukan hangat Umminya.

"Jangan pernah menyesali apapun keputusan yang kamu ambil, ingatlah apapun yang terjadi saat ini, sudah menjadi ketentuan takdir Allah," ujar Ummi, berusaha menenangkan dan menguatkan Fatih yang batinnya tengah terguncang itu.

"Apa yang harus Fatih lakukan Ummi? Apa Fatih harus menceraikannya?"

Mendengar perkataan yang terlontar dari mulut anaknya itu, sontak Ummi melepaskan pelukannya secara paksa.

"Istigfar! Apa yang kamu katakan barusan? Dimana letak imanmu? Baru kemarin malam kamu meminta Ummi untuk meridhai niat baikmu menikahinya, hari ini setelah Ummi restui, kamu ingin menceraikannya? Sadar Fatih, sadar!" teriak Ummi, tanganya mengguncang bahu Fatih.

Tangisan Fatih semakin pecah, bibirnya terisak pilu. Ditatapnya sosok wanita yang sangat di hormatinya itu, dengan sorot terluka.

"Laa Tahzan. Ihklas Fatih, ihklas!" ucap Ummi, kembali memeluk dan menguatkan Fatih.

"Bantu Fatih, Ummi. Fatih mohon."

"Ummi akan selalu membantumu,"

Ihklas, satu kata tersirat akan makna, yang memang sangat mudah sekali untuk diucapkan oleh bibir. Kata-kata itu sering digunakan oleh banyak orang ketika berbagai masalah datang untuk menguji diri, seberapa kuat iman kita.

Namun, pada dasarnya ketika mencoba untuk ihklas menerima berbagai ujian dengan lapang dada, tidak semudah saat mengucapkannya. Buktinya, Fatih. Seberapa kuatpun dia, setangguh apapun dia sebagai sorang laki-laki yang selalu dikenal dengan sosok yang kuat dan pantang menjatuhkan air mata, Fatih tetaplah manusia biasa yang memiliki perasaan dan titik terlemah dalam hidupnya.

Laki-laki menganis bukan karna dia lemah, atau cerminan runtuhnya wibawa seorang pemimpin. Tetapi, laki-laki menangis justru karna lembutnya hati dan besarnya rasa cinta yang di miliki.

Dalam dinginya malam, Ibu dan anak itu saling memeluk, menguatkan. Andaikan Maheera tidak pergi begitu saja, mungkin yang tercipta saat ini adalah sebuah kebahagiaan. Bukan kesedihan yang teramat pilu.

"Terimakasih Maheera, telah pergi dengan memberikan kenangan yang tidak bisa saya lupakaan begitu saja." bisik batin Fatih.

🌿🌿🌿

Suara adzan subuh terdengar berkumandang dengan merdunya, Arsyila yang masih menggunakan baju kebaya pengantin, tertidur dengan posisi duduk bersandar pada kepala ranjang, mulai terusik saat merasakan sentuhan lembut dipipinya.

Perlahan, matanya yang semula terpejam itu mulai terbuka, samar-samar netra coklat terangnya menangkap siluit seorang pemuda yang tengah tersenyum manis di hadapannya, membuat Arsyila tersentak kaget.

"Kamu—"

"Assalamu'alaikum, zaujaty," ucap pemuda itu, yang tak lain Fatih. Netra hitam meneduhkan itu menatap Arsyila, senyuman manis terpatri di wajah tampannya.

Arsyila terdiam menatap Fatih di depannya, raut terkejut dan bingung tampak kentara sekali di wajahnya. Terkejut dengan sikap Fatih padanya. Bingung dengan perlakukan lembut Fatih padanya.

Bukannya tadi malam Fatih pergi meninggalkannya begitu saja? Lalu kenapa sekarang Fatih ada disini? Berbagai bersepsi muncul dibenak Arsyila.

"Hey, kenapa malah melamun?" tanya Fatih, ia menatap Arsyila dengan tatapan lembutnya.

Arsyila masih diam, enggan menyahut. Netra coklat terangnya mengamati tiap inci wajah Fatih. Alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah menandakan ia bukan pria perokok, kemudian kulit wajahnya yang bersih. Sungguh, pahatan yang sangat sempurna.

"Arsy.." panggil Fatih untuk kesekian kalinya, tangan kekarnya terulur untuk mengguncang bahu Arsyila.

"Ya."

"Kenapa melamun? Salamnya 'Aa koq, nggak dijawab sih?" tanya Fatih.

Dahi Arsyila tampak bergelombang, kedua alisnya tertaut heran, ia menatap Fatih tak mengerti.

"Kenapa kamu seperti ini? Kamu tidak marah?" bukannya menjawab, Arsyila malah balik melontarkan pertanyaan.

"Tidak, untuk hal apa saya marah?" sahut Fatih, dia yang semula berdiri, kemudian duduk tepat di depan Arsyila.

"Karna kamu telah salah menikahi gadis ko-"

****

Assalamu'alaikum, sahabat BMB😊
Alhamdulillah, akhirnya bisa lanjut Update chap 3 nih. Maaf yah, kemarin nggak sempet up! tenang, karna ini chapnya panjang. jadi aku akan bagi dua. nanti malem aku up lagi bagian duanya yah..

Copyright® Bandung, 20 Juli 2019.

Dibalik QalbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang