11 - Throwback Arsyila [3] - (Repost)

3K 344 20
                                    

A/N!
Ini nggak ada quote.
Baca pelan-pelan, semoga pesan moral sama feelnya dapet yah.

🌿🌿🌿

Arsyila menangis tertahan, air mata membanjiri pipi tembamnya tanpa henti. Rasa sakit dibagian perutnya mulai menjalar kesuluruh tubuh.

Tiba-tiba pintu kamarnya di buka dengan kencang oleh seorang gadis berjilbab syar'i. Mata gadis itu membelalak melihat sahabatnya diperlakukan dengan keji seperti itu.

"Hentikan! Atau saya panggil polisi!" teriak gadis itu.

Regas terperanjat kaget melihat kedatangan gadis itu, sedangkan Bu Darsih langsung menghentikan kerjaannya.

"Myesha, ngapain lo kesini?" tanya Regas.

Gadis itu, Myesha. Ia tak menjawab, kakinya melangkah masuk menghampiri Regas, satu tamparan keras melayang mengenai pipi Regas.

"Brengsek! Keluar lo!" ujar Myesha pada Regas. Ia kemudian beralih menghampiri Arsyila yang terkulai lemah diatas tempat tidur, wajah Arsyila tampak memucat.

Tanpa sepatah kata, Regas berlalu keluar dari kamar diikuti oleh Bu Darsih dibelakangnya. Sebab, Regas tidak mau berurusan dengan gadis itu.

Setelah kepergian Regas, Myesha melepaskan tali yang mengikat tangan dan kaki Arsyila, tak lupa lakban yang membungkam bibir sahabatnya juga ia lepas.

"Cha, sakit!" rintih Arsyila tertahan.

"Kamu tahan yah, kita ke rumah sakit sekarang juga," ucap Myesha, ia kemudian berlari keluar kamar Arsyila, memanggil supir pribadinya, untuk membantu membopong tubuh Arsyila yang tak berdaya agar segera di bawa ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit, Arsyila langsung di larikan ke IGD, Myesha dengan setia menunggu sahabatnya itu dari luar, tak lupa ia juga menghubungi Umma dan Abahnya untuk segera ke rumah sakit.

Setengah jam kemudian, pintu IDG terbuka menampil sosok wanita paruh baya dengan jas dokter yang melekat ditubuhnya.

Myesha buru-buru menghampiri dokter tersebut,

"Bagaimana keadaan sahabat saya, dok?" tanya Myesha, ia tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya. Bagi Myesha, Arsyila sudah seperti kakak kandungnya sendiri.

"Keadaanya baik-baik saja, pasien hanya terkena pendarahan ringan, untung saja segera dibawa kemari, jadi janin yang ada di rahimnya masih bisa di selamatkan," jelas dokter.

"Apa? Janin dok?" tanya Myesha kaget.

Dokter itu menganggukan kepala sebagai jawaban, "Untuk lebih jelasnya, silahkan suami atau wali pasien keruangan saya."

"Baik dok ... boleh saya masuk kedalam sekarang?" tanya Myesha, ia ingin segera menemui sahabatnya itu, menanyakan kejadian yang sesungguhnya, kenapa bisa sampai seperti ini.

"Silahkan, tapi pasien masih belum sadarkan diri ... kalau gitu saya permisi dulu."

"Iya, dok. Terimakasih."

Sepeninggal dokter, Myesha langsung masuk kedalam ruangan untuk menemui Arsyila.

Myesha menatap miris tubuh sahabatnya yang terbaring lemah di atas bed stretcher, air mata tampak tergenang di pelupuk mata Myesha. Ia melangkahkan kaki mendekati ranjang yang ditempati Arsyila. Kemudian duduk, di kursi yang telah tersedia di sampingnya.

Perlahan, netra coklat terang yang semula terpejam itu mulai terbuka. Mengedarkan pandangan keseliling ruangan, lalu berhenti saat matanya bersirobok dengan mata sahabatnya.

Dibalik QalbuWhere stories live. Discover now