Prolog

12.3K 660 58
                                    


"Sejauh apapun kaki ini melangkah, jika Allah telah mengikat benang merah diantara kita. Tetap kamu penghujung takdirku, rumahku untuk kembali pulang."

~ Dibalik Qalbu ~

🌿🌿🌿

Jakarta, 2020. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Setelah empat tahun, menghabiskan waktu di Kairo Mesir. Hari ini, adalah hari kepulanganku ke tanah air.

Semilir angin berhembus kencang menyambut kedatanganku, tatkala kakiku baru saja berpijak di bandara. Perlahan, kakiku melangkah keluar dari bandara dengan tangan kanan menyeret koper, sedang tanan kiri sibuk memegang ponsel untuk menghubungi seseorang.

"Assalamu'alikum, cha. Kamu dimana? Jadi jemput aku kan?" tanyaku, begitu panggilan telpon tersambung pada seseorang disebrang sana.

"Wa'alaikumsalam," sahut orang disebrang sana.

Tapi tunggu, ini bukan suara Myesha. Telingaku tidak salah mendengarkan? Suara ini, suara yang sangat aku rindukan.

"Halo.."

Perlahan, aku menjauhkan ponsel dari telinga, memastikan nomor yang aku hubungi benar, nomor Myesha.

"Halo.."

Aku kembali mendekatkan ponsel kedaun telinga, setelah memastikan bahwa yang aku telpon memang nomor Myesha.

"Halo, kamu masih disitu? Bisa mendengar suara saya?"

Deg. Nafasku tercekat, jantungku berdebar hebat ketika, mendengar suara serak lembutnya yang sangat khas kukenali. Tak bisa dipungkiri, rindu ini semakin menjadi, membuat dadaku sesak, dan air mataku lolos begitu saja.

Susah payah, aku kembali mencoba menjawab panggilannya.

"Ya,"

"Kamu dimana? Saya sebentar lagi sampai."

"Parkiran." jawabku dengan bibir bergetar menahan isak tangis.

Tanpa mengucap salam, aku langsung memutuskan panggilan telpon secara sepihak. Tidak peduli, jika disebrang sana dia memakiku karna bersikap tidak sopan.

Setelah lima menit menunggu, dari tempatku berpijak saat ini, aku melihat sosoknya yang baru turun dari mobil dengan menggendong seorang balita menggemaskan.

Ternyata, dia sudah melupakan diriku, dan dengan mudahnya mendapatkan penggantiku. Membangun sebuah keluarga kecil impiannya.

Lagi, rasa sesak menghampiri dadaku, niqab yang aku kenakan telah basah oleh air mataku sendiri.

Sambutan macam apa ini?

Allah, meski hati ini sangat merindukannya, tapi aku tidak siap untuk bertemu dengannya lagi saat ini.

Hatiku belum siap mendengar, kabar bahagia tentang hidupnya yang sekarang. Tentang sosok istri idamannya, dan tentunya tentang sosok mungil yang berada didekapannya saat ini.

Allah, kenapa Kau, pertemukan aku dengannya sekarang?

Takdir macam apa yang Kau tulis di lauh mahfuz sana untuk kami?

Tidak bisakah, jangan Kau pertemukan kami kembali?
Jika akhirnya, harus seperti ini.

🌿🌿🌿

Dia, adalah sebuah kisah yang lembarnya belum usai.

Dia, adalah hati yang sempat aku sakiti. 

Dia, adalah sosok sempurna yang sempat aku sia-siakan.

Dia, adalah sosok imam impian yang aku lepaskan begitu saja.

Dia, adalah jembatanku menuju surga.

Dia, adalah milikku.

Milikku seorang.

Tapi, itu dulu.

Dulu, empat tahun yang lalu lebih tepatnya.




****

Assalamu'alaikum, sahabat BMB.
Alhamdulillah,, akhirnya bisa post cerita disini. Terimakasih untuk Kak Mellyana, yang sudah memberikan aku kesempatan buat menulis disini, terimakasih sudah mempercayai saya sebagai salah satu kandidat project Dreamchatcer.
Semoga, project Kak Mellyana, dan kita semua para kandidat lancar hingga akhir.. Aamiin🙏👼

Bagaimana nih, pemanasan dengan prolognya?

Seru, lanjut post chap 1?

Atau

Jangan post chap 1?

Copyright® Bandung, 12 Juli 2019.

Dibalik QalbuWhere stories live. Discover now